Ketuntasan Belajar Ranah Kognitif dalam Pembelajaran PBL

permasalahan. Siswa yang telah menguasai konsep suatu objek akan lebih mudah menerapkan dalam pemecahan permasalahan Mahanal et al. 2007. Soal dengan unsur pemecahan masalah yang dimaksud diwujudkan dalam bentuk soal kategori analisis C4 dan aplikasi C3. Kategori soal dan kemampuan siswa dalam memahami soal berpengaruh pada hasil evaluasi. Sebagai contoh, soal nomor 2 yaitu soal kategori C4. Soal tersebut menanyakan tentang syarat suatu zat dikatakan sebagai polutan dengan menganalisis pilihan jawaban yang disajikan. Soal tersebut banyak dijawab salah oleh siswa karena pilihan jawaban yang ditampilkan mengecoh konsep pemahaman siswa, sehingga jawaban yang dipilih siswa tidak tepat. Contoh soal yang lain adalah soal kategori C3 yaitu soal nomor 22. Soal nomor 22 berisi pertanyaan tentang memilih tindakan reuse yang tepat dari pilihan jawaban yang tersedia. Siswa memilih jawaban tidak tepat karena tidak ingat dengan konsep reuse dan terkecoh dengan pilihan jawaban yang salah.

4.2.1.2 Ketuntasan Belajar

Hasil analisis nilai ranah kognitif pada kelas VII E dan VII F, diperoleh persentase ketuntasan belajar klasikal sebesar 97,44 pada kelas VII E dan 94,87 pada kelas VII F. Pada kelas VII E terdapat satu siswa yang tidak tuntas, sedangkan pada kelas VII F terdapat dua siswa yang tidak tuntas. Hal ini menandakan pelaksanaan pembelajaran dengan model PBL mampu mencapai ketuntasan belajar yang telah ditentukan. Ketuntasan belajar menandakan keberhasilan siswa dalam memahami konsep materi dengan baik. Pemahaman kognitif siswa didukung oleh adanya aktivitas belajar dalam pembelajaran. Proses pembelajaran PBL di kelas terdiri atas serangkaian aktivitas belajar yang mengarahkan siswa pada proyek. Kegiatan belajar diawali dengan pemberian pertanyaan esensial berupa masalah yang mengarahkan siswa dalam sebuah kerja proyek. Siswa belajar secara kooperatif di dalam kelompok melakukan diskusi untuk merencanakan langkah dan persiapan sarana yang dibutuhkan untuk proyek. Proyek dilaksanakan sesuai jadwal yang didiskusikan untuk menghasilkan suatu produk daur ulang limbah dan dipresentasikan pada akhir pertemuan. Aktivitas belajar yang dialami siswa dalam pembelajaran PBL dapat berpengaruh pada kemampuan siswa memahami konsep atau materi. Nurhadi 2004 menjelaskan bahwa melalui pendekatan konstruktivisme seperti PBL, siswa diajak berfikir dan memahami “mengalami” materi pelajaran, bukan sekedar mendengar, menerima, dan mengingat. Siswa memahami materi pelajaran melalui proses penyelidikan, eksplorasi, eksperimen dan proyek. Apa yang siswa temui atau pelajari yang berhubungan dengan lingkungan sekitar dan kegiatan siswa sehari-hari dapat mempengaruhi siswa agar lebih mudah mengingat dan memahami fakta ataupun konsep yang ada dalam proses pembelajaran. Hal ini sejalan dengan Purworini 2009 bahwa strategi PBL melibatkan berbagai tahapan yang mampu meningkatkan kognitif siswa, melalui proyek siswa mampu melibatkan seluruh mental dan fisik, syaraf, indera termasuk kecakapan sosial dengan melakukan banyak hal sekaligus. Selain aktivitas belajar, keaktifan siswa dalam proses pembelajaran juga berperan dalam pemahaman siswa. Aktivitas yang direncanakan guru dalam pembelajaran PBL tidak lain agar siswa dapat belajar secara aktif dalam penyerapan ilmu pengetahuan. Model PBL merupakan model pembelajaran yang fokus pada kegiatan siswa atau student centered learning SCL dengan prinsip belajar secara kooperatif. Pembelajaran kooperatif memberikan keuntungan kepada siswa dengan membuat siswa menjadi pembelajar aktif melalui aktivitas diskusi dan proyek. Kegiatan belajar siswa menekankan pada kegiatan berkelompok sehingga siswa dapat saling berbagi informasi pengetahuan dan membantu siswa lain yang kurang memahami materi. Hal ini menguatkan penelitian Krajcik et al. 1998 bahwa dengan adanya tugas proyek, siswa dapat mempelajari materi dengan terlibat langsung pada kegiatan proyek daur ulang limbah. Siswa dapat membangun pengetahuan melalui kerjasama dalam tim dan memecahkan masalah dengan berlandaskan kerja metode ilmiah. Adanya keaktifan siswa tersebut dapat meningkatkan pemahaman siswa sehingga berpengaruh terhadap hasil belajar. Temuan ini menguatkan penelitian Fortuna et al. 2014 bahwa interaksi siswa dalam pelaksanaan strategi pembelajaran dan aktivitas belajar yang digunakan berpengaruh signifikan terhadap hasil belajar siswa. Aktivitas diskusi, proyek dan presentasi yang dilakukan siswa dalam PBL memberikan pengaruh terhadap pemahaman materi pencemaran lingkungan karena siswa aktif berperan dalam proses pembelajaran. Dengan demikian pemahaman konsep yang tinggi maka ketuntasan belajarnya juga tinggi. Aktivitas belajar yang tinggi menghasilkan siswa dengan prestasi belajar yang lebih baik Sabatina 2014. Hasil analisis ini menunjukkan bahwa penerapan model PBL efektif dalam pembelajaran.

4.2.2 Afektif Siswa dalam Pembelajaran PBL