Pengaturan Tegangan MESIN LISTRIK

Mesin Listrik 441 OB = Total arus medan yang dibutuhkan untuk mendapatkan tegangan Eo dari karakteristik beban nol. } 90 180 cos{ 2 2 2 M xOAxABx AB OA OB i Metoda Potier Metoda ini berdasarkan pada pemi- sahan kerugian akibat reaktansi bocor Xl dan pengaruh reaksi jangkar Xa. Data yang diperlukan adalah : x Karakteristik Tanpa beban. x Karakteristik Beban penuh dengan faktor daya nol. Khusus untuk karakteristik beban penuh dengan faktor daya nol dapat diperoleh dengan cara melakukan percobaan ter- hadap alternator seperti halnya pada saat percobaan tanpa beban, yaitu me- naikkan arus medan secara bertahap, yang membedakannya supaya meng- hasilkan faktor daya nol, maka alternator harus diberi beban reaktor murni. Arus jangkar dan faktor daya nol saat dibe- bani harus dijaga konstan. Langkah-langkah untuk menggambar Diagram Potier sebagai berikut : 1. Pada kecepatan sinkron dengan be- ban reaktor, atur arus medan sampai tegangan nominal dan beban reaktor arus beban sampai arus nominal 2. Gambarkan garis sejajar melalui kurva beban nol. Buat titik A yang menunjuk-kan nilai arus medan pada percobaan faktor daya nol pada saat tegangan nominal.

3. Buat titik B, berdasarkan percobaan

hubung singkat dengan arus jangkar penuh. OB menunjukkan nilai arus medan pada saat percobaan terse- but.

4. Tarik garis AD yang sama dan sejajar garis OB.

5. Melalui titik D tarik garis sejajar kur-

va senjang udara sampai memo- tong kurva beban nol dititik J. Segitiga ADJ dise-but segitiga Potier..

6. Gambar garis JF tegak lurus AD. Panjang JF menunjukkan kerugian

tega-ngan akibat reaktansi bocor.

7. AF menunjukkan besarnya arus me-

dan yang dibutuhkan untuk menga- tasi efek magnetisasi akibat raeksi jangkar saat beban penuh.

8. DF untuk penyeimbang reaktansi

bocor jangkar JF Gambar 5.139 Diagram Potier Dari gambar Diagram Potier diatas, bisa dilihat bahwa : x V nilai tegangan terminal saat be- ban penuh. x V ditambah JF I.Xl menghasilkan tegangan E. x BH = AF = arus medan yang dibu- tuhkan untuk mengatasi reaksi jang- kar. x Bila vektor BH ditambah kan ke OG, maka besarnya arus medan yang dibutuhkan untuk tegangan tanpa beban Eo bisa diketahui. Vektor diagram yang terlihat pada diagram potier bisa digambarkan secara terpisah seperti terlihat pada gambar 5.140. Pengaturan Tegangan = 100 x V V Eo 442 Mesin Listrik Gambar 5.140 Vektor Diagram Potier Bila suatu alternator mendapat pembe- banan lebih dari kapasitasnya bisa me- ngakibatkan alternator tidak bekerja atau rusak. Untuk mengatasi beban yang terus meningkat tersebut bisa diatasi dengan menjalankan alternator lain yang kemudian dioperasikan secara paralel dengan alternator yang telah be- kerja sebelumnya. Keuntungan lain, bila salah satu alter- nator tiba-tiba mengalami gangguan, alternator tersebut dapat dihentikan serta beban dialihkan pada alternator lain, sehingga pemutusan listrik secara total bisa dihindari. i Cara Memparalelkan Alternator Syarat-syarat yang harus dipenuhi untuk memparalelkan dua buah alternator atau lebih ialah : x Polaritas dari alternator harus sama dan bertentangan setiap saat terha- dap satu sama lainnya. x Nilai efektif arus bolak-balik dari te- gangan harus sama. x Tegangan Alternatormesin yang di- paralelkan mempunyai bentuk ge- lombang yang sama. x Frekuensi kedua alternator atau fre- kuensi alternator dengan jala-jala harus sama. x Urutan fasa dari kedua alternator harus sama. Ada beberapa cara untuk mempara- lelkan alternator dengan mengacu pada syarat-syarat diatas, yaitu : a. Lampu Cahaya berputar dan Volt- meter b. Voltmeter, Frekuensi Meter, dan Syn-chroscope. c. Cara Otomatis i Lampu Cahaya Berputar dan Volt- meter Buat rangkaian seperti diperlihatkan pa- da Gambar 5.141, pilih lampu dengan tegangan kerja dua kali tegangan fasa netral alternator atau gunakan dua lam- pu yang dihubungkan secara seri. Da- lam keadaan saklar S terbuka opera- sikan alternator, kemudian lihat urutan nyala lampu. Urutan lampu akan beru- bah menrut urutan L1 - L2 - L3 - L1 - L2 - L3. Perhatikan Gambar 5.142 a, pada kea- daan ini L1 paling terang, L2 terang, dan L3 redup. Perhatikan Gambar 5.142 b, pada ke- adaan ini: x L2 paling terang x L1 terang x L3 terang Perhatikan gambar 5.142 c, pada ke- adaan ini, x L1 dan L2 sama terang x L3 Gelap dan Voltmeter=0 V Pada saat kondisi ini maka alternator dapat diparalelkan dengan jala-jala alternator lain.

5.7.8 Kerja Paralel Alter- nator

Mesin Listrik 443 Gambar 5.141 Rangkaian Paralel Alternator Gambar 5.142 Rangkaian Lampu Berputar i Voltmeter, Frekuensi Meter dan Synchroscope Pada pusat-pusat pembangkit tenaga listrik, untuk indikator paralel alternator banyak yang menggunakan alat Synch- roscope. Penggunaan alat ini dileng- kapi dengan voltmeter untuk memonitor kesamaan tegangan dan frekuensi me- ter untuk kesamaan frekuensi. Ketepatan sudut fasa dapat dilihat dari synchroscope. Bila jarum penunjuk ber- putar berlawanan arah jarum jam berarti frekuensi alternator lebih rendah dan bila searah jarum jam berarti frekuensi alternator lebih tinggi. Pada saat jarum telah diam dan menunjuk pada kedu- dukan vertikal, berarti beda fasa alter- nator dan jala-jala telah 0 Nol dan seli- sih frekuensi telah 0 Nol,maka pada kondisi ini saklar dimasukkan ON. Alat synchroscope tidak bisa menunjukkan urutan fasa jala-jala, sehingga untuk memparalelkan perlu dipakai indikator urutan fasa jala-jala. i Cara Otomatis Paralel alternator secara otomatis bia- sanya menggunakan alat yang secara