76
ini bisa terjadi karena pada pedestrian ini yang memiliki pembatas antara jalur pedestrian dan jalur kendaraan, jadi pejalan kaki enggan melewatinya dan banyak
penjalan kaki yang belum terbisa dengan pedestrian yang seperti itu. Selain itu, juga disebabkan karena posisinya yang berada didepan kuburan dan tidak terdapat
penggerak aktivitasnya, oleh karena itu pedestrian ini sepi dari aktivitas pengguna jalan.
4.3.3. Segmen 3
Pada segmen 3 ini merupakan pedestrian yang paling ramai dilewati oleh pejalan kaki karena pada segmen 3 ini terdapat beberapa tempat yang menjadi
penggerak aktivitas pada lokasi penelitian ini yaitu Pajus dan Pintu Sumber, tetapi pada tempat ini pula yang sangat banyak terjadi hambatan pada pedestriannya
lihat gambar 4.36.
Universitas Sumatera Utara
77
Gambar 4.36 Peta kondisi pedestrian segmen 3
Sumber: Hasil olahan data primer Kondisi pedestrian bagus, tetapi
disalahgunakan oleh pemilik ruko yang berada didepannya karena
menggunakannya yntuk meletakkan barang dagangannya.
Kondisi pedestrian bagus, tetapi disalahgunakan oleh PKL yang
berjualan diatasnya dan hanya menyisakan sedikit ruang untuk
berjalan yang hanya bisa dilalu oleh satu orang.
Pedestrian yang di timbun oleh ruko sebagai tempat meja dan
kursinya, menyebabkan pedestrian rusak, terputus dan
tidak bisa dilalui oleh pejalan kaki.
Pedestrian yang tidak rusak tetapi digunakan
oleh PKL
yang berjualan di pedestrian, membuat
pejalan kaki tidak nyaman.
Pedestrian yang berada di Pasar USU dan digunakan rata-rata oleh
PKL sehingga membuat pedestrian terhalang dan terputus sehingga
pejalan kaki berjalan pada bahu jalan.
Pedestrian yang rusak,terputus, dan hanya di
perbaiki dengan menutupinya dengan kayu,
kondisi pedestrian ini membahayakan pejalan
kaki.
D
A
Universitas Sumatera Utara
78
Gambar 4.36, dapat dilihat bahwa sepanjang pedestrian pada segmen 3 ini hampir semua tidak bisa dilalui oleh pejalan kaki. Hanya sedikit
pedestrian yang bisa dilalui oleh pejalan kaki. Masalah utama pada segmen 2 ini yaitu parkir dan PKL yang tidak teratur.
Pada segmen 3 ini titik yang paling banyak aktivitas yaitu berada pada pintu Sumber dan Pajus. Banyaknya aktivitas ini terjadi karena 2
tempat ini merupakan tempat yang paling banyak dikunjungi oleh masyarakat lihat tabel 4.8.
Tabel 4.8 Tabel perilaku masyarakat
A. PKL 20
25.00 25.00
50.00 0.00
50.00 25.00
25.00 B.
Pajus 80 50.00
27.50 25.00
37.50 22.50
15.00 C.
Rumah makan 41 39.02
21.95 39.02
21.95 36.59
26.83 14.63
D. Caffe 33
36.36 45.45
18.18 21.21
36.36 18.18
24.24 E.
Lainnya....……... A.
Sumber 85 50.59
36.47 12.94
7.06 42.35
24.71 25.88
B. PAJUS 100
48.00 35.00
17.00 19.00
37.00 25.00
19.00 C.
Pajak Sore 65 52.31
40.00 7.69
7.69 30.77
32.31 29.23
D. Salah satu toko jalan Jamin
Ginting 73 57.53
16.44 41.10
4.11 39.73
34.25 21.92
E. Lainnya…………
1 Makan
2 Belanja
Dengan menggunakan apa berkegiatan pada tempat itu? 1-3 kali
4-7 kali Lainnya
Mobil Motor
Jalan Kaki Lain-nya
No Kegiatan
Tempat Frekuensi
Gambar 4.37 Foto parkir yang terletak
di pintu Sumber Sumber: Dokumentasi pribadi peneliti
Gambar 4.38 Foto PKL yang berada di
bagian depan Pasar Sore Sumber: Dokumentasi pribadi peneliti
Universitas Sumatera Utara
79
Seluruh responden 100 mengatakan sering pergi ke Pajus untuk berbelanja, mereka yang datang dengan frekuensi 1-3 kali 1 minggu 48,
4-7 kali 1 minggu 35 dan lainnya menjawab hanya sekali-sekali 17,69. Hal ini menunjukkan Pajus merupakan tempat yang paling
banyak dan paling sering dikunjungi oleh responden dari pada tempat lain. Kemudian tempat kedua yang sering dikunjungi adalah Sumber dengan
persentase 85 menjawab sering pergi ke Sumber dengan frekuensi 1-3 kali seminggu 50,59, 4-7 kali seminggu 36,47 dan yang menjawab
jarang 12,94. Dapat terlihat pada peta perilaku segmen 3 dapat dilihat bahwa titik-titik aktivitas banyak terdapat pada Pajus, dan Sumber. Padahal
pada Pajus ini tidak banyak yang menjual kebutuhan primer, lebih banyak menjual kebutuhan lifestyle tetapi tetap lebih ramai dibandingkan tempat
yang lainnya, walaupun dengan kondisi pedestrian tidak sesuai dengan teori Donald Appleyard 1981, yang mengatakan bahwa jalan yang livable itu
harus aman dan nyaman bagi pejalan kaki.
Universitas Sumatera Utara
80
Gambar 4.39 Detail D di depan Pajus
Sumber: Hasil olahan data primer
Masalah utama pada segmen 3 yaitu parkir dan PKL lihat gambar 4.39. Sangat jelas terlihat bahwa pada segmen 3 ini banyak terjadi konflik
aktivitas antara pejalan kaki dan kendaraan yang membuat pejalan kaki tidak merasa aman dan nyaman saat berada pada pedestrian. Gambar 4.40
dan 4.41 menunjukkan potongan jalan yang memperlihatkan susasana pedestrian.
Universitas Sumatera Utara
81
Gambar 4.40 Potongan jalan G-G segmen 3
Sumber: Hasil olahan data primer
Pada segmen 3 ini hambir sama dengan segmen 1 dan 2 tetap terdapat parkir pada pedestrian dan menyebabkan terjadinya konflik
aktifitas,
Gambar 4.41 Potongan jalan H-H segmen 3
Sumber: Hasil olahan data primer
Pada potongan jalan H-H terlihat bahwa banyak sekali penjual yang mengambil pedestrian sebagai tempat berjualan, bahkan terdapat pula parkir
pada bahu jalan. yang menyebabkan terjadinya macet pada titik ini. Sebenarmya yang menjadi masalah utama adalah para penjual ini
mengambil alih pedestrian dan menyebabkan pejalan kaki yang sebenarnya berhak menggunakan pedestrian menjadi harus mengalah dan menggunakan
jalur kendaraan untuk sirkulasinya. Kondisi dari pedestrian ini cukup buruk,
Parkir motor
Barang ruko yang berada pada pedestrian
PKL yang berada di depan Pasar Sore
Parkir motor pada bahu jalan
Universitas Sumatera Utara
82
Hal ini juga dikatakan oleh Donald Appleyard 1981 bahwa pada pedestrian tidak boleh terdapat hambatan yang mengganggu jalur pejalan
kaki. Pernyataan ini sesuai dengan persepsi masyarakat yang menilai bahwa posisi PKL yang berada pada pedestrian ini buruk lihat tabel 4.5. Kondisi
pada titik yang memiliki aktivitas sangat ramai ini mengakibatkan rusaknya pedestrian yang ada disekitar pajus ini lihat gambar 4.42.
Gambar 4.42 Foto pedestrian yang rusak di Pajus
Sumber: Dokumrntasi pribadi peneliti
Dapat dilihat pada gambar 4.42 bahwa banyak pedestrian yang rusak di Pajus, tetapi pejalan kaki tetap melewatinya karena bahu jalan sudah
digunakan untuk parkir mobil. Biasanya perilaku pejalan kaki apabila jalan rusak menggunakan bahu jalan, tetapi hal itu tidak bisa dilakukan karena
adanya parkir.
Universitas Sumatera Utara
83
Hambatan yang terjadi bukan hanya PKL dan Parkir tetapi ruko yang menimbun pedestrian dan dibuat seperti ram untuk masuk kendaraan
mereka.
Pada 4.43 terlihat bahwa pemilik bangunan yang berada pada pedestrian tersebut menimbun pedestrian untuk dijadikannya ramp. Pemilik
bangunan mengira bahwa pedestrian yang berada di depan bangunan mereka adalah milik pribadi gambar 4.44.
Gambar 4.44 Foto Pedestrian yang di tutup sendiri oleh pemilik bangunan pada
segmen 3 Sumber: Dokumentasi pribadi peneliti
Gambar 4.43 Foto Pedestrian yang di timbun segmen 3
Sumber: Dokumentasi pribadi peneliti
Universitas Sumatera Utara
84
Gambar 4.44 berada pada pintu masuk Sumber, pada foto ini terlihat bahwa pemilik bangunan menutup pedestrian untuk parkir motornya.
Gambar 4.56 dan 4.57 menjelaskan bahwa pemilik bangunan memiliki asumsi bahwa pedestrian adalah milik pribadinya padahal pedestrian adalah
milik publik. Kondisi ini mengakibatkan pejalan kaki memilih berjalan di jalur kendaraan daripada pedestrian, lihat gambar potongan jalan 4.45.
Gambar 4.45 Potongan jalan J-J segmen 3
Sumber: Hasil olahan data primer
Akibat dari pedestrian banyak dikuasai oleh pribadi dan kendaraan, pada segmen 3 ini banyak pedestrian yang kondisinya tidak terawat, dan
rusak.
RAM yang terdapat diatas
pedestrian Pejalan kaki berjalan di
jalur kendaraan
Universitas Sumatera Utara
85
Gambar 4.46 Foto Pedestrian yang rusak
Sumber: Dokumentasi pribadi peneliti
Pedestrian seperti gambar 4,46 sangat tidak aman bagi pejalan kaki
karena sewaktu-waktu apabila pejalan kaki tidak berhati-hati maka akan terjatuh ke dalam lubang yang ada di pedestrian. Berdasarkan persepsi
responden pedestrian ini memiliki kondisi fisik yang buruk lihat tabel 4.4. Namun pada segmen 3 ini masih terdapat pedestrian yang bagus yang
berada di depan Puskesmas gambar 4.47.
Universitas Sumatera Utara
86
Gambar 4.47 Foto Pedestrian yang baik
Sumber: Dokumentasi pribadi peneliti
Pada pedestrian gambar 4.47 terlihat bahwa pedestrian ini memiliki kondisi yang baik terawat, dan teduh yaitu pohonnya rindang sehingga, serta
terhindar dari konflik aktivitas dengan kendaraan gambar 4.48.
Gambar 4.48 Potongan I-I pada segmen 3
Sumber: Dokumentasi pribadi peneliti
Walaupun memiliki kondisi fisik yang bagus, sama halnya dengan segmen 2, pejalan kakinya kebanyakan lebih memilih berjalan di bahu jalan
daripada di pedestrian. Padahal kondisi fisik dari pedestriannya cukup bagus
Pedestrian yang bagus
Universitas Sumatera Utara
87
lihat gambar 4.48 dan memenuhi teori Donald Appleyard 1981 yang mengatakan salah satu karakter jalan yang livable adalah pedestriannya
aman dan nyaman, tetapi teori ini tidak berlaku di lokasi penelitian ini.
Gambar 4.49 Foto pejalan kaki berjalan di bahu jalan segmen 3
Sumber: Dokumentasi pribadi peneliti
Pada Segmen 3 ini rata-rata pedestrian rusak dan terhalang.
Walaupun memiliki kondisi pedestrian yang buruk, dan pendapat responden tentang pedestrian ini juga buruk, tetapi masyarakat tetap masih banyak
yang berjalan kaki pada segmen 3 ini lihat gambar peta perilaku segmen 3 pada gambar 4.50.
Universitas Sumatera Utara
88
Gambar 4.50 Peta perilaku pada segmen 3
Sumber: Hasil olahan data primer Pejalan kaki yang berjalan dan
menggunakan jalur kendaraan, terjadi konflik antara pejalan
kaki dan kendaraan yang berbahaya begi pejalan kaki
Pengunjung Pasar USU yang menunggu
angkutan pada pintu Pajus.
Kebanyakan yang menunggu angkutan
umum adalah mahasiswa dan posisinya di bahu
jalan pada pintu Sumber. Pejalan kaki lebih memilih
berjalan pada
bahu jalan
walaupun pedestrian yang di depan puskesmas kondisi baik.
Pejalan kaki yang berada di depan Amik dan terdapat
pula masyarakat
yang duduk-duduk di pinggir
taman.
Lokasi ini berada di seberang pintu sumber, dan disini paling
banyak adalah
aktivitas menunggu angkutan umum
dan beberapa didapati juga masyarakat berjalan kaki.
Universitas Sumatera Utara
89
Pada gambar 4.50 terlihat bahwa walaupun memiliki kondisi pedestrian yang buruk pengguna jalan tetap banyak yang bersirkulasi pada jalan ini. Artinya
acuan masyarakat untuk berjalan kaki atau beraktivitas pada ruang jalan bukan karena kondisi fisik yang bagus tetapi karena ada sesuatu yang menarik pada
tempat tersebut dalam hal ini Pajus dan Sumber.
4.3.4. Kesimpulan