131
bertindak sendiri. Memproklamasikankemerdekaan adalah hak dantugas PPKI.
Pada tanggal 15 Agustus 1945 sore, parapemuda kembali menemui Bung Hatta danmendesak agar beliau jangan menyetujuiproklamasi di
hadapan PPKI, karena menurutmereka hal itu berbau Jepang. Malamnya, sekitarpukul 20.00, golongan muda revolusionermengadakan rapat di salah
satu ruanganLembaga Bakteriologi di Pegangsaan Timur.Rapat ini antara lain dihadiri oleh ChairulSaleh, Wikana, Margono, Armansyah,
danKusnandar. Dalam rapat itu golongan mudamenegaskan pendirian mereka. Mereka berpendirianbahwa kemerdekaan Indonesia adalahhak
dan urusan rakyat Indonesia sendiri.Kemerdekaan tidak dapat digantungkan kepadaorang lain dan negara lain. Rapat jugamemutuskan
tuntutan agar Proklamasi Kemerdekaandinyatakan oleh Ir. Sukarno padakeesokan harinya 16 Agustus 1945.Keputusan rapat pada tanggal 15
Agustus 1945 sore, disampaikan olehWikana dan Darwis kepada Sukarno. Utusan golongan muda mengancamakan terjadi pertumpahan darah jika
tuntutan golongan muda tidak dilaksanakan.Hal itu menimbulkan suasana ketegangan. Sukarno marahmendengar ancaman itu. Peristiwa
menegangkan itu disaksikan olehgolongan tua, seperti Mohammad Hatta, Ahmad Subarjo, Dr. Buntaran,Dr. Sanusi, dan Iwa Kusumasumantri.
Golongan tua tetap menekankanperlunya melakukan proklamasi kemerdekaan dalam rapat PPKI untukmenghindari pertumpahan darah.
3. Peristiwa Rengasdengklok
Setelah mengetahui pendirian golongan tua, golongan muda mengadakanrapat lagi menjelang pukul 24.00. Mereka melakukan rapat di
AsramaBaperpi, Cikini 71, Jakarta. Rapat tersebut selain dihadiri mereka yangmengikuti rapat di Pegangsaan Timur, juga dihadiri oleh Sukarni,
JusufKunto, dr. Muwardi, dan Sodancho Singgih.Dalam rapat itu diputuskan untuk mengungsikan Sukarno dan Hattake luar kota. Tempat
yang dipilih adalah Rengasdengklok, sebuah kotakawedanan di sebelah timur Jakarta. Tujuan “penculikan” itu adalah menjauhkankedua
pemimpin nasional itu dari pengaruh Jepang. Untuk menghindarikecurigaan dan tindakan yang dapat diambil oleh tentara
Jepang,rencana itu diserahkan kepada Sodancho Singgih. Rencana itu berhasil dengan baik berkat dukungan Cudanco Latief Hendraningrat,
berupa perlengkapantentara Peta.Pagi-pagi buta sekitar pukul 04.00, tanggal 16 Agustus 1945, Sukarno-Hatta dibawa ke Rengasdengklok.
Sehari penuh kedua pemimpin “ditahan”di Rengasdengklok. Selain untuk menjauhkan Sukarno-Hatta dari pengaruhJepang, para pemuda bermaksud
132
memaksa mereka agar segera memproklamasikan kemerdekaan lepas dari segala sesuatu yang berkaitan denganJepang. Ternyata kedua tokoh ini
cukup berwibawa. Para pemuda punsegan untuk mendesak mereka. Namun, Sodancho Singgih memberikanketerangan bahwa dalam
pembicaraan berdua dengan Bung Karno, BungKarno menyatakan bersedia melaksanakan proklamasi segera setelahkembali ke Jakarta.
Berdasarkan hal itu, siang itu juga Singgih kembali keJakarta. Ia menyampaikan rencana Proklamasi kepada para pemimpinpemuda di
Jakarta.
Sementara itu, di Jakarta, golongan tua dan golongan muda sepakatbahwa proklamasi kemerdekaan dilakukan di Jakarta. Golongan
tua diwakiliMr. Ahmad Subarjo dan golongan muda yang diwakili Wikana. LaksamanaMaeda, bersedia menjamin keselamatan mereka
selama berada di rumahnya.Maeda adalah seorang Perwira penghubung Angkatan Darat dan AngkatanLaut Jepang.
Berdasarkan kesepakatan itu, Jusuf Kunto, dari pihak Pemudamengantar Ahmad Subarjo ke Rengasdengklok pada hari itu juga.
Merekaakan menjemput Sukarno-Hatta. Semula para pemuda tidak mau melepasSukarno-Hatta. Ahmad Subarjo memberi jaminan bahwa
proklamasi kemerdekaanakan diumumkan pada tanggal 17 Agustus keesokan harinya,selambat-lambatnya pukul 12.00. Bila hal tersebut tidak
terjadi, AhmadSubarjo rela mempertaruhkan nyawanya. Dengan jaminan itu, komandankompi Peta setempat, Cudanco Subeno, bersedia
melepaskan Sukarno-Hatta kembali ke Jakarta.
4. Perumusan teks proklamasi