Peningkatan prestasi belajar IPA melalui metode Inkuiri Terbimbing pada siswa kelas V SD Negeri Sarikarya tahun pelajaran 2014/2015.

(1)

ABSTRAK

Peningkatan Prestasi Belajar IPA Melalui Metode Inkuiri Terbimbing pada Siswa Kelas V SD Negeri Sarikarya Tahun Pelajaran 2014/2015

Oleh:

Sundosari Pratiwi

NIM: 111134110

Universitas Sanata Dharma

Hasil pengamatan, wawancara, dan evaluasi pada proses pembelajaran IPA di SD Negeri Sarikarya menunjukkan kecenderungan proses pembelajaran yang berpusat pada guru. Rendahnya prestasi belajar siswa dalam kompetensi sikap, keterampilan, dan pengetahuan mendorong peneliti untuk melakukan penelitian tindakan kelas yang bertujuan meningkatkan prestasi IPA kompetensi sikap, keterampilan, dan pengetahuan siswa menggunakan metode inkuiri terbimbing. Peningkatan prestasi komponen sikap dan keterampilan siswa dilakukan melalui pengamatan selama pembelajaran.

Hasil pengamatan pada siklus I menunjukkan adanya peningkatan persentase sikap kategori Baik dalam pelajaran IPA sebanyak 21,6%. Pada siklus II persentase sikap kategori Baik meningkat lagi sebanyak 15,1%. Hasil pengamatan pada siklus I juga menunjukkan adanya peningkatan rata-rata nilai sikap sebanyak 5,4 poin. Pada siklus II rata-rata nilai sikap meningkat lagi sebanyak 4,4 poin. Hasil pengamatan komponen keterampilan pada siklus I menunjukkan adanya peningkatan persentase keterampilan predikat B- dalam pelajaran IPA sebanyak 21,2%. Pada siklus II persentase predikat B- meningkat lagi sebanyak 27,7%. Hasil pengamatan pada siklus I juga menunjukkan adanya peningkatan rata-rata nilai keterampilan dalam pelajaran IPA sebanyak 4,3 poin. Pada siklus II rata-rata nilai keterampilan meningkat lagi sebanyak 4,4 poin. Peningkatan prestasi komponen pengetahuan siswa dilakukan dengan memberikan LKS dan soal evaluasi akhir siklus. Hasil pengamatan pada siklus I menunjukkan adanya peningkatan persentase siswa yang lulus KKM dalam pelajaran IPA sebanyak 3,6%. Pada siklus II persentase siswa yang memiliki sikap kategori Baik meningkat lagi sebanyak 27,4%. Hasil pengamatan pada siklus I juga menunjukkan adanya peningkatan rata-rata nilai kelas dalam pelajaran IPA sebanyak 1,9 poin. Pada siklus II jumlah siswa yang memiliki sikap kategori Baik meningkat lagi sebanyak 9,2 poin.


(2)

i

Peningkatan Prestasi Belajar IPA Melalui Metode Inkuiri Terbimbing pada Siswa Kelas V SD Negeri Sarikarya Tahun Pelajaran 2014/2015

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Oleh: Oleh: Sundosari Pratiwi

NIM: 111134110

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA 2015


(3)

(4)

(5)

iv

HALAMAN PERSEMBAHAN Karya ini kupersembahkan untuk :

Tuhan Yesus Kristus yang selalu membimbing dan memampukanku sejauh ini sehingga aku dapat menyelesaikan skripsi.

Bunda Maria yang selalu menguatkan dan menemani aku.

Ayah Andreas Yosef Bejo dan Ibu Christiana Suwarti yang tidak berhenti memberi semangat, motivasi, serta selalu menyebut namaku dalam doanya.

Kakak ku tercinta Pandu Prihantoko yang dengan baiknya selalu menjadi kakiku.

Kekasih terbaikku Yustinus Edi Pamungkas yang juga selalu memberikanku motivasi, mengajarkanku untuk mensyukuri setiap proses, dan setia mendoakanku.

Dosen Pembimbing I, Bapak Drs. Paulus Wahana, M.Hum. yang berkenan membimbing setiap proses.

Dosen Pembimbing II, Ibu Eny Winarti, S.Pd. M.Hum., Ph.D. yang selalu bersabar membimbing, mengawal proses, memberikan masukan luar biasa dan berbeda dari “yang biasa”.

Teman-teman PGSD angkatan 2011 (Ludang Salindri, Eden Aprilia, Cornelia, Oktaviani Chandra, Rufina Merry, dll)

Teman-teman PGSD kelas F

Teman-teman Pramuka, Bimbel, Probaling, dan PPL (Anna Ventalensi, Angela Cory, Brigita Wahyu, dan Yustinus Cahyadi).

Bapak Jaka Triyana, S.Pd. SD. Selaku Kepala SD N Sarikarya.

Bapak Danang Harya Saputra, S.Pd. selaku wali kelas V SD N Sarikarya yang sangat membantu penelitian tindakan kelas ini.

 Simbah, kakak (mba Andry), dan sepupu yang menguatkan dan mendoakan.


(6)

v

MOTTO

Jika anda berpikir setahun ke depan, taburlah benih.

Jika anda berpikir sepuluh tahun ke depan tanamlah sebatang pohon. Jika anda

berpikir seratus tahun ke depan, didiklah rakyat.”

(Kuan-tsu)

"Pendidikan merupakan perlengkapan paling baik untuk hari tua."

(Aristoteles)

“Pelaut ulung tidak berasal dari ombak yang tenang”

(Pepatah Kuno)

“Jika ingin mengetahui masa lalu, lihatlah “apa yang kita terima saat ini” Jika ingin tahu masa depan, tanyakan “apa yang kita lakukan saat ini”


(7)

vi

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.

Yogyakarta, 01 Juni 2015

Penulis


(8)

vii

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Yang bertandatangan di bawah ini, saya mahasiswi Universitas Sanata Dharma:

Nama : Sundosari Pratiwi

Nim : 111134110

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan

Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul: “Peningkatan Prestasi Belajar IPA Melalui Metode Inkuiri Terbimbing pada Siswa Kelas V SD Negeri Sarikarya Tahun Pelajaran 2014/2015” beserta perangkat yang diperlukan. Dengan demikian saya memberikan kepada Perpustakaan Sanata

Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain,

mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas, dan

mempublikasikannya di Internet atau media lain untuk kepentingan akademis

tanpa perlu meminta ijin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.

Yogyakarta, 01 Juni 2015

Yang menyatakan


(9)

viii

ABSTRAK

Peningkatan Prestasi Belajar IPA Melalui Metode Inkuiri Terbimbing pada Siswa Kelas V SD Negeri Sarikarya Tahun Pelajaran 2014/2015

Oleh:

Sundosari Pratiwi

NIM: 111134110

Universitas Sanata Dharma

Hasil pengamatan, wawancara, dan evaluasi pada proses pembelajaran IPA di SD Negeri Sarikarya menunjukkan kecenderungan proses pembelajaran yang berpusat pada guru. Rendahnya prestasi belajar siswa dalam kompetensi sikap, keterampilan, dan pengetahuan mendorong peneliti untuk melakukan penelitian tindakan kelas yang bertujuan meningkatkan prestasi IPA kompetensi sikap, keterampilan, dan pengetahuan siswa menggunakan metode inkuiri terbimbing. Peningkatan prestasi komponen sikap dan keterampilan siswa dilakukan melalui pengamatan selama pembelajaran.

Hasil pengamatan pada siklus I menunjukkan adanya peningkatan persentase sikap kategori Baik dalam pelajaran IPA sebanyak 21,6%. Pada siklus II persentase sikap kategori Baik meningkat lagi sebanyak 15,1%. Hasil pengamatan pada siklus I juga menunjukkan adanya peningkatan rata-rata nilai sikap sebanyak 5,4 poin. Pada siklus II rata-rata nilai sikap meningkat lagi sebanyak 4,4 poin. Hasil pengamatan komponen keterampilan pada siklus I menunjukkan adanya peningkatan persentase keterampilan predikat B- dalam pelajaran IPA sebanyak 21,2%. Pada siklus II persentase predikat B- meningkat lagi sebanyak 27,7%. Hasil pengamatan pada siklus I juga menunjukkan adanya peningkatan rata-rata nilai keterampilan dalam pelajaran IPA sebanyak 4,3 poin. Pada siklus II rata-rata nilai keterampilan meningkat lagi sebanyak 4,4 poin. Peningkatan prestasi komponen pengetahuan siswa dilakukan dengan memberikan LKS dan soal evaluasi akhir siklus. Hasil pengamatan pada siklus I menunjukkan adanya peningkatan persentase siswa yang lulus KKM dalam pelajaran IPA sebanyak 3,6%. Pada siklus II persentase siswa yang memiliki sikap kategori Baik meningkat lagi sebanyak 27,4%. Hasil pengamatan pada siklus I juga menunjukkan adanya peningkatan rata-rata nilai kelas dalam pelajaran IPA sebanyak 1,9 poin. Pada siklus II jumlah siswa yang memiliki sikap kategori Baik meningkat lagi sebanyak 9,2 poin.


(10)

ix

ABSTRACT

THE ENHANCEMENT OF STUDENT’S LEARNING ACHIEVEMENT TOWARDS SCIENCE STUDY BY USING GUIDED INQUIRY METHOD OF

THE FIFTH GRADES IN SD SARIKARYA ACADEMIC YEAR 2014/2015 By:

Sundosari Pratiwi

Student Number: 111134110

Sanata Dharma University

The result of observation, interview, and evaluation on the Science learning process at SD N Sarikarya showed the tendency of learning process which focused on teacher-centered. The researcher assumed that it caused the student’s learning achievement on student’s attitude, skill, and knowledge competence was low. This fact prompted the researcher to conduct classroom action research with a purpose to enhance the science achievement on student’s attitude, skill, and knowledge competence by implementing guided inquiry method. The enhancement of student’s achievement on attitude and skill component conducted through observation during the activity learning.

The result of the observation in cycle I showed an increasing of student’s percentage which achieved B cathegory in science study was 21.6%. In cycle II, the number of students who were fairly which achieved the passing grade increased into 15.1%. The average score of the skill class also increased as much as 5.4 point. In cycle II increased up to 4.4 point. The result of the observation skill component in cycle I showed an increasing of student’s percentage which achieved B- skill predicate in science study was 21.2%. In cycle II, the number of students percentage which achieved the passing grade increased into 27.7%. The average score of the skill class also increased as much as 4.3 point. In cycle II increased up to 4.4 point. The enhancement of student’s achievement on knowledge component conducted through individual worksheet and final evaluation test in cycle. The result of the evaluation question and assessment worksheet in cycle I showed an increasing number of student’s percentage which achieved the passing grade in science study was 3.6%. In cycle II, the number of students percentage which achieved the passing grade increased into 27.4%. The average score of the class also increased as much as 1.9 point.


(11)

x

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yesus Kristus, yang telah

melimpahkan kasih, cinta, dan sukacita, sehingga penulis dapat menyelesaikan

penyusunan skripsi ini. Skripsi ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat

untuk memperoleh gelar Sarjana pendidikan Program Studi Pendidikan Guru

Sekolah Dasar.

Banyak pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi

ini, maka penulis mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah

memberikan bantuan. Untuk itu penulis mengucapkan terimakasih kepada yang

terhormat:

1. Rohandi, Ph.D. selaku dekan FKIP Universitas Sanata Dharma.

2. G. Ari Nugrahanta, S.J., S.S., BST., M.A. selaku Kaprodi PGSD.

3. Christiyanti Aprinastuti, S.Si., M.Pd. selaku wakil prodi PGSD.

4. Drs. Paulus Wahana, M.Hum. selaku dosen pembimbing I.

5. Eny Winarti, S.Pd., M.Hum., Ph.D. selaku dosen pembimbing II.

6. Maria Melani Ika Susanti, S.Pd., M.Pd. selaku dosen penguji III.

7. Ayah Andreas Yosef Bejo dan Ibu Christiana Suwarti yang tidak berhenti

memberi semangat, motivasi, serta selalu menyebut namaku dalam doanya.

8. Bapak Jaka Triyana, S.Pd. SD. Selaku Kepala SD N Sarikarya.

9. Bapak Danang Harya Saputra, S.Pd. selaku wali kelas V SD N Sarikarya yang


(12)

xi

10.Bapak/ibu validator yang sudah membantu penulis (Ibu Maslichah, Ibu

Theresia).

11.Teman-teman PGSD angkatan 2011 (Ludang Salindri, Eden Aprilia, Cornelia,

Oktaviani Chandra, Rufina Merry, dll)

12.Teman-teman PGSD kelas F (Anna Ventalensi, Angela Cory, Brigita Wahyu,

Yustinus Cahyadi, Adhik Abil, Yohanes Hendi, Satria Anggara, Andi, dan

lain-lain).

13.Semua pihak yang telah membantu yang tidak disebutkan satu-persatu.

Penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi ini masih memiliki banyak

kekurangan, meskipun penulis telah berusaha semaksimal mungkin.Semoga

skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan dunia pendidikan.

Yogyakarta, 01 Juni 2015

Penulis


(13)

xii

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL………... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING………. ii

HALAMAN PENGESAHAN………. iii

HALAMAN PERSEMBAHAN……….. iv

MOTTO………... v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA……….. vi

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS…………. vii

ABSTRAK……….. viii

ABSTRACT……… ix

KATA PENGANTAR………. x

DAFTAR ISI………... xii

DAFTAR TABEL………... xv

DAFTAR GAMBAR……….. xviii

DAFTAR LAMPIRAN………... xx

BAB I: PENDAHULUAN……….. 1

A. Latar Belakang Masalah……….. 1


(14)

xiii

C. Rumusan Masalah………... 9

D. Tujuan Penelitian………. 9

E. Batasan Pengertian……….. 10

F. Manfaat Penelitian………... 11

BAB II: LANDASAN TEORI……… 13

A. Kajian Pustaka………. 13

1. Prestasi Belajar……… 13

2. Metode Inkuiri Terbimbing (Guided Inquiry Method)………... 19

3. IPA untuk Sekolah Dasar……… 27

4. Siswa Kelas V Sekolah Dasar………. 30

5. Penelitian Tindakan Kelas………... 31

B. Penelitian yang Relevan……….. 34

C. Kerangka Berpikir………... 43

D. Hipotesis Tindakan……….. 46

BAB III: METODOLOGI PENELITIAN………... 47

A. Jenis Penelitian……… 47

B. Setting Penelitian………. 49

C. Tindakan Penelitian………. 50


(15)

xiv

E. Teknik Pengumpulan Data……….. 60

F. Instrumen Pengumpulan Data………. 63

G. Validitas, Reliabilitas, dan Indeks Kesukaran………. 64

H. Teknik Analisis Data………... 89

I. Jadwal Penelitian………. 95

BAB IV: HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN………... 97

A. Hasil Penelitian………... 97

1. Gambaran Umum Penelitian Tindakan Kelas………... 97

2. Hasil Penelitian………... 119

a. Kualitas Proses……… 119

b. Kualitas Hasil……….. 155

B. Pembahasan ……….... 163

BAB V: KESIMPULAN, KETERBATASAN PENELITIAN, DAN SARAN………... 216

A. Kesimpulan ………. 216

B. Keterbatasan Penelitian………... 220

C. Saran……… 220

DAFTAR REFERENSI………... 222


(16)

xv

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel II.1 Tahap pembelajaran Inkuiri menurut Trianto……… 25 Tabel II.2 Ringkasan Penelitian……….. 40 Tabel III.1 Indikator Keberhasilan Siswa………. 59 Tabel III.2 Hasil Validasi Lembar Observasi Sikap dan Lembar

Observasi Keterampilan (unjuk kerja) Sebelum

Diperbaiki………... 68

Tabel III.3 Hasil Validasi Lembar Observasi Sikap dan Lembar

Observasi Keterampilan (unjuk kerja) Setelah

Diperbaiki………... 70

Tabel III.4 Hasil Validasi Instrumen Perencanaan Pembelajaran

(RPP) Siklus I………... 73

Tabel III.5 Hasil Validasi Instrumen Perencanaan Pembelajaran

(RPP) Siklus II………... 75 Tabel III.6 Hasil Uji Validitas menggunakan TAP Siklus I…………. 78 Tabel III.7 Hasil Uji Validitas menggunakan TAP Siklus II………... 80 Tabel III.8 Koefisien Reliabilitas………. 82 Tabel III.9 Hasil perhitungan indeks kesukaran menggunakan TAP

Siklus I……… 85 Tabel III. 10 Kisi-kisi indeks kesukaran soal siklus I………. 86


(17)

xvi

Tabel III.11 Hasil perhitungan indeks kesukaran menggunakan TAP

Siklus II……….. 87

Tabel III.12 Kisi-kisi indeks kesukaran soal siklus II……… 88

Tabel III.13 Konversi Nilai Akhir Komponen Sikap………. 90

Tabel III.14 Skor Tiap Indikator Lembar Observasi Sikap……… 91

Tabel III.15 Konversi Nilai Akhir Komponen Keterampilan………… 92

Tabel III.16 Skor Tiap Indikator Lembar Observasi Keterampilan…... 92

Tabel III.17 Jadwal Penelitian……… 96

Tabel IV.1 Ketercapaian siklus I……….. 109

Tabel IV.2 Ketercapaian siklus II………. 118

Tabel IV.3 Data Awal Sikap Siswa……….. 121

Tabel IV. 4 Data Sikap Siswa Siklus I Pertemuan 1.……… 123

Tabel IV.5 Data Sikap Siswa Siklus I Pertemuan 2………. 125

Tabel IV.6 Rangkuman Nilai Sikap siklus I………. 127

Tabel IV.7 Data Sikap Siswa Siklus II Pertemuan 1.………... 129

Tabel IV.8 Data Sikap Siswa Siklus II Pertemuan 2……… 132

Tabel IV.9 Rangkuman Nilai Sikap Siklus II………... 134

Tabel IV.10 Rangkuman Sikap Awal, Siklus I, dan Siklus II………… 136


(18)

xvii

Tabel IV.12 Data Keterampilan Siswa Siklus I Pertemuan 1…………. 141 Tabel IV.13 Data Keterampilan Siswa Siklus I Pertemuan 2…………. 143 Tabel IV.14 Rangkuman Nilai Keterampilan Siklus I………... 145 Tabel IV. 15 Data Keterampilan Siswa Siklus II Pertemuan 1………... 147 Tabel IV.16 Data Keterampilan Siswa Siklus II Pertemuan 2………... 149 Tabel IV.17 Rangkuman Nilai Keterampilan Siklus II……….. 151 Tabel IV.18 Rangkuman Keterampilan Awal, Siklus I, dan Siklus II... 153

Tabel IV.19 Hasil Nilai Akhir Komponen Pengetahuan Siklus I……... 156 Tabel IV.20 Hasil Nilai Akhir Komponen Pengetahuan Siklus II……. 159 Tabel IV.21 Hasil Rangkuman Nilai Akhir Komponen Pengetahuan

Siklus I dan Siklus II……….. 161

Tabel IV.22 Rangkuman Pencapaian Indikator Penelitian Siklus I dan


(19)

xviii

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar II.1 Bagan kerangka berpikir PTK……….. 45 Gambar III.1 Model siklus PTK Model Refleksi Awal (Saur

Tampubolon)………. 48

Gambar IV.1 Kerjasama siswa dalam merumuskan masalah Siklus I… 171 Gambar IV.2 Kerjasama siswa dalam menguji hipotesis Siklus I…….. 173 Gambar IV.3 Kedisiplinan Siswa dalam Mengerjakan LKS Siklus I…. 174 Gambar IV.4 Keterampilan siswa dalam merumuskan kesimpulan

Siklus I……….. 177 Gambar IV.5 Hasil LKS siswa siklus I pada pertemuan 1(1)…………. 178 Gambar IV.6 Hasil LKS siswa siklus I pada pertemuan 1 (2)………… 179 Gambar IV.7 Hasil LKS siswa siklus I pada pertemuan 2 (1)………... 180 Gambar IV.8 Hasil LKS siswa siklus I pada pertemuan 2 (2)………… 181 Gambar IV.9 Hasil Refleksi Siswa Siklus I pertemuan 1………... 182 Gambar IV.10 Hasil Refleksi Siswa Siklus I pertemuan 2………... 183 Gambar IV.11 Kerjasama siswa dalam merumuskan masalah Siklus II.. 188

Gambar IV.12 Kerjasama siswa dalam menguji hipotesis Siklus II……. 191 Gambar IV.13 Kedisiplinan Siswa dalam Mengerjakan LKS Siklus II... 192


(20)

xix

Siklus II………. 196

Gambar IV.15 Hasil LKS siswa siklus II pada pertemuan 1(1)………... 196

Gambar IV.16 Hasil LKS siswa siklus II pada pertemuan 1 (2)……….. 197

Gambar IV.17 Hasil LKS siswa siklus II pada pertemuan 2 (1)……….. 198

Gambar IV.18 Hasil LKS siswa siklus II pada pertemuan 2 (2)……….. 199

Gambar IV.19 Hasil Refleksi Siswa Siklus II pertemuan 1……….. 200

Gambar IV.20 Hasil Refleksi Siswa Siklus II pertemuan 2……….. 201

Gambar IV.21 Grafik Pencapaian Indikator Sikap Siswa Lulus KKM… 210 Gambar IV.22 Grafik Rata-rata Nilai Kelas Komponen Sikap………… 211

Gambar IV.23 Grafik Pencapaian Indikator Keterampilan Siswa Lulus KKM………. 212

Gambar IV.24 Grafik Rata-rata Nilai Kelas Komponen Keterampilan… 213 Gambar IV.25 Grafik Ketercapaian Indikator Pengetahuan Siswa Lulus KKM………. 214

Gambar IV.26 Grafik Rata-Rata Nilai Kelas Komponen Pengetahuan… 215 Gambar IV.27 Hasil Evaluasi Siklus I (1)……… 203

Gambar IV.28 Hasil Evaluasi Siklus I (2)……… 204

Gambar IV.29 Hasil Evaluasi Siklus II (1)………... 206


(21)

xx

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1: RPP Siklus I Pertemuan 1………. 228

Lampiran 2: RPP Siklus I Pertemuan 2………. 268

Lampiran 3: RPP Siklus II Pertemuan 1……… 293

Lampiran 4: RPP Siklus II Pertemuan 2……… 324

Lampiran 5: LKS dan Rubrik Penilaian Siklus I pertemuan 1………. 350

Lampiran 6: LKS dan Rubrik Penilaian Siklus I pertemuan 2………. 355

Lampiran 7: LKS dan Rubrik Penilaian Siklus II pertemuan 1……… 362

Lampiran 8: LKS dan Rubrik Penilaian Siklus II pertemuan 2……… 369

Lampiran 9: Lembar Pengamatan/Observasi Sikap……….. 376

Lampiran 10: Lembar Pengamatan/Observasi Keterampilan………….. 380

Lampiran 11: Daftar Nilai UTS Kelas IV semester genap tahun pelajaran 2013/2014……….. 384

Lampiran 12: Kisi-kisi Soal Siklus I………... 387

Lampiran 13: Kisi-kisi Soal Siklus II……….. 407

Lampiran 14: Soal Evaluasi Siklus I………... 429

Lampiran 15: Soal Evaluasi Siklus II……….. 435


(22)

xxi

Lampiran 17: Kunci Jawaban Siklus II………... 442 Lampiran 18: Topik Wawancara Semi Terstruktur………. 443 Lampiran 19: Hasil Wawancara Semi Terstruktur………. 444 Lampiran 20: Hasil Wawancara Tidak Berstruktur……… 446 Lampiran 21: Hasil Perhitungan Validitas, Reliabilitas, dan Indeks

Kesukaran soal evaluasi akhir siklus dengan

menggunakan aplikasi TAP siklus I………. 447 Lampiran 22: Hasil Perhitungan Validitas, Reliabilitas, dan Indeks

Kesukaran soal evaluasi akhir siklus dengan

menggunakan aplikasi TAP siklus II……… 453 Lampiran 23: Hasil Validasi Lembar Observasi Sikap dan

Keterampilan………. 459 Lampiran 24: Hasil Validasi Instrumen Perencanaan Pembelajaran….. 467 Lampiran 25: Surat Permohonan Uji Validitas………... 479 Lampiran 26: Surat Ijin untuk Melakukan Penelitian………. 480 Lampiran 27: Surat Ijin Telah Melakukan Penelitian………. 481 Lampiran 28: Foto-foto Kegiatan……… 482


(23)

1

BAB I

PENDAHULUAN

Pada bagian pendahuluan ini ada enam hal yang dibahas. Keenam hal

tersebut adalah latar belakang masalah, batasan masalah, rumusan masalah, tujuan

penelitian, batasan pengertian, dan manfaat penelitian. Latar belakang masalah

berisi data awal dan hasil temuan di lapangan tentang proses pembelajaran dan

prestasi belajar IPA di kelas V SD Negeri Sarikarya. Bagian batasan masalah

berisi fokus target penelitian prestasi belajar. Bagian tujuan penelitian berisi target

penelitian yang difokuskan pada tema 4 Sehat Itu Penting, sub tema 3 Lingkungan

Sehat, pembelajaran 2, 3, 5, dan 6 serta dibatasi pada variabel prestasi belajar IPA

meliputi sikap, keterampilan, dan pengetahuan. Bagian rumusan masalah berisi

tentang pertanyaan yang dimaksudkan untuk memberikan kejelasan bahwa kita

akan memecahkan masalah yang ditanyakan itu. Bagian tujuan penelitian

membahas tentang apa yang sebenarnya ingin peneliti hasilkan dari penelitian

yang dilakukan. Sedangkan bagian batasan pengertian berisi tentang beberapa

istilah yang perlu disepakati bersama agar tidak menimbulkan penafsiran yang

berbeda-beda. Bagian yang terakhir adalah manfaat penelitian. Manfaat penelitian

berisi tentang untuk siapa hasil penelitian ini bermanfaat dan apa saja manfaatnya.

A. Latar Belakang Masalah

Standar Isi (2006:161) mengungkapkan bahwa Ilmu Pengetahuan


(24)

sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan

yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja tetapi

juga merupakan suatu proses penemuan. Standar Isi (2006:161) juga

menambahkan bahwa Pendidikan IPA diharapkan dapat menjadi wahana

bagi peserta didik untuk mempelajari diri sendiri dan alam sekitar, serta

prospek pengembangan lebih lanjut dalam menerapkannya di dalam

kehidupan sehari-hari. Proses pembelajarannya menekankan pada

pemberian pengalaman langsung untuk mengembangkan kompetensi agar

menjelajahi dan memahami alam sekitar secara ilmiah.

Menurut Daryanto dan Rahardjo (2012:1) mengajar adalah

membimbing kegiatan belajar siswa sehingga ia mau belajar. Dengan

demikian, aktivitas siswa sangat diperlukan dalam kegiatan belajar

mengajar, sehingga siswalah yang seharusnya banyak aktif sebab siswa

sebagai subjek didik. Subjek didik adalah yang merencanakan dan ia yang

melaksanakan belajar. Selain itu, John Dewey dalam Daryanto dan

Rahardjo (2012:2) mengungkapkan betapa pentingnya aktivitas belajar

siswa dalam proses belajar mengajar melalui metode proyek dengan

semboyan learning by doing. Dewey juga menambahkan bahwa jauh sebelumnya para tokoh pendidikan lainnya seperti Rosseau, Pestalozi,

Frobel, dan Montessory telah mendukung prinsip aktivitas dalam

pengajaran ini. Aktivitas belajar siswa dapat digolongkan ke dalam

beberapa hal: a) Aktivitas visual seperti membaca, menulis, melakukan


(25)

sajak, tanya jawab, diskusi, dan menyanyi. c) Aktivitas mendengarkan

seperti mendengarkan penjelasan guru, ceramah, dan pengarahan. d)

Aktivitas gerak seperti senam, atletik, menari, dan melukis. e) Aktivitas

menulis seperti mengarang, membuat makalah, dan membuat surat. Jadi,

melalui berbagai aktivitas belajar, siswa terlibat secara aktif melalui

aktivitas jasmani dan rohani.

Samatowa (2011:2) berpendapat bahwa IPA di SD hendaknya

membuka kesempatan untuk memupuk rasa ingin tahu anak didik secara

alamiah. Hal ini akan membantu mereka mengembangkan kemampuan

bertanya dan mencari jawaban berdasarkan bukti serta mengembangkan

cara berpikir ilmiah. Fokus program pengajaran IPA di SD hendaknya

ditujukan untuk memupuk minat dan pengembangan anak didik terhadap

dunia mereka di mana mereka hidup. Samatowa juga mengungkapkan

bahwa untuk mencapai tujuan dan memenuhi pendidikan IPA itu,

pendekatan yang digunakan dalam proses belajar mengajar IPA antara lain

adalah: a) Pendekatan Lingkungan, b) Pendekatan Keterampilan Proses, c)

Pendekatan Inkuiri (penyelidikan), dan d) Pendekatan Terpadu (terutama

di SD).

Samatowa (2012:3) mengungkapkan bahwa setiap guru harus

memahami alasan pentingnya mengajarkan IPA di Sekolah Dasar.

Samatowa juga menambahkan ada berbagai alasan yang menyebabkan

satu mata pelajaran itu dimasukkan ke dalam kurikulum suatu sekolah.


(26)

tepat memberikan kesempatan berpikir kritis pada siswa; misalnya IPA

diajarkan mengikuti metode “menemukan sendiri”. Dengan ini anak dihadapkan pada suatu masalah misalnya, “Dapatkah tumbuhan hidup

tanpa daun?”. Anak diminta untuk mencari dan menyelidiki hal ini.

Samatowa (2011:4) juga berpendapat apabila IPA diajarkan melalui

percobaan pada siswa maka IPA bukanlah mata pelajaran yang bersifat

hafalan saja. Jadi setelah menemukan dan memperoleh pengetahuannya

sendiri maka diharapkan prestasi belajar siswa akan meningkat. Prestasi

belajar adalah hasil penilaian pendidik terhadap perubahan perilaku siswa

dari yang belum mampu menjadi mampu meliputi sikap, keterampilan,

dan pengetahuan.

Dari pengamatan pertama secara langsung di kelas V SD N

Sarikarya pada tanggal 14 September 2014 tampak bahwa para siswa

duduk mendengarkan penjelasan dari guru. Ketika guru mencoba

beinteraksi dengan mengajukan pertanyaan, beberapa kelompok siswa

yang duduk di depan tidak menjawab. Mereka cenderung mengobrol dan

tidak mengerjakan tugas dari guru. Siswa yang menjawab pertanyaan guru

hanya dari kelompok tertentu. Pada saat mengumpulkan tugas, ada

beberapa siswa yang belum selesai mengerjakan bahkan ada siswa yang

belum mengerjakan. Pengamatan kedua dilakukan peneliti pada saat PPL

(Praktik Pengalaman Lapangan). Ketika mengajar peneliti mempersiapkan

media untuk percobaan siswa. Hasil pengamatan menunjukkan


(27)

peneliti dalam melakukan percobaan. Siswa menggunakan media untuk

bermain-main. Selain itu, tidak semua kelompok bertanggung jawab

mengembalikan media yang telah selesai digunakan dan membersihkan

kembali area kerjanya.

Temuan di lapangan dari hasil wawancara dengan seorang siswa

kelas V di Sekolah Dasar, khususnya SDN Sarikarya, Condong Catur

menunjukkan bahwa siswa kurang aktif dalam mengikuti pelajaran IPA

sehingga siswa merasa bosan. Ketika proses pembelajaran berlangsung,

guru menjelaskan materi di depan kelas kemudian meminta siswa

mengerjakan soal dari buku paket dan LKS. Siswa juga bercerita bahwa

guru cenderung menjelaskan materi dari buku paket tanpa adanya praktik

langsung dan pemanfaatan media pembelajaran yang nyata. Jadi,

pembelajaran IPA yang digunakan di SD tersebut masih bersifat

konvensional.

Selain wawancara dengan siswa kelas V, wawancara juga

dilakukan pada guru kelas dan Kepala Sekolah. Menurut guru kelas materi

IPA disampaikan menggunakan buku paket tanpa melakukan percobaan.

Sebenarnya guru kelas menyampaikan bahwa beliau ingin mencoba

menggunakan media tetapi alat peraga yang ada terbatas dan kurang

dimanfaatkan secara optimal, sehingga siswa kelas V tidak terbiasa

melakukan percobaan. Tentu saja pengalaman tersebut berpengaruh

terhadap sikap dan keterampilan siswa dalam melakukan percobaan. Guru


(28)

praktik mengajar membawa media atau alat peraga siswa menjadi gaduh

karena tertarik pada media yang dipersiapkan. Tetapi ketika melakukan

kegiatan percobaan dalam kelompok, sebagian siswa hanya diam dan tidak

ikut membantu kegiatan kelompok. Selain itu, siswa juga cenderung gaduh

tidak mendengarkan petunjuk guru dalam melakukan percobaan. Dalam

kegiatan tersebut siswa tampak asik dengan media dan membuat ruangan

kelas menjadi kotor serta beberapa alat tidak dikembalikan seperti semula.

Wawancara juga dilakukan pada Kepala Sekolah. Dalam

wawancara tersebut Kepala Sekolah menjelaskan bahwa SD N Sarikarya

sebelumnya memiliki akreditasi C. Setelah dilakukan perbaikan pada

sumber daya manusia dan administrasi sekolah statusnya menjadi

akreditasi B. Selain melakukan perbaikan pada sumber daya manusia dan

administrasi, Kepala Sekolah juga menyampaikan bahwa fokus

peningkatan ada pada prestasi akademik siswa. Sekolah berupaya

semaksimal mungkin meningkatkan nilai akademik dalam ulangan harian,

Ujian semester, Ujian Sekolah, maupun Ujian Nasional. Upaya

peningkatan prestasi akademik siswa dengan mengadakan bimbingan

belajar seusai sekolah.

Gambaran nilai yang diperoleh dari nilai ulangan 28 siswa kelas IV

semester genap tahun pelajaran 2013/2014 menunjukkan bahwa KKM

pelajaran IPA adalah 64, nilai tertinggi siswa adalah 72, nilai terendah

siswa 45 dan nilai rata-rata siswa yaitu 61,4. Siswa yang nilainya lulus


(29)

KKM sejumlah 53,6%. Dari hasil tersebut diketahui bahwa persentase

siswa yang belum mencapai KKM lebih banyak daripada siswa yang

mencapai KKM, maka perlu adanya perlakuan baru guna peningkatan

prestasi belajar IPA.

Dalam penelitian ini, peneliti mengambil topik pembelajaran

inkuiri terbimbing untuk dijadikan metode pembelajaran IPA di Sekolah

Dasar. Menurut Sapriya (2011:80), pemilihan metode pembelajaran inkuiri

terbimbing adalah bahwa pembelajaran inkuiri terbimbing dapat

mengajarkan konsep-konsep berpikir dari hal-hal yang khusus kepada hal

yang umum, contohnya ketika siswa melakukan praktikum/percobaan. Dalam percobaan siswa dihadapkan pada kondisi nyata dan mencoba serta

mengamati secara langsung sehingga siswa berlatih untuk

mengembangkan kesimpulan dan memahami teori berdasarkan percobaan

yang dilakukan.

Peneliti memilih untuk menggunakan metode pembelajaran inkuiri

terbimbing karena sesuai untuk diterapkan pada siswa kelas V SD N

Sarikarya. Hasil pengamatan menunjukkan bahwa siswa terlihat antusias

dan senang ketika guru membawa media dan melibatkan siswa untuk

melakukan percobaan, serta saling berdiskusi. Penerapan model

pembelajaran inkuiri terbimbing diharapkan dapat menjadikan peserta

didik sebagai subjek pembelajaran. Artinya siswa dilibatkan secara aktif

dalam menemukan sendiri pengetahuannya sehingga pelajaran yang


(30)

siswa memahami materi pelajaran maka siswa dapat menjawab soal

evaluasi. Dengan kata lain, peneliti ingin meningkatkan prestasi belajar

IPA dalam hal sikap, keterampilan, dan pengetahuan. Oleh karena itu

peneliti tertarik untuk mengadakan penelitian dengan judul “Peningkatan

Prestasi Belajar IPA Kelas V SD Negeri Sarikarya Tahun Pelajaran

2014/2015”.

B. Batasan Masalah

Sehubungan dengan keterbatasan waktu dan biaya, peneliti

membatasi lingkup permasalahan penelitian. Adapun pembatasan masalah

dalam penelitian ini adalah bahwa target penelitian prestasi belajar IPA

difokuskan pada:

1. Tema 4 Sehat Itu Penting, Sub Tema 3 Lingkungan Sehat, pembelajaran

2, 3, 5, dan 6. Kompetensi Dasar 1.1 Bertambah keimanannya dengan

menyadari hubungan keteraturan dan kompleksitas alam dan jagad raya

terhadap kebesaran Tuhan yang menciptakannya, serta mewujudkannya

dalam pengamalan ajaran agama yang dianutnya, KD. 2.2 Menghargai

kerja individu dan kelompok dalam aktivitas sehari-hari sebagai wujud

implementasi melaksanakan penelaahan fenomena alam secara mandiri

maupun berkelompok, KD. 3.8 Mengenal sistem pernapasan hewan dan

manusia serta penyakit yang berkaitan dengan Pernapasan, dan KD. 4.8

Menyajikan laporan tentang jenis penyakit yang berhubungan dengan


(31)

2. Penelitian dibatasi pada variabel prestasi belajar IPA siswa kelas V SDN

Sarikarya semester ganjil pada tahun ajaran 2014/2015. Prestasi belajar

meliputi (sikap, keterampilan, dan pengetahuan) sesuai penilaian dalam

kurikulum 2013.

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang maka dapat dirumuskan masalah

sebagai berikut:

1. Bagaimana penerapan metode inkuiri terbimbing dalam meningkatkan

prestasi belajar IPA kompetensi sikap, keterampilan, dan pengetahuan

siswa kelas V SD Negeri Sarikarya semester ganjil tahun pelajaran

2014/2015?

2. Apakah penerapan metode inkuiri terbimbing dapat meningkatkan dan

mengetahui peningkatan prestasi belajar IPA kompetensi sikap,

keterampilan, dan pengetahuan siswa SD kelas V SD Negeri Sarikarya

semester ganjil pada tahun pelajaran 2014/2015?

D. Tujuan Penelitian

Berdasarkan permasalahan yang telah dikemukakan, tujuan yang

ingin dicapai dalam penelitian ini adalah:

1. Mengetahui penerapan metode pembelajaran inkuiri terbimbing dalam


(32)

dan pengetahuan siswa kelas V SDN Sarikarya semester ganjil pada

tahun ajaran 2014/2015.

2. Meningkatkan dan mengetahui peningkatan prestasi belajar IPA

kompetensi sikap, keterampilan, dan pengetahuan siswa SD kelas V

SD Negeri Sarikarya semester ganjil pada tahun pelajaran 2014/2015

melalui penerapan metode inkuiri terbimbing.

E. Batasan Pengertian

Dalam penelitian ini terdapat beberapa istilah yang perlu disepakati

bersama agar tidak menimbulkan penafsiran yang berbeda–beda. Beberapa istilah tersebut adalah:

1. Metode Pembelajaran Inkuiri Terbimbing adalah sebuah

langkah-langkah pembelajaran yang mengharuskan siswa untuk aktif mencari

dan menggali informasi/pengetahuan kemudian menyimpulkan

sehingga siswa memperoleh pengetahuannya secara mandiri dan tidak

memperoleh informasi secara langsung dari guru. Dalam metode

pembelajaran inkuiri terbimbing, peran guru membimbing dan

mengarahkan siswa dalam melakukan kegiatan dengan memberi

pertanyaan awal dan mengarahkan pada suatu praktikum dan diskusi

kemudian pemberian Lembar Kerja Siswa (LKS).

2. Prestasi belajar adalah hasil penilaian pendidik terhadap perubahan

perilaku siswa dari yang belum mampu menjadi mampu meliputi


(33)

3. IPA untuk Sekolah Dasar adalah disiplin ilmu yang memerlukan

keterampilan proses sains yaitu dengan memfasilitasi siswa untuk

mencoba, mencoba lagi bila gagal, dan menemukan pengetahuannya

sendiri.

4. Siswa kelas V Sekolah Dasar adalah anak yang berusia sekitar 7-11

tahun. Anak tersebut berada dalam tahapan operasional konkret.

Artinya anak mampu melakukan aktivitas logis tertentu, tetapi hanya

dalam situasi yang nyata. Tanpa adanya bahan yang nyata anak belum

mampu menyelesaikan masalah dengan baik.

F. Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian dapat dikategorikan menjadi dua, yaitu

manfaat teoritis dan praktis yang diuraikan sebagai berikut:

1. Manfaat teoritis

Hasil Penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai sarana untuk

menambah pengetahuan dan memperkaya pemahaman mengenai

metode pembelajaran inkuiri terbimbing terhadap peningkatan prestasi

belajar IPA di Sekolah Dasar.

2. Manfaat praktis

a. Bagi guru

Hasil penelitian diharapkan dapat memberi masukan tentang

penggunaan metode inkuiri terbimbing dalam mata pelajaran IPA


(34)

b. Bagi siswa

Proses penelitian diharapkan dapat meningkatkan sikap dan

keterampilan siswa dalam mata pelajaran IPA serta hasil penelitian

diharapkan dapat meningkatkan kompetensi pengetahuan IPA

siswa kelas V.

c. Bagi peneliti selanjutnya

Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan bahan referensi

untuk melaksanakan penelitian serta penulisan karya tulis ilmiah,

khususnya yang berhubungan dengan masalah metode inkuiri


(35)

13

BAB II

LANDASAN TEORI

Bab II berisi kajian pustaka, penelitian yang relevan, kerangka pikir, dan

hipotesis tindakan. Pada bagian kajian pustaka berisi uraian teori-teori yang

dikelompokkan dalam lima kelompok. Teori pertama membahas tentang prestasi

belajar, teori kedua tentang metode inkuiri terbimbing (Guided Inquiry Approach), teori ketiga tentang IPA untuk Sekolah Dasar, teori yang keempat membahas tentang siswa kelas V Sekolah Dasar, dan teori kelima membahas

tentang Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Bagian penelitian yang relevan berisi

beberapa penelitian terdahulu yang relevan dengan penelitian yang akan dilakukan

oleh peneliti. Bagian kerangka berpikir berisi jalan pikiran peneliti mengenai

penerapan metode inkuiri terbimbing dalam meningkatkan prestasi belajar siswa

SD kelas V. Selanjutnya, bagian terakhir membahas hipotesis tindakan yang berisi

dugaan sementara atas hasil penelitian yang dilakukan.

A. Kajian Pustaka

1. Prestasi belajar

a. Pengertian prestasi belajar

Mulyasa (2013:189) mengungkapkan bahwa prestasi belajar adalah

hasil yang diperoleh seseorang setelah menempuh kegiatan belajar,


(36)

dilakukan seseorang untuk memenuhi kebutuhannya. Setiap kegiatan

belajar yang dilakukan peserta didik akan menghasilkan prestasi belajar,

berupa perubahan-perubahan perilaku, yang oleh Bloom dan

kawan-kawan kelompokkan ke dalam kawasan kognitif, afektif, dan psikomotor.

Sedangkan menurut Lanawati (Akbar, 2004:168) Prestasi belajar adalah

hasil penilaian pendidik terhadap proses belajar dan hasil belajar siswa

sesuai dengan tujuan instruktusional yang menyangkut isi pelajaran dan

perilaku yang diharapkan dari siswa. Sejalan dengan definisi tersebut,

Olivia (2011:73) mengungkapkan bahwa prestasi belajar adalah puncak

hasil belajar yang dapat mencerminkan keberhasilan siswa terhadap

tujuan belajar yang ditetapkan. Berdasarkan beberapa uraian di atas dapat

disimpulkan bahwa prestasi belajar adalah hasil penilaian pendidik

terhadap perubahan perilaku siswa dari yang belum mampu menjadi

mampu meliputi sikap, keterampilan, dan pengetahuan.

Penilaian atau asessmen hasil belajar oleh pendidik dimaksudkan

untuk mengukur kompetensi atau kemampuan tertentu. Hosnan

(2014:387) menjelaskan bahwa assesmen autentik adalah pengukuran

yang bermakna secara signifikan atas hasil belajar peserta didik untuk

ranah sikap, keterampilan, dan pengetahuan. Assesmen autentik atau

penilaian nyata diperlukan untuk mengetahui apakah siswa benar-benar

belajar atau tidak, apakah pengalaman belajar siswa memiliki pengaruh


(37)

Menurut Hosnan (2014:389) penilaian autentik harus

menyeimbangkan tiga kompetensi. Penilaian yang dilakukan cukup

memberi cakupan terhadap aspek pengetahuan (kognitif), sikap (afektif),

dan keterampilan (psikomotor) secara seimbang. Proses pengukuran

aspek kognitif digunakan dengan cara lisan atau tulisan. Aspek kognitif

dapat diukur menggunakan tes esai dan objektif. Kedua jenis tes ini dapat

digunakan untuk mengukur keenam kategori dalam ranah kognitif. Enam

tingkatan dalam kompetensi kognitif terdiri dari pengetahuan,

pemahaman, penerapan, analisis, sintesis, dan evalusi (Sunarti dan Selly,

2013:29). Penilaian aspek kognitif dilakukan setelah mempelajari suatu

kompetensi dasar yang harus dicapai, akhir semester, dan jenjang satuan

pendidikan.

Penilaian terhadap aspek afektif dilakukan selama berlangsungnya

kegiatan belajar mengajar, baik di dalam maupun di luar kelas (Hosnan,

2013:390). Sunarti dan Selly (2014:46) juga mengungkapkan bahwa

kompetensi afektif mencakup watak perilaku seperti perasaan, minat,

sikap, emosi atau nilai. Sikap adalah kecenderungan untuk merespons

suatu objek, situasi, konsep, atau orang, baik menyukai atau tidak

menyukai. Penilaian sikap siswa dapat dilakukan dengan menggunakan

instrumen sikap. Instrumen yang dapat digunakan berupa kuesioner dan

lembar pengamatan.

Penilaian psikomotorik dapat dilakukan dengan tes unjuk kerja,


(38)

adalah penilaian yang dilakukan dengan mengamati kegiatan peserta

didik dalam melakukan sesuatu. Instrumen penilaian unjuk kerja adalah

lembar observasi dengan checklist atau rating scale. Sunarti dan Selly (2013:59) juga menambahkan hal yang perlu dipertimbangkan dalam

penilaian unjuk kerja yaitu langkah-langkah kinerja yang diharapkan,

kelengkapan dan ketepatan aspek yang akan dinilai, kemampuan khusus

yang diperlukan untuk menyelesaikan tugas, kemampuan yang akan

dinilai tidak terlalu banyak, dan kemampuan yang akan dinilai diurutkan

berdasarkan urutan pengamatan.

b. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar

Mulyasa (2013:190) mengelompokkan faktor-faktor yang

mempengaruhi prestasi belajar menjadi empat, yaitu (a) bahan atau materi

yang dipelajari; (b) lingkungan; (c) faktor instrumental; dan (d) kondisi

peserta didik. Dengan demikian, untuk memahami atau meningkatkan

pretasi belajar, perlu didalami faktor-faktor yang mempengaruhinya, baik

faktor internal maupun faktor eksternal.

Mulyasa (2013:191) menambahkan bahwa faktor internal adalah

faktor diri baik secara fisiologis maupun secara psikologis. Faktor

fisiologis berkaitan dengan kondisi jasmani atau fisik seseorang terutama

panca indera. Sedangkan faktor psikologis berasal dari dalam diri

seseorang seperti intelegensi, minat, dan sikap.

Intelegensi merupakan faktor yang berpengaruh terhadap tinggi


(39)

tinggi pula kemungkinan tingkat hasil belajar yang dapat dicapai. Jika

intelegensinya rendah, maka kecenderungan hasil yang dicapainyapun

rendah. Meskipun demikian, tidak boleh dikatakan bahwa “taraf prestasi belajar di sekolah kurang, pastilah taraf intelegensinya kurang”, karena banyak faktor lain yang mempengaruhi (Mulyasa, 2013:191).

Mulyasa (2013:192) mengungkapkan bahwa minat adalah

kecenderungan dan ketertarikan yang tinggi terhadap sesuatu. Oleh

karena itu, minat dapat mempengaruhi pencapaian hasil belajar dalam

mata pelajaran tertentu. Misalnya seorang siswa yang memiliki minat

besar pada pelajaran matematika akan memusatkan perhatiannya lebih

banyak, belajar lebih giat, dan akhirnya mencapai prestasi yang

diinginkan.

Selain itu, Mulyasa (2013:192) juga menambahkan bahwa sikap

adalah gejala internal yang berdimensi afektif, berupa kecenderungan

untuk merespon secara positif maupun negatif dengan cara yang relatif

tetap terhadap obyek, barang, dan sebagainya. Selain faktor diatas,

prestasi belajar juga dipengaruhi oleh waktu dan kesempatan. Siswa yang

memiliki waktu dan kesempatan untuk belajar cenderung memiliki

prestasi yang tinggi daripada yang hanya memiliki sedikit waktu dan

kesempatan untuk belajar. Dengan kata lain, dapat dikemukakan bahwa

orang pandai dapat mengerjakan banyak hal dalam waktu dan kesempatan

yang relatif singkat, sementara orang bodoh membutuhkan waktu dan


(40)

Faktor selanjutnya adalah faktor eksternal yang menurut Mulyasa

(2013:193) digolongkan ke dalam faktor sosial dan non sosial. Faktor

sosial menyangkut hubungan antarmanusia yang terjadi dalam berbagai

situasi sosial. Yang termasuk ke dalam faktor ini adalah lingkungan

keluarga, sekolah, teman, dan masyarakat pada umumnya. Sedangkan

faktor non-sosial adalah faktor lingkungan seperti lingkungan alam dan

fisik misalnya keadaan rumah, ruang belajar, buku-buku sumber, dan

sebagainya. Faktor eksternal dalam lingkungan keluarga baik langsung

maupun tidak langsung akan berpengaruh terhadap pencapaian hasil

belajar. Di samping itu, Mulyasa juga menambahkan diantara faktor

eksternal yang sudah dijelaskan ada pula faktor guru atau fasilitator.

Proses pembelajaran tidak berlangsung satu arah melainkan terjadi secara

timbal balik. Pembelajaran di dalam kelas sebagian besar ditentukan oleh

peranan guru.

Setelah mengetahui teori tersebut dapat diketahui faktor apa saja

yang mempengaruhi prestasi belajar. Faktor yang mempengaruhi prestasi

belajar antara lain faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal

terdiri dari faktor fisiologis berkaitan dengan kondisi jasmani atau fisik

seseorang terutama panca indera. Sedangkan faktor psikologis berasal

dari dalam diri seseorang seperti intelegensi, minat, dan sikap. Faktor

eksternal sosial terdiri dari lingkungan keluarga, sekolah, teman, dan

masyarakat pada umumnya. Faktor eksternal yang terakhir adalah faktor


(41)

alam dan fisik misalnya keadaan rumah, ruang belajar, buku-buku

sumber, dan sebagainya.

2. Metode Inkuiri Terbimbing (Guided Inquiry Method) a. Pengertian Metode Inkuiri

Metode pembelajaran diartikan sebagai cara yang digunakan untuk

mengimplementasikan rencana yang sudah disusun dalam bentuk

kegiatan nyata dan praktis untuk mencapai tujuan pembelajaran

(Kurniasih dan Berlin, 2014:56). Menurut Hamdayama (2014:31) inkuiri

berasal dari kata to inquire (inquiry) yang berarti ikut serta atau terlibat, dalam mengajukan pertanyaan-pertanyaan, mencari informasi, dan

melakukan penyelidikan. Sependapat dengan Hamdayana, Gulo

menyatakan (dalam Trianto, 2009:166) bahwa strategi inkuiri berarti

suatu rangkaian kegiatan belajar yang melibatkan secara maksimal

seluruh kemampuan siswa untuk mencari dan menyelidiki secara

sistematis, kritis, logis, analitis, sehingga mereka dapat merumuskan

sendiri penemuannya dengan penuh percaya diri. Sasaran utama kegiatan

pembelajaran inkuiri adalah (1) keterlibatan siswa secara maksimal dalam

proses kegiatan belajar; (2) keterarahan kegiatan secara logis dan

sistematis pada tujuan pembelajaran; dan (3) mengembangkan sikap

percaya pada diri siswa tentang apa yang ditemukan dalam proses inkuiri.

Kondisi umum yang merupakan syarat timbulnya kegiatan inkuiri bagi


(42)

siswa berdiskusi, inkuiri berfokus pada pengujian hipotesis, dan

penggunaan fakta sebagai informasi atau fakta (Sanjaya, 2009:166). Dari

paparan ahli tersebut peneliti menyimpulkan bahwa metode inkuiri adalah

cara yang digunakan untuk menyampaikan pembelajaran yang melibatkan

siswa secara aktif untuk mencari dan menemukan pengetahuannya sendiri

melalui kegiatan pengamatan, bertanya, mengajukan dugaan,

mengumpulkan data, dan menyimpulkannya sendiri sehingga

pengetahuan yang diperoleh lebih bermakna.

b. Pengertian Metode Inkuiri Terbimbing

Metode inkuiri memiliki beragam macam. Sund dan Trowbridge

(dalam Mulyasa 2007:109) mengemukakan ada tiga macam inkuiri. Ketiga

macam metode inkuiri yaitu inkuiri terbimbing (guided inquiry), inkuiri bebas (free inquiry), dan modified free inquiry.

Menurut Dewi dkk (2013) dalam e-journal Program Pascasarjana

Universitas Pendidikan Ganesha volume 3 tahun 2013, pembelajaran

inkuiri terbimbing menekankan pada proses penemuan sebuah konsep

sehingga muncul sikap ilmiah pada diri siswa. Metode inkuiri terbimbing

dapat dirancang penggunaannya oleh guru menurut kemampuan mereka

atau menurut tingkat perkembangan intelektualnya karena anak SD

memiliki sifat yang aktif, sifat ingin tahu yang besar, terlibat dalam suatu

situasi secara utuh dan reflektif terhadap suatu proses dan hasil-hasilnya


(43)

terbimbing adalah guru mampu membimbing siswa melakukan kegiatan

dengan memberi pertanyaan awal dan mengarahkan pada suatu diskusi.

Guru mempunyai peran aktif dalam menentukan permasalahan dan

tahap-tahap pemecahannya.

Amin (2005) juga menambahkan dalam Jurnal Pendidikan Fisika

Indonesia volume 3 nomor 3 November 2005 yang dikutip oleh Sochibin

(2004:97), pembelajaran Guided Discovery Inquiry Laboratory Lesson (GDILL) adalah pembelajaran penemuan dengan bimbingan. Guru memberikan bantuan yang cukup besar dalam pembelajaran dan siswa

melakukan pendidikan melalui prosedur langkah demi langkah. Menurut

Ali, dikutip juga oleh (Sulistyowati, 2004) GDILL merupakan metode

pembelajaran inkuiri terbimbing dimana pelaksanaan penyelidikan

dilaksanakan oleh siswa berdasarkan petunjuk-petunjuk guru. Petunjuk

diberikan pada umumnya berbentuk pertanyaan membimbing.

c. Strategi Metode Inkuiri Terbimbing

Beberapa strategi untuk menunjang pembelajaran kooperatif

metode GDILL menurut Sochibin (2009) dalam Jurnal Pendidikan Fisika

Indonesia no 5 tahun 2009 halaman 96-101 adalah sebagai berikut:

Pertama dilakukan pembagian kelompok yang terdiri dari 5-6 siswa.

Jumlah anggota tersebut diharapkan lebih efektif dibanding dari jumlah

siswa yang lebih banyak. Pembagian tugas dapat lebih terencana dengan


(44)

Pembentukan kelompok sebaiknya dilakukan oleh guru agar kemampuan

siswa dalam kelompok merata.

Kedua adalah pembagian tugas terstruktur misalnya melaksanakan

praktikum dengan memperhatikan langkah kerja yang ada pada LKS,

menjawab pertanyaan pada LKS, dan melaksanakan diskusi setelah

kegiatan praktikum selesai. Pembagian tugas kepada masing-masing

siswa dalam kelompok perlu dilakukan oleh guru semua kelompok

bertanggungjawab terhadap tugasnya masing-masing. Pembagian tugas

kepada masing-masing siswa dapat mendorong siswa lebih

bertanggungjawab, bukan hanya terhadap dirinya melainkan juga

terhadap kelompoknya, karena keberhasilan kelompok terletak pada

keberhasilan individu. Keberhasilan individu dalam pembelajaran

dengan menggunakan metode inkuiri terbimbing ini diantaranya adalah

berhasil mengembangkan prestasi belajar siswa yang meliputi sikap,

keterampilan, dan pengetahuan.

d. Langkah-langkah Penerapan Metode Inkuiri

Ada beberapa tahapan dalam pembelajaran yang menggunakan

metode inkuiri. Langkah-langkah metode inkuiri dalam proses

pembelajaran menurut Hosnan (2014:342-344) yaitu:

1) Orientasi

Orientasi merupakan langkah untuk membina suasana

pembelajaran yang responsif dengan mengondisikan agar siswa


(45)

siswa diajak menggunakan kemampuannya untuk memecahkan

suatu masalah.

2) Merumuskan masalah

Merumuskan masalah merupakan langkah membawa siswa

pada suatu persoalan yang mengandung teka-teki. Persoalan

yang disajikan adalah persoalan yang menantang siswa untuk

memecahkan teka-teki itu. Dikatakan teka-teki dalam rumusan

masalah yang ingin dicapai disebabkan masalah itu tentu ada

jawabannya, dan siswa didorong untuk mencari jawaban yang

tepat.

3) Merumuskan hipotesis

Hipotesis adalah jawaban sementara dari suatu

permasalahan yang dikaji. Sebagai jawaban sementara,

hipotesis perlu diuji kebenarannya. Salah satu cara yang dapat

dilakukan guru untuk mengembangkan kemampuan menebak

pada setiap siswa adalah dengan mengajukan berbagai

pertanyaan yang dapat mendorong siswa untuk dapat

merumuskan jawaban atau perkiraan sementara dari suatu

permasalahan yang dikaji.

4) Mengumpulkan data

Mengumpulkan data adalah aktivitas menjaring informasi

yang dibutuhkan untuk menguji hipotesis yang diajukan. Tugas


(46)

pertanyaan yang dapat mendorong siswa untuk berpikir

mencari informasi yang dibutuhkan.

5) Menguji hipotesis

Menguji hipotesis adalah proses menentukan jawaban yang

dianggap diterima sesuai dengan data atau informasi yang

diperoleh berdasarkan pengumpulan data. Dalam menguji

hipotesis, yang terpenting adalah mencari tingkat keyakinan

siswa atas jawaban yang diberikan. Kebenaran jawaban yang

diberikan bukan hanya berdasarkan argumentasi tetapi harus

didukung data yang ditemukan dan dapat

dipertanggungjawabkan.

6) Merumuskan kesimpulan

Merumuskan kesimpulan adalah proses mendeskripsikan

temuan yang diperoleh berdasarkan hasil pengujian hipotesis.

Merumuskan kesimpulan merupakan inti dalam proses

pembelajaran sehingga untuk mencapai kesimpulan yang

akurat sebaiknya guru membimbing dan menunjukkan kepada

siswa data mana yang relevan.

Trianto (2009:172) juga menambahkan beberapa tahap inkuiri

yang terdiri dari 6 fase. Tahapan inkuiri menurut Trianto dapat dilihat


(47)

Tabel II.1

Tahap pembelajaran Inkuiri menurut Trianto (2009:172)

Fase Perilaku Guru

1. Menyajikan pertanyaan atau masalah.

Guru membimbing siswa mengidentifikasi masalah-masalah dituliskan di papan tulis. Guru membagi siswa dalam kelompok. 2. Membuat hipotesis. Guru memberikan kesempatan pada siswa

untuk curah pendapat dalam membentuk hipotesis. Guru membimbing siswa dalam menentukan hipotesis yang relevan dengan permasalahan dan memprioritaskan hipotesis mana yang menjadi prioritas penyelidikan. 3. Merancang percobaan. Guru memberikan kesempatan pada siswa

untuk menentukan langkah-langkah yang sesuai dengan hipotesis yang akan dilakukan. Guru membimbing siswa mengurutkan langkah-langkah percobaan.

4. Melakukan percobaan untuk memperoleh informasi.

Guru membimbing siswa mendapatkan informasi melalui percobaan.

5. Mengumpulkan data dan menganalisis data.

Guru memberi kesempatan pada tiap kelompok untuk menyampaikan hasil pengolahan data yang terkumpul.

6. Membuat kesimpulan Guru membimbing siswa dalam membuat kesimpulan.

Dalam penelitian ini, langkah-langkah pembelajaran inkuiri yang

digunakan oleh peneliti adalah langkah pembelajaran menurut Hosnan.

e. Keunggulan dan Kelemahan Metode Inkuiri

Pembelajaran inkuiri merupakan pembelajaran yang banyak

dianjurkan karena memiliki beberapa keunggulan. Beberapa keunggulan

metode inkuiri menurut Hosnan (2014:344) yaitu (1) pembelajaran inkuiri

menekankan kepada pengembangan aspek kognitif, afektif, dan


(48)

lebih bermakna. (2) pembelajaran inkuiri dapat memberikan ruang pada

siswa untuk belajar sesuai dengan gaya belajar mereka. (3) inkuiri

merupakan strategi yang dianggap sesuai dengan perkembangan psikologi

belajar modern yang menganggap belajar adalah proses perubahan

tingkah laku berkat adanya pengalaman. (4) pembelajaran ini dapat

melayani kebutuhan siswa yang memiliki kemampuan di atas rata-rata.

Berbeda dengan pendapat Hosnan, ada beberapa perbedaan

keunggulan pembelajaran inkuiri menurut Suyadi (2013:126) diantaranya

adalah (1) menekankan pada pengembangan aspek kognitif secara

progresif. (2) siswa lebih aktif dalam mencari dan mengolah informasi.

(3) siswa memahami konsep dasar dan ide dengan lebih baik. (4)

membantu siswa menggunakan ingatan dalam mentransfer konsep yang

dimilikinya kepada situasi proses belajar yang baru.

Metode inkuiri selain memiliki keunggulan juga memiliki

kelemahan. Kelemahan metode inkuiri menurut Hosnan (2014:344) yaitu

jika strategi ini digunakan sebagai pembelajaran, maka akan sulit

mengontrol kegiatan dan keberhasilan siswa, sulit dalam merencanakan

pembelajaran karena terbentur dengan kebiasaan siswa dalam belajar,

kadang-kadang dalam mengimplementasikannya memerlukan waktu yang

panjang sehingga sering guru sulit menyesuaikannya dengan waktu yang

telah ditentukan, dan selama kriteria keberhasilan belajar ditentukan oleh

kemampuan siswa menguasai materi pelajaran, maka pembelajaran


(49)

kekurangan yang telah disebutkan di atas, Suyadi (2013:127) juga

menambahkan kelemahan inkuiri yaitu jika guru kurang spesifik

merumuskan teka-teki atau pertanyaan kepada siswa dengan baik untuk

memecahkan masalah secara sistematis, maka siswa akan bingung dan

tidak terarah dan pada sistem pembelajaran klasikal dengan jumlah siswa

yang relatif banyak, penggunaan strategi pembelajaran inkuiri sukar

untuk dikembangkan dengan baik.

3. IPA untuk Sekolah Dasar

a. Pengertian IPA

Menurut Trianto (2012:136) IPA adalah suatu kumpulan teori yang

sistematis, penerapannya secara umum terbatas pada gejala-gejala alam,

lahir dan berkembang melalui metode ilmiah seperti observasi dan

eksperimen serta menuntut sikap ilmiah seperti rasa ingin tahu, terbuka,

jujur, dan sebagainya. IPA (Sains) berupaya membangkitkan minat

manusia agar mau meningkatkan kecerdasan dan pemahamannya tentang

alam seisinya yang penuh dengan rahasia yang tak habis-habisnya

(Samatowa, 2011:1). Dengan tersingkapnya tabir rahasia alam satu per

satu, serta mengalirnya informasi yang dihasilkannya, jangkauan sains

semakin luas dan lahirlah sifat terapannya, yaitu teknologi adalah lebar.

Sains dan teknologi kini mengetahui budaya ilmu pengetahuan dan


(50)

sisinya mengandung hakikat sains (the nature of science) dan sisi yang lainnya mengandung makna teknologi (the meaning of technology).

IPA di SD hendaknya membuka kesempatan untuk memupuk rasa

ingin tahu anak didik secara alamiah (Samatowa, 2011:2). Hal ini akan

membantu mereka mengembangkan kemampuan bertanya dan mencari

jawaban berdasarkan bukti serta mengembangkan cara berpikir ilmiah.

Fokus program pengajaran IPA di SD hendaknya ditujukan untuk

memupuk minat dan pengembangan anak didik terhadap dunia mereka di

mana mereka hidup. Melalui pendidikan IPA kita mendorong anak didik

untuk dapat meningkatkan iman dan takwanya kepada Tuhan Yang Maha

Kuasa, pencipta alam semesta. Dari penjelasan di atas maka peneliti

menyimpulkan bahwa IPA adalah pengetahuan tentang alam semesta

yang menggunakan sikap ilmiah seperti mengamati dan melakukan

eksperimen.

b. Hakikat IPA

Menurut Samatowa (2011:3) IPA atau science pengertiannya dapat disebut sebagai ilmu alam. IPA adalah ilmu yang mempelajari

peristiwa-peristiwa yang tejadi di alam ini. Dari uraian tersebut dapat disimpulkan

sains adalah ilmu pengetahuan yang mempunyai objek dan menggunakan

metode ilmiah. Setiap guru harus paham akan alasan mengapa IPA

diajarkan di Sekolah Dasar. Ada berbagai alasan yang menyebabkan satu

mata pelajaran dimasukkan ke dalam kurikulum suatu sekolah. Alasan itu


(51)

bangsa karena kesejahteraan materil suatu bangsa banyak sekali

tergantung pada kemampuan bangsa itu dalam bidang IPA, sebab IPA

merupakan dasar teknologi, sering disebut-sebut sebagai tulang punggung

pembangunan, (2) apabila diajarkan secara tepat, maka IPA merupakan

suatu mata pelajaran yang memberikan kesempatan berpikir kritis (3)

apabila IPA diajarkan melalui percobaan-percobaan yang dilakukan

sendiri oleh anak, maka IPA tidaklah mata pelajaran yang bersifat hafalan

belaka dan (4) mata pelajaran IPA mempunyai nilai-nilai pendidikan

yaitu mempunyai potensi membentuk kepribadian anak secara

keseluruhan (Samatowa, 2011:4).

c. IPA untuk Sekolah Dasar

IPA harus disesuaikan dengan struktur kognitif anak-anak, maka

perlu diajarkan keterampilan proses sains. Keterampilan proses sains

didefinisikan oleh Paolo dan Marten dalam (Samatowa, 2011:5) adalah: mengamati, mencoba memahami apa yang diamati, mempergunakan

pengetahuan baru untuk meramalkan apa yang terjadi, dan menguji

ramalan-ramalan di bawah kondisi-kondisi untuk melihat apakah ramalan

tersebut benar. Paolo dan Martin juga menegaskan bahwa dalam IPA

tercakup juga coba-coba dan melakukan kesalahan, gagal dan mencoba

lagi. Menurut De vito (1993) dalam Samatowa (2011:104) pembelajaran

IPA yang baik harus mengaitkan IPA dengan kehidupan sehari-hari

siswa. Siswa diberi kesempatan untuk mengajukan pertanyaan,


(52)

diperlukan, dan menimbulkan kesadaran siswa bahwa belajar IPA

menjadi sangat diperlukan untuk dipelajari.

4. Siswa kelas V Sekolah Dasar

Menurut Jean Piaget (dalam Wahyudin & Agustin, 2011:37)

perkembangan kognitif pada anak terjadi dalam empat tahap yaitu: (1)

tahap sensorimotorik (lahir–2 tahun), (2) tahap pra operasional (2-7 tahun), (3) tahap operasional konkret (7-11 tahun), dan (4) tahap

operasional formal (11-16 tahun). Usia rata-rata anak Indonesia saat

masuk Sekolah Dasar adalah 6 tahun dan selesai pada usia 12 tahun.

Tahapan perkembangan anak dibagi menjadi dua yaitu masa kanak-kanak

tengah (6-9 tahun) dan kanak-kanak terakhir (10-12 tahun).

Berdasarkan pernyataan tersebut, perkembangan kognitif anak

Sekolah Dasar (7-11 tahun) berada dalam tahapan operasional konkret.

Pada kurun waktu ini pikiran logis anak mulai berkembang. Dalam

usahanya mengerti tentang alam sekelilingnya menggunakan pancaindera.

Namun ada kekurangan dalam tahapan operasional konkret. Anak mampu

melakukan aktivitas logis tertentu tetapi hanya dalam situasi yang

konkret. Jadi ketika siswa dihadapkan pada suatu permasalahan tanpa

adanya bahan konkret, maka siswa belum mampu untuk menyelesaikan

masalah dengan baik. Menurut Desmita (2011:35) Anak-anak usia

sekolah ini memiliki karakteristik yang berbeda dengan anak-anak yang


(53)

bekerja dalam kelompok, dan senang merasakan atau melakukan sesuatu

secara langsung.

Maka dapat disimpulkan bahwa Siswa kelas V Sekolah Dasar

adalah anak yang berusia sekitar 7-11 tahun. Mereka suka bermain dan

bekerja dalam kelompok. Anak tersebut berada dalam tahapan

operasional konkret. Artinya anak mampu melakukan aktivitas logis

tertentu, tetapi hanya dalam situasi yang nyata. Tanpa adanya bahan yang

nyata anak belum mampu menyelesaikan masalah dengan baik. Maka

dari itu, siswa kelas V SD membutuhkan benda-benda nyata serta

mencoba secara langsung dalam memahami suatu materi. Penerapan

metode inkuiri terbimbing tepat diterapkan pada siswa kelas V SD karena

memfasilitasi siswa dalam belajar IPA. Melalui metode inkuiri

terbimbing, Siswa diajak untuk bermain dan saling bekerja dalam

kelompok untuk melakukan percobaan menggunakan media atau benda

nyata sehingga siswa lebih mudah menyimpulkan serta memahami

materi.

5. Penelitian Tindakan Kelas (PTK)

Menurut Tampubolon (2014:19) Penelitian Tindakan Kelas adalah

penelitian yang dilakukan oleh pendidik/calon pendidik di dalam kelasnya

sendiri secara kolaboratif/partisipatif untuk memperbaiki kinerja pendidik

menyangkut kualitas proses pembelajaran, dan meningkatkan hasil belajar


(54)

tindakan reflektif dalam bentuk siklus (daur ulang). Sementara Kusumah &

Dedi (2009:9) juga berpendapat bahwa Penelitian Tindakan kelas (PTK)

adalah penelitian yang dilakukan oleh guru di kelasnya sendiri dengan cara

(1) merencanakan, (2) melaksanakan, dan (3) merefleksikan tindakan

secara kolaboratif dan partisipatif dengan tujuan memperbaiki kinerjanya

sebagai guru, sehingga hasil belajar siswa dapat meningkat.

Sedangkan menurut Suyadi (2012:4) PTK adalah pencermatan

yang dilakukan oleh orang-orang yang terlibat di dalamnya (guru, peserta

didik, kepala sekolah) dengan menggunakan metode refleksi diri dan

bertujuan untuk melakukan perbaikan di berbagai aspek pembelajaran.

Dengan kata lain, PTK adalah pencermatan yang dilakukan guru di dalam

kelasnya sendiri melalui refleksi diri dengan tujuan untuk memperbaiki

profesinya sebagai guru sehingga hasil belajar peserta didik terus

meningkat. Dari ketiga pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa PTK

adalah suatu tindakan yang dilakukan berdasarkan refleksi guru terhadap

siswa di dalam kelas guna meningkatkan kualitas hasil belajar siswa.

Tampubolon (2014:19) berpendapat bahwa penelitian tindakan

kelas ini pertama kali dikembangkan oleh Kurt Lewin pada tahun 1964,

yaitu prosedur penelitian tindakan kelas dengan empat langkah berikut: (1)

perencanaan tindakan (planning), (2) pelaksanaan tindakan (acting), (3) observasi (observing), dan (4) refleksi (reflecting) dalam bentuk siklus. Suyadi (2012:19-25) juga menambahkan bahwa dalam PTK minimal terdiri


(55)

pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi. Siklus pertama khususnya refleksi

pada siklus pertama menjadi dasar bagi siklus kedua.

Tahap pertama yaitu perencanaan (planning). Menurut Suyadi, dalam tahap perencanaan PTK terdapat 3 kegiatan dasar yang akan

menunjang perencanaan lebih sempurna, yaitu identifikasi masalah,

merumuskan masalah, dan pemecahan masalah. Tahap kedua yaitu

pelaksanaan (Acting). Pelaksanaan adalah menerapkan apa yang telah direncanakan pada tahap satu, yaitu bertindak di kelas. Dalam

pelaksanaannya tindakan harus sesuai dengan rencana, tetapi harus terkesan

alamiah dan tidak direkayasa. Hal ini akan berpengaruh ketika refleksi pada

tahap empat nanti, sehingga hasilnya dapat disinkronkan dengan maksud

semula.

Tahap yang ketiga yaitu pengamatan (observation). Pengamatan adalah alat untuk memotret seberapa jauh efek tindakan telah mencapai

sasaran. Pada langkah ini peneliti harus menguraikan jenis data yang

dikumpulkan, cara mengumpulkan, dan alat atau instrument pengumpulan

data (wawancara, observasi, dll). Tahap keempat atau terakhir dalam PTK

adalah refleksi (reflection). Refleksi adalah kegiatan mengemukakan kembali apa yang telah dilakukan. Refleksi juga sering disebut dengan

istilah “memantul”. Dalam hal ini, peneliti memantulkan pengalamannya ke

layar kaca sehingga tampak jelas penglihatannya, baik kelemahan dan


(56)

B. Penelitian yang Relevan

Peneliti menemukan beberapa penelitian yang ada kaitannya

dengan variabel penelitian yang akan dilakukan. Penelitian tersebut antara

lain:

Sochibin dkk (2009) meneliti tentang penerapan metode

pembelajaran inkuiri terpimpin untuk peningkatan pemahaman dan

keterampilan berpikir kritis siswa kelas IV semester gasal SDN Sekaran 01

Gunungpati Semarang tahun ajaran 2008/2009. Penelitian Tindakan kelas ini

bertujuan untuk mengetahui peningkatan pemahaman konsep siswa terhadap

pokok bahasan air dan sifatnya, selain itu juga untuk mengetahui

pertumbuhan dan perkembangan keterampilan berpikir kritis. Metode

dokumentasi, metode tes, dan metode observasi digunakan untuk

mengumpulkan data. Data hasil pemahaman konsep diperoleh dengan

mengadakan tes setelah selesai pembelajaran baik siklus I maupun siklus II,

sedangkan untuk data keterampilan berpikir kritis diadakan observasi pada

saat pembelajaran berlangsung.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa metode pembelajaran inkuiri

terpimpin dapat meningkatkan pemahaman konsep siswa dan

menumbuhkembangkan keterampilan berpikir kritis siswa kelas IV SD

pokok bahasan air dan sifatnya. Berdasarkan hasil di atas, maka Sochibin

dkk menyampaikan saran sebagai berikut: Guru hendaknya kreatif dalam

melaksanakan pembelajaran yang melibatkan siswa secara aktif sehingga


(57)

itu, metode pembelajaran inkuiri terpimpin sudah terbukti dapat

meningkatkan pemahaman konsep dan menumbuhkembangkan

keterampilan berpikir kritis siswa sehingga baik untuk diterapkan dalam

pembelajaran selanjutnya. Penelitian ini memiliki persamaan dengan

penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti. Persamaannya terletak pada

topik yang diangkat sama-sama membahas tentang pembelajaran inkuiri

terbimbing.

Penelitian selanjutnya oleh Dewi dkk (2013) yang melakukan

penelitian tentang pengaruh metode pembelajaran inkuiri terbimbing

terhadap sikap ilmiah dan hasil belajar IPA. Tujuan penelitian ini adalah

untuk mengetahui pengaruh metode pembelajaran inkuiri terbimbing

terhadap sikap ilmiah dan hasil belajar IPA dengan menggunakan rancangan

postest-only control group design. Penelitian ini dilakukan pada siswa kelas IV SD Negeri di Kelurahan Kaliuntu. Populasi penelitian berjumlah 125

siswa dan sampel berjumlah 64 siswa. Data sikap ilmiah dikumpulkan

dengan menggunakan metode tes. Data dianalisis menggunakan MANOVA

berbantuan SPSS 17.00 for windows.

Hasil penelitian menunjukkan: (1) terdapat perbedaan sikap ilmiah

dan hasil belajar IPA antara siswa yang belajar dengan menggunakan

metode pembelajaran inkuiri terbimbing dan metode pembelajaran

konvensional (F=29, 110; p<0,05), (2) terdapat perbedaan sikap ilmiah

dalam pembelajaran IPA secara signifikan antara siswa yang belajar dengan


(58)

konvensional (F=22,649; p<0,05), dan (3) terdapat perbedaan hasil belajar

secara signifikan antara siswa yang belajar menggunakan metode

pembelajaran inkuiri terbimbing dan metode pembelajaran konvensional

(F=39,144; p<0,05).

Dari hasil penelitian tersebut, maka Dewi dkk mengajukan

beberapa saran guna meningkatkan kualitas pembelajaran IPA ke depan.

Pertama, guru disarankan untuk menggunakan metode pembelajaran inkuiri terbimbing sebagai alternatif untuk meningkatkan sikap ilmiah dan hasil

belajar siswa disamping itu dalam penerapan metode inkuiri terbimbing guru

perlu melakukan perencanaan pelajaran yang berpusat pada

masalah-masalah yang tepat untuk diselidiki para siswa dan dalam penyajian materi

pelajaran, guru hendaknya menyajikan materi pelajaran yang diperlukan

sebagai bahan dasar bagi para siswa untuk memecahkan masalah.

Kedua, tes sikap ilmiah yang berbentuk lembar kuesioner menunjukkan bahwa penguasaan indikator respek terhadap data/fakta masih

berada pada kategori sedang. Indikator ini memerlukan dukungan sehingga

siswa perlu diberikan peluang atau bimbingan untuk memahami lebih

mendalam mengenai data/fakta yang akan dijadikan objek dalam

permasalahan atau yang akan digunakan sebagai bahan penelitian. Ketiga, hasil penelitian menunjukkan bahwa penguasaan terendah pada indikator

menjelaskan sehingga diperlukan latihan yang lebih banyak terhadap

indikator tersebut dengan cara guru memberikan penekanan pada indikator


(59)

mengapa dan bagaimana agar diperoleh hasil yang maksimal. Penelitian ini

memiliki persamaan dengan penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti.

Persamaannya terletak pada topik dan variabel. Topik yang diangkat

sama-sama membahas tentang pembelajaran inkuiri terbimbing dan variabel hasil

belajar mata pelajaran IPA juga merupakan salah satu variabel yang

diangkat peneliti.

Selain Sochibin, Dewi dkk tersebut, ada juga yang meneliti hal

terkait yaitu Atmaja dkk (2013) yang meneliti pengaruh metode

pembelajaran inkuiri terbimbing berbasis konsep Tri Pramana terhadap hasil

belajar IPA siswa kelas V di SDN 1 Sangsit. Penelitian ini bertujuan untuk

mengetahui: 1) deskripsi hasil belajar IPA pada siswa kelompok kontrol

yang mengikuti pembelajaran metode konvensional, 2) deskripsi hasil

belajar IPA pada siswa kelompok eksperimen yang mengikuti metode

pembelajaran inkuiri terbimbing berbasis konsep Tri Pramana, dan (3)

perbedaan yang siginifikan hasil belajar IPA antara kelompok siswa yang

mengikuti metode pembelajaran inkuiri terbimbing berbasis konsep Tri

Pramana dan kelompok siswa yang mengikuti pembelajaran metode

konvensional pada siswa kelas V semester II tahun pelajaran 2012/2013 di

SDN 1 sangsit. Jenis penelitian ini adalah penelitian eksperimen semu.

Populasi penelitian ini adalah seluruh siswa kelas V di SDN 1 Sangsit yang

berjumlah 81 orang. Data hasil belajar IPA siswa dikumpulkan dengan tes

pilihan ganda. Data yang dikumpulkan dianalisis menggunakan analisis


(60)

Hasil penelitian ini menemukan bahwa: 1) Hasil belajar IPA pada

siswa kelompok kontrol yang mengikuti pembelajaran dengan metode

konvensional diperoleh rata-rata skor 18,95 dan berada pada kategori tinggi

2) hasil belajar IPA pada siswa kelompok eksperimen yang mengikuti

pembelajaran dengan metode pembelajaran inkuiri terbimbing berbasis

konsep Tri Pramana diperoleh rata-rata skor 25,05 dan berada pada kategori

sangat tinggi, dan 3) terdapat perbedaan yang signifikan hasil belajar IPA

antara kelompok siswa yang mengikuti metode pembelajaran inkuiri

terbimbing berbasis konsep Tri Pramana dan kelompok siswa yang

mengikuti pembelajaran metode konvensional pada siswa kelas V semester

II tahun pelajaran 2012/2013 di SDN 1 Sangsit (thit>ttab, thit=8,188 dan

ttab=2,00).

Saran yang dapat disampaikan berdasarkan penelitian yang telah

dilakukan adalah sebagai berikut: kepada siswa di SD disarankan agar lebih

termotivasi dalam kegiatan pembelajaran, karena semakin tinggi motivasi

belajar, maka hasil belajar yang diraih akan semakin tinggi pula. Kepada

guru-guru di SD disarankan agar lebih berinovasi dalam pembelajaran

dengan menerapkan suatu metode pembelajaran yang inovatif dan didukung

suatu teknik belajar yang relevan untuk dapat meningkatkan hasil belajar

siswa. Disarankan kepada Kepala Sekolah yang mengalami permasalahan

mengenai hasil belajar IPA siswa di sekolah yang dipimpinnya, disarankan

untuk mengambil suatu kebijakan untuk mengimplementasikan metode


(61)

Saran yang diberikan penulis pada peneliti lain yang berminat

untuk mengadakan penelitian lebih lanjut tentang metode pembelajaran

inkuiri terbimbing berbasis konsep Tri Pramana dalam bidang ilmu IPA

maupun bidang ilmu lainnya, disarankan agar memperhatikan

kendala-kendala yang dialami dalam penelitian ini sebagai bahan pertimbangan

untuk perbaikan dan penyempurnaan penelitian yang akan dilaksanakan.

Penelitian ini memiliki persamaan dengan penelitian yang telah dilakukan

oleh peneliti. Persamaannya terletak pada topik dan variabel. Topik yang

diangkat sama-sama membahas tentang pembelajaran inkuiri terbimbing dan

variabel hasil belajar mata pelajaran IPA juga merupakan salah satu variabel

yang diangkat peneliti. Untuk membantu pembaca dalam memahami isi dari

penelitian, maka peneliti membuat sebuah tabel ringkasan penelitian yang


(62)

Tabel II.2 Tabel Ringkasan Penelitian

No Judul Penelitian Nama Tahun Jenis Penelitian Hasil

1 Penerapan Metode Pembelajaran Inkuiri Terpimpin untuk Peningkatan

Pemahaman dan Keterampilan Berpikir Kritis Siswa SD

Sochibin, P. Dwijananti, dan P. Marwoto

2009 Penelitian Tindakan Kelas (PTK)

Metode Pembelajaran inkuiri terpimpin dapat meningkatkan pemahaman konsep siswa dan menumbuhkembangkan

keterampilan berpikir kritis siswa kelas IV SD pokok bahasan air dan sifatnya.

2 Pengaruh Metode Pembelajaran Inkuiri Terbimbing Terhadap Sikap Ilmiah dan Hasil Belajar IPA

Narni Lestari Dewi, Nyoman Dantes, dan I Wayan Sadia

2013 Penelitian Kuantitatif rancangan the posttest-only control group design

(1) Terdapat perbedaan sikap ilmiah dan hasil belajar IPA antara siswa yang belajar dengan menggunakan metode pembelajaran inkuiri terbimbing dan metode pembelajaran konvensional (F=29, 110; p<0,05),

(2) Terdapat perbedaan sikap ilmiah dalam pembelajaran IPA secara signifikan antara siswa yang belajar dengan menggunakan metode pembelajaran inkuiri terbimbing dan pembelajaran konvensional (F=22,649; p<0,05), dan


(63)

belajar secara signifikan antara siswa yang belajar menggunakan metode pembelajaran inkuiri terbimbing dan metode pembelajaran konvensional (F=39,144; p<0,05).

3 Pengaruh Metode Pembelajaran Inkuiri Terbimbing Berbasis Konsep Tri Pramana Terhadap Hasil Belajar IPA Siswa Kelas V di SDN 1 Sangsit

Nata Putra Atmaja, Gede Agung, dan Tri Agustiana

2013 Penelitian Kuantitatif eksperimen semu

1) Hasil belajar IPA pada siswa kelompok kontrol yang mengikuti pembelajaran dengan metode konvensional diperoleh rata-rata skor 18,95 dan berada pada kategori tinggi

2) hasil belajar IPA pada siswa kelompok eksperimen yang mengikuti pembelajaran dengan metode pembelajaran inkuiri terbimbing berbasis konsep Tri Pramana diperoleh rata-rata skor 25,05 dan berada pada kategori sangat tinggi, dan

3) terdapat perbedaan yang signifikan hasil belajar IPA antara kelompok siswa yang mengikuti metode pembelajaran inkuiri terbimbing berbasis konsep Tri Pramana dan kelompok siswa yang mengikuti pembelajaran metode konvensional pada siswa


(64)

kelas V semester II tahun pelajaran 2012/2013 di SDN 1 Sangsit (thit>ttab, thit=8,188 dan ttab=2,00).


(65)

Berdasarkan ketiga penelitian tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa

penelitian tersebut memiliki keterkaitan dengan penelitian yang akan dilakukan

peneliti dengan judul Peningkatan Prestasi Belajar IPA Melalui Metode Inkuiri

Terbimbing Pada Siswa Kelas V SD Negeri Sarikarya Tahun Pelajaran

2014/2015. Ketiga penelitian di atas sama-sama membahas inkuiri terbimbing

sama seperti topik yang akan peneliti bahas. Sedangkan perbedaan ketiga

penelitian di atas yaitu dalam hal variabel dan jenis penelitian. Variabel dalam

penelitian di atas tentang keterampilan berpikir kritis dan hasil belajar. Selain

itu, dua dari tiga penelitian tersebut juga merupakan penelitian jenis kualitatif.

Setelah membaca dan memahami hasil serta kekurangan dari penelitian

sebelumnya, maka peneliti akan melakukan langkah-langkah perbaikan dari

kegiatan sebelumnya.

C. Kerangka Berpikir

Piaget mengatakan bahwa pengalaman langsung yang memegang

peranan penting sebagai pendorong lajunya perkembangan kognitif anak

(Samatowa, 2011:5). Pengalaman langsung anak yang terjadi secara spontan

dari kecil (sejak lahir) sampai berumur 12 tahun. Metode pembelajaran yang

cocok untuk anak Indonesia adalah belajar melalui pengalaman langsung

(Learning by doing). Maka, penerapan metode pembelajaran inkuiri terbimbing tepat dipraktikkan di SD N Sarikarya karena pembelajaran inkuiri

menuntut anak untuk berpikir lebih mendalam mengenai suatu topik yang


(1)

(2)

Foto-Foto Kegiatan

1. Uji Validitas, Relibilitas, dan tingkat kesukaran soal siklus I di SD N Puren

2. Uji Validitas, Relibilitas, dan tingkat kesukaran soal siklus II di SD N Puren

3. Siswa merumuskan masalah

4. Siswa merumuskan hipotesis dan mengumpulkan data Lampiran 28


(3)

5. Siswa menguji hipotesis Siklus I Siswa meniup larutan kapur dan bernapas di depan cermin


(4)

6. Siswa menguji hipotesis Siklus II Meniup dan menyedot larutan kapur


(5)

8. Siswa mengerjakan LKS dan merumuskan kesimpulan


(6)

Sundosari Pratiwi lahir di Karanganyar pada tanggal 25 Oktober 1992. Pendidikan dasar ditempuh di SD Kanisius Karangbangun dan lulus pada tahun 2007. Pada tahun 2007 melanjutkan studi di SMP Negeri 01 Jumapolo. Setelah menyelesaikan pendidikan menengah pertama, kemudian melanjutkan studi di SMA Negeri 01 Karanganyar dan lulus pada tahun 2011. Sejak tahun 2011 terdaftar sebagai mahasiswa di Universitas Sanata Dharma pada Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar. Studi diakhiri dengan menempuh tugas akhir skripsi dengan judul “Peningkatan Prestasi Belajar IPA Melalui Metode Inkuiri Terbimbing pada Siswa Kelas V SD Negeri Sarikarya Tahun Pelajaran 2014/2015”