P: Menurut anda, bagaimana efektivitas penggunaan metode pembelajaran dan metode evaluasi yang gunakan dalam melatih anggoa
front ensemble
MB CDB? N: Dengan jumlah maksimal pemain front ensemble yang biasanya 14 orang
sebenarnya cukup dengan 1 pelatih. Tapi itu dengan kondisi pemainnya sudah mempunyai skill yang sama. Jadi pelatih hanya ngecek saja. Tapi kalau skill
tidak rata otomatis pelatih harus face to face dengan pemain. Kalau hanya satu orang itu akan kesusahan, mau tidak mau minimal dua orang yang harus
membantu. Menurut saya masih kurang kalau konvensional. Karena jika komunikasi satu arah itu tidak akan bisa. Harusnya komunikasi dua arah agar
saling mendengarkan untuk lebih baik.
P: Apa saja hambatan yang dialami dalam proses pembelajaran
front ensemble
? N: Kita mahasiswa tugas utama adalah kuliah, bukan latihan karena itu
sampingan. Yang pasti kalau ada tugas kuliah dan disini ada target latihan itu pasti pikiran terbagi-bagi. Kecocokan dengan sesama pemain juga
berpengaruh. Cara bermain yang harus seragam padahal berbeda kenyamanan juga mempengaruhi. Kecocokan dengan pelatih juga misal pelatih misal
menyuruh kita bermain 4 mallet padahal kita merasa kesusahan tapi tetap harus dipenuhi karena tuntutan pelatih. Marching band punya acara weekend yang
bernama band camp, kalau mahasiswa lain biasanya punya rencana jalan-jalan, bersama keluarga, atau kerjain tugas, kita harus menginap disini untuk latihan.
Itu lebih ke konsekuensi proses marching.
P: Strategi yang digunakan solusi dalam menghadapi hambatan pada pembelajaran?
N: Contohnya untuk jam malam kan kita ada bidang sdm yang mengurus.
Biasanya kalau pulang malam itu diantar dan sekalian minta ijin kenapa terlambat pulang. Untuk masalah sesama player juga kalau kita diam lama-
lama juga tidak bagus kan, emosi tidak jadi satu. Lebih baik dibicarakan agar tahu apa yang harus dilakukan.
P: Kapan dilaksanakan pembelajaran
front ensemble
? N: Biasanya seminggu 2-3 kali.
P: Adakah perbedaan frekuensi latihan rutin dengan frekuensi latihan persiapan
perform
? N: Ada, yang pasti weekend itu menginap untuk berlatih di waktu-waktu mepet
menjelang hari h.
Hasil wawancara dengan Fify anggota front ensemble pada tanggal 4 Februari 2015
P: Materi apa yang diberikan pada awal pembelajaran? N: Pemanasan fisik seperti lari, push up, kemudian masuk ke warming up per
divisi seperti 8 8 16. Di front ensemble juga warming up sendiri dengan beberapa etude. Di awal sekali biasanya diberi materi sticking, kemudian
masuk materi mallet, pengenalan alat, diajarkan cara membaca partitur, basic hanya 2 minggu dan tidak semua anak mengerti. Dulu ada proses latihan
dimana kita diwajibkan bermain pemanasan dengan tempo dari lagu yang kita pilih, misalkan vierra. Jadi kita main bersama lagu itu hanya diambil temponya.
Di marching itu kurang pengennalan tentang tempo karena sering diatur sama pelatih dan orang-orang tertentu yang pengalaman saja. Jadi player kurang
punya pegangan berapa kira-kira tempo main kita jadi hasil mainnya kacau. Setelah proses pemanasan kita dapat satu lagu untuk bagaimana cara kita main,
melatih percaya diri, bagaimana kita main di depan banyak orang walaupun itu teman sendiri. Biasanya awal lagu itu lagu yang sering kita dengar seperti
laskar pelangi atau Yogyakarta.
P: Bagaimana proses pembelajaran
front ensemble
berlangsung? N: Pertama pemanasan dahulu sampai kakak-kakak lihat kita semua sudah panas.
Yang paling ditekankan itu 8 8 16 karena bisa melatih kecepatan, badan, dan tangan. Setelah pemanasan langsung masuk reading partitur dan dipraktekkan
sendiri sesuai yang kita paham. Untuk anak baru kan mereka belum tahu ini