Hubungan sosiologis informal biasanya mendominasi arus percakapan bersifat tanya jawab. Hubungan guru dan murid selain adanya tanya
jawab, siswa juga bebas mengkritik guru pada saat di kelas.
3. Tanggung Jawab
Tanggung jawab menurut KBBI adalah keadaan wajib menanggung segala sesuatunya. Tanggung jawab adalah kesadaran
manusia akan tingkah laku atau perbuatan yang disengaja maupun yang tidak disengaja. Tanggung jawab juga berarti berbuat sebagai
perwujudan kesadaran akan kewajibannya. Kata-kata tanggung jawab biasanya terucap ketika seseorang menegur orang lain ketika
melakukan suatu hal yang dianggap salah negatif atau adanya ketidak percayaan seseorang terhadap orang lain atas perbuatannya
berupa sikap, perkataan dan perbuatannya, lebih dari itu jika melihat pengertian di atas maka perbuatan “tanggung jawab” sebenarnya
mengiringi semua aspek yang positif dan negatif yang itu dilakukan oleh seseorang baik berupa sikap, perkataan dan perbuatannya.
Dengan adanya tanggung jawab, seseorang dapat memahami suatu hal yang sepatutnya atau tidak sepatutnya untuk dilakukan yang secara
tidak langsung mempengaruhi seseorang tersebut dalam mengambil suatu tindakan dan keputusannya yang lebih bermoral
4. Kerja Keras
Furqon 2010: 27 mengatakan “...Bekerja keras dapat didefinisikan sebagai kemampuan mencurahkan atau mengerahkan
seluruh usaha dan kesungguhan, potensi yang dimiliki sampai akhir masa suatu urusan hingga tujuan tercapai.” Dari pengertian di atas
tercermin bahwa seseorang harus memiliki sikap tidak mudah menyerah dalam mengupayakan sesuatu hingga tujuannya tercapai,
dan menggunakan waktu secara maksimal sehingga efektif dalam menyelesaikan suatu permasalahan yang merupakan aktualisasi dari
potensi yang dimilikinya.
5. Kejujuran
Kejujuran merupakan kualitas manusiawi yang mana manusia mengomunikasikan diri dan bertindak secara benar truthfully.
Karena itu, kejujuran sesungguhnya berkaitan erat dengan nilai kebenaran,
termasuk didalamnya
kemampuan mendengarkan,
sebagaimana kemampuan berbicara, serta setiap perilaku yang bisa muncul dari tindakan manusia. Secara sederhana, kejujuran bisa
diartikan sebagai sebuah kemampuan untuk mengekspresikan fakta- fakta dan keyakinan pribadi sebaik mungkin sebagaimana adanya.
Sikap ini terwujud dalam perilaku, baik jujur terhadap orang lain maupun terhadap diri sendiri tidak menipu diri, serta sikap jujur
terhadap motivasi pribadi maupun kenyataan batin dalam diri seorang
individu Ben Senang Galus, 2011. Kualitas kejujuran seseorang meliputi sebuah perilakunya yaitu, perilaku yang termanifestasi
keluar, maupun sikap batin yang ada di dalam. Keaslian kepribadian seseorang bisa dilihat dari kualitas kejujurannya. Konsep tentang
kejujuran bisa membingungkan dan mudah dimanipulasi karena sifatnya yang lebih interior. Perilaku jujur mengukur kualitas moral
seseorang dimana segala pola perilaku dan motivasi tergantung pada pengaturan diri self-regultion seseorang individu.
Kualitas keterbukaan kita terhadap yang lain akan menentukan kadar kejujuran atau ketidakjujuran kita. Namun seringkali
keterbukaan ini tergantung pada pemahaman diri kita terhadap realitas, termasuk pemahaman nilai-nilai moral yang kita yakini.
Keyakinan seseorang bisa saja keliru. Namun persepsi diri kita tentang nilai-nilai moral tidaklah statis dan dinamis seiring dengan banyaknya
informasi dan pengetahuan yang kita terima. Kejujuran memiliki kaitan yang erat dengan kebenaran dan moralitas. Bersikap jujur
merupakan salah satu tanda kualitas seseorang. Dengan menjadi seorang pribadi yang berkualitas, kita mampu membangun sebuah
masyarakat ideal yang lebih otentik dan khas manusiawi. Untuk memahami lebih praktis perilaku kejujuran, seringkali akan lebih
mudah bagi kita menunjukan macam tindakan-tindakan ketidakjujuran dalam kerangka pendidikan. Perilaku tidak jujur dalam konteks
pendidikan antara lain: a Plagiarisme; b Plagiarisme karya sendiri;
c menyerahkanmengumpulkan tugas yang sama lebih dari satu kali untuk mata pelajaran yang berbeda tanpa ijin; d maipulasi; e
Pengelabuan; f Menyontek; g Sabotase.
b. Jenis-jenis pendidikan karakter
Pendidikan karakter terdiri dari berbagai macam bentuk, Yahya Khan 2010:2 membagi pendidikan karakter yang sering dilakukan di
sekolah menjadi empat bagian yaitu: pendidikan karakter berbasis nilai religius, nilai budaya, lingkungan, dan potensi diri.
1 Pendidikan karakter berbasis nilai religius, yang merupakan kebenaran wahyu Tuhan konservasi moral.
2 Pendidikan karakter bebasis nilai budaya, antara lain yang berupa budi pekerti, pancasila, apresiasi sastra, keteladanan tokoh-tokoh
sejarah dan para pemimpin bangsa. 3 Pendidikan karakter berbasis lingkungan konservasi lingkungan
4 Pendidikan karakter berbasis potensi diri, yaitu sikap pribadi, hasil proses kesadaran pemberdayaan potensi diri yang diarahkan untuk
meningkatkan kualitas pendidikan konservasi humanis.
c. Fungsi Pendidikan Karakter
Menurut Kementrian Pendidikan Nasional 2010: 7 fungsi pendidikan karakter adalah:
1 Pengembangan: pengembangan potensi perserta didik untuk menjadi pribadi berprilaku baik; ini bagi perserta didik yang telah memiliki
sikap dan perilaku yang mencerminka budaya dan karakter bangsa. 2 Perbaikan:
memperkuat kiprah
pendidikan nasional
untuk bertanggung jawab dalam pengembangan potensi peserta didik yang
lebih bermartabat; dan 3 Penyaring: untuk menyaring budaya bangsa sendiri dan budaya
bangsa lain yang tidak sesuai dengan nilai-nilai budaya dan karakter bangsa yang bermartabat.
d. Tujuan Pendidikan Karakter
Pendidikan karakter pada intinya bertujuan membentuk bangsa yang tagguh, kompetitif, berakhlak mulia, bermoral, bertoleran,
bergotong royong, berjiwa patriotik, berkembang dinamis, berorientasi ilmu pengethuan, dan teknologi yang semuanya dijiwai oleh iman dan
takwa kepada Tuhan Yang Maha Esa berdasarkan Pancasila Heri Gunawan, 2012: 30.
Tujuan pendidikan karakter adalah: 1 Mengembangkan potensi kalbunuraniafeksi peserta didik sebagai
manusia dan warganegara yang memiliki nilai-nilai budaya dan karakter bangsa;
2 Mengembangkan kebiaasaan dan perilaku peserta didik yang terpuji dan sejalan dengan nilai-nilai universal dan tradisi budaya bangsa
yang religius; 3 Menanamkan jiwa kepemimpinan dan tanggung jawab peserta didik
sebagai generasi penerus bangsa; 4 Mengembangkan kemampuan peserta didik menjadi manusia yang
mandiri, kreatif, berwawasa kebangsaan; dan 5 Mengembangkan lingkungan kehidupan sekolah sebagai lingkungan
belajar yang aman, jujur, penuh kreativitas, dan persahabatan, serta dengan rasa kebangsaan yang tinggi dan penuh kekuatan dignity
Ibid, 2010.
Pendidikan karakter sebagai sebuah pedagogi memiliki tujuan agar setiap pribadi semakin menghayati individualitasnya. Selain itu
mampu menggapai kebebasan yang dimilikinya sehingga ia dapat semakin tumbuh sebagai pribadi maupun warga negara yang bebas dan
bertanggung jawab, bahkan sampai pada tingkat tanggung jawab moral integral atas kebersamaan hidup Doni Koesoema, 2007: 140
Dari uraian diatas maka dapat disimpulkan bahawa pendidikan karakter merupakan upaya-upaya yang dirancang dan dilaksanakan secara sistematis untuk
membantu peserta didik memahami nilai-nilai perilaku manusia yang berhubungan dengan Tuhan Yang Maha Esa, diri sendiri, sesama manusia,
lingkungan dan kebangsaan yang terwujud dalam pikiran, sikap, perasaan, perkataan dan perbuatan berdasarkan norma-norma agama, hukum, tata krama,
budaya, dan adat istiadat. Pendidikan karakter mengajarkan kebiasaan cara berpikir dan berprilaku yang membantu individu untuk hidup dan bekerja bersama
sebagai keluaga, masyarakat, dan bernegara, serta membantu mereka untuk membuat keputusan yang dapat dipertanggungjawabkan. Dengan kata lain
pendidikan karakter mengajarkan anak didik berpikir cerdas. Pendidikan karakter juga diartikan sebagai segala sesuatu yang dilakukan guru, yang mampu
mempengaruhi karakter peserta didik. Guru membantu membentuk karakter peserta didik. Hal ini mencakup keteladanan bagaimana perilaku guru, cara guru
berbicara atau menyampaikan materi, bagaimana guru bertoleransi, dan berbagai hal terkait lainnya. Namun pada dasarnya pendidikan karakter ini dilakukan secara
bersama dimulai dari komponen-komponen pendidikan itu sendiri hingga kultur sekolah yang mencirikan pendidikan karakter.
5. SMK
Pendidikan kejuruan merupakan pendidikan menengah yang mempersiapkan perserta didik terutama untuk bekerja dalam bidang tertentu,
UU RI No.20 tahun 2003. SMK merupakan salah satu lembaga pendidikan
yang bertanggung jawab untuk menciptakan sumber daya manusia yang memiliki kemampuan, keterampilan dan keahlian, sehingga lulusannya dapat
mengembangkan kinerja apabila terjun dalam dunia kerja. Mengingat hakikat pendidikan SMK adalah agar lulusannya siap kerja, pendidikan karakter yang
dikembangkan di SMK harus relevan dengan karakter yang dibutuhkan oleh dunia kerja ataupun dunia industri. Ada 2 dua hal kelebihan dari pendidikan
menengah kejuruan, pertama lulusan dari institusi ini dapat mengisi peluang kerja pada dunia usahaindustri, karena terkait dengan satu sertifikasi yang
dimiliki oleh lulusannya melalui Uji Kemampuan Kompetensi. Kedua, lulusan Pendidikan Menengah Kejuruan dapat melanjutkan kejenjang
pendidikan yang lebih tinggi, sepanjang lulusan tersebut memenuhi persyaratan, baik nilai maupun program studi atau jurusan sesuai dengan
kriteria yang dipersyaratkan.
6. Implementasi Pendidikan Karakter di SMK