mengajarkan nilai-nilai budi pekerti. Alasannya, manusia dalam memahami perbedaan antara kebaikan dan kejahatan moral tidak hanya
cukup secara personal dengan menggunakan hati nuraninya. Akan tetapi juga membutuhkan pemahaman terhadap nilai-nilai moral secara societal
atau diberi tahu oleh sesama warga masyarakat.
B. Penelitian yang Relevan
Penelitian yang dilakukan Moh Hasbullah den gan judul “Karakter
Siswa SMK Negeri 1 Samigaluh Kulonprogo Daerah Istimewa Yogyakarta” menunjukan bahwa penanaman nilai-nilai krakter siswa yang dilakukan
melalui integrasi pada mata pelajaran, pengembangan diri, ekstrakurikuler dan manajemen sekolah secara umum dalam kategori sangat sesuai dengan rerata
sebesar 151,05 75,5; pengintegrasian pada mata pelajaran kategori sanagat sesuai dengan rerata 30,64 85,13; pengembangan diri kategori sangat
sesuai dengan rerata 46,05 76,76; kegiatan ekstrakurikuler kategori sesuai dengan rerata 14,94 74,7; dan manajemen sekolah dalam kategori sangat
sesuai dengan rerata 59,4 70,73. Penilaian pendidika karakter belum sepenuhnya dilaksanakan. Terdapat sebagian guru yang belum mempunyai
dokumentasi tentang model penilaian karakter siswa. Rancangan program pendidikan karakter yang akan dilaksanakan di sekolah belum tersusun
dengan baik. Guru BK, pendidikan agama, dan pendidikan kewarganegaraan memiliki peran lebih banyak terhadap perkembangan kepribadian siswa.
Tidak terdapat pebedaan yang signifikan antara karakter siswa kelas X dan
siswa kelas XI Program Keahlian Teknik Instalasi Tenaga Listrik SMK Negeri 1 Samigaluh Kulonprogo dengan t
hitung
t
tabel
0,509 2,04. Karakter siswa SMK Negeri 1 Samigaluh Kulonprogo Program Keahlian Teknik Instalasi
Tenaga Listrik secara umum dalam kategori baik dengan rerata sebesar 145,25 72,65; karakter kejujuran kategori baik rerata 23,25 72,65; disiplin
kategori baik rerata 19,67 70,26; sopan santun kategori baik rerata 35,97 74,94; tanggung jawab katergori sangat baik rerata 12,12 75,78;
bekerjasama kategori sangat baik rerata 12,65 79,06; percaya diri kategori baik rerata 26,27 72,98; dan kreativitas kategori baik dengan rerata sebesar
15,27 63,64. Penelitian yang kedua adalah, penelitian yang dilakukan oleh Akhmed
Fauzia Annas yang berjudul “Penanaman Nilai-nilai Karakter Kebangsaan Siswa Melalui Kegiatan Ekstrakurikuler Pramuka di SMP Negeri 1
Yogyakarta” menunjukan bahwa 1 penanaman nilai-nilai karakter kebangsaan siswa di SMP Negeri 1 Yogyakarta melalui kegiatan
ekstrakurikuler pramuka dilakukan dengan proses learning by doing belajar sambil melakukan, learning by teacing belajar sambil mengajar, learning to
earn belajar untuk mencari penghasilan, learning to live belajar untuk hidup, dan living to serve hidup untuk mengabdi; 2 hambatan-hambatan
dalam menanamkan nilai-nilai karakter kebangsaan antara lain: siswa malas untuk mengikuti ekstrakurikuler pramuka, kurang SDM yang berkompeten,
penyampaian materi yang belum maksimal, kurangnya kesadaran siswa dalam kegiatan pramuka dan, 3 upaya-upaya yang dilakukan SMP Negeri 1
Yogyakarta untuk menanggulangi hambatan-hambatan dalam penanaman nilai-nilai karakter kebangsaan di antaranya adalah: pemberian sanksi dengan
cara memberikan skor hukuman terhadap siswa yag tidak hadir dalam ekstrakurikuler pramuka, pengadaan tenaga pembina pramuka yang
profesional dan berkompeten, penyampaian materi yang menarik, dan membangun kesadaran siswa untuk turut serta dalam mengikuti kegiatan
ekstrakurikuler pramuka. Penelitian yang ke-tiga adalah penelitian yang dilakukan oleh Wahyu
Utomo yang berjudul “Implementasi Pendidikan Karakter Melalui Mata Pelajaran IPA di Kelas IV SD Negeri 4 Wates Tahun 2012” menunjukan
bahwa di kelas IV SD Negeri 4 Wates telah menerapkan pendidikan karakter dalam pembelajaran IPA, Langkah-langkah yang ditempuh melalui
perencanaan, pelaksanaan, dan penilaian. Faktor pendorong dalam implementasi pendidikan karakter melalui mata pelajaran IPA adalah: 1
ketersediaan sarana dan prasarana sekolah yang memadai seperti alat dan media pembelajaran yang memadai, ruang kelas yang nyaman dan
ketersediaan laboratorium, 2 komunikasi antara guru dan orang tua dimanfaatkan sebaik mungkin untuk melihat perkembangan siswa, dan 3
seluruh anggota sekolah berjuang untuk mengimplementasikan pendidikan karakter yang tercermin dalam pelaksanaan misi sekolah untuk tetap
melaksanakan pembelajaran yang mengintegrasikan nilai-nilai karakter bangsa.
Penelitian yang ke-empat adalah penelitian yang dilakukan oleh Rofiqoh Fajariyah dengan judul “Integrasi Nilai-nilai Karakter Dalam
Pembelajaran IPS di SMP N 1 Kalasan, Kabupaten Sleman” menunjukan bahwa: 1 SMP N 1 Kalasan telah melaksanakan pendidikan karakter dimulai
sejak Tahun 20092010 dengan pembenahan secara bertahap, baik dari segi kegiatan diluar pembelajaran maupun di dalam kegiatan pembelajaran itu
sendiri. 2 integrasi nilai-nilai karakter dalam pembelajaran IPS di SMP Negeri 1 Kalasan belum baik. a Dalam tahap perencanaan pembelajaran,
guru belum dapat menyusun perangkat pembelajaran dengan baik dikarenakan belum mengikuti sosialisasi atau pendidikan dan pelatihan secara tuntas. b
Dalam tahap proses pembelajaran, guru belum melakukan proses pembelajaran dengan baik disebabkan adanya proses perencanaan yang kurag
matang. Nilai-nilai karakter yang disampaikan guru harus dilakukan secara berulang-ulang agar dapat dipahami oleh siswa. c penilaian karakter siswa
dalam pembelajaran IPS dilakukan dengan pengamatan. Instrumen yang ada di RPP belum digunakan oleh guru dalam proses penilaian karakter. d
kendala dalam mengintegraskan nilai-nilai karakter; kesulitan dalam menghadapi siswa yang memiliki karakter yang heterogen; kendala
pelaksanaan pembelajaran IPS secara terpadu. e upaya mengatasi kendala mengitegrasikan nilai-nilai karakter dengan diskusi MGMP IPS se-Kabupaten
Sleman, Sharing dan Observasi dengan guru yang telah berhasil melaksanakan pembelajaran dengan nilai-nilai karakter.
C. Kerangka Berpikir