BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Stigma dan diskriminasi terhadap Orang dengan HIV dan AIDS Odha masih sering terjadi. Seorang perempuan bernama Mairinda yang kini menjabat
sebagai manajer kasus organisasi Odha di Bandung Plus Support BPS, mengalami diskriminasi dari keluarganya, saat diketahui bahwa ia terinfeksi HIV. Keluarganya
sempat tidak mengerti dan melakukan diskriminasi terhadapnya. Semua barang- barang yang dipakainya dipisahkan http:mitrainti.org?q=node258diakses pada
tanggal 29 Juni 2014 pukul 23.00 WIB. Seorang perempuanyang bernama Yanti dan anaknya bernama Nuel juga
mengalami penolakan dari lingkungannya, usai diwawancarai oleh sebuah stasiun televisi swasta untuk memperingati hari AIDS. Para tetangga yang menonton acara
itu langsung meminta pemilik kontrakan untuk mengusir Yanti dan anaknya dari rumah kontrakan tersebut, bukan itu saja Yantijuga harus rela kehilangan sumber
penghasilannya, karena dikeluarkan dari PT Penta Adi Samudera, tempat ia bekerja.Yanti dan anaknya juga
harus dikucilkan, dari pihak gereja Stephanushttp:rusdimathari.wordpress.com20071130mereka-mengidap-aids-
mereka-dikucilkandiakses pada tanggal 29 Juni 2014 pukul 23.19 WIB. Perlakuan diskriminasi terhadap Odha merupakan bentuk pelanggaran Hak
Asasi Manusia. Perlu kita ingat bahwa Odha tetaplah seorang manusia biasa yang juga mempunyai hak asasi, Odha mempunyai hak untuk hidup, hak untuk mendapat
kasih sayang, hak untuk mendapat perlindungan, hak untuk mendapat pelayanan dan
Universitas Sumatera Utara
perlakukan adil seperti layaknya manusia biasa. Masyarakat mungkin memang paham mengenai HIV dan AIDS, namun belum sepenuhnya paham untuk hidup
berdampingan dengan Odha. Dinyatakan positif HIV bukan merupakan hal yang mudah diterima. Sikap menjauhkan diri secara naluri berakar dalam watak manusia.
Masyarakat awam pada awalnya menunjukkan reaksi yang berlebihan bila mengetahui seorang terinfeksi HIV positif berada dilingkungannya.
Bentuk diskriminasi yang dialami Odha dalam keluarga misalnya dikucilkan, ditempatkan dalam ruang atau rumah khusus, diberi makan secara terpisah,
memisahkan peralatan-peralatan yang mereka gunakan, bahkan ada yang diborgol dan dijaga satpam. Pengucilan juga terjadi di dalam masyarakat. Sementara pers
memuat foto, nama, dan alamat tanpa ijin. Diskriminasi yang dilakukan perusahaan misalnya pemutusan hubungan kerja atau mutasi. Bentuk diskriminasi rumah sakit
dan tenaga medis berupa penolakkan untuk merawat, mengoperasi, atau menolong persalinan, tidak menjaga kerahasiaan, baik kepada sesama petugas kesehatan, para
pengunjung dan keluarga pasien rumah sakit, serta penolakkan untuk memandikan jenazah.http:afiatahoba.blogspot.com2014_03_01_archive.html?m=1
diakses pada tanggal 28 Juni 2014 Pukul 20.00WIB.
Beban paling berat yang dirasakan Odha adalah stigma yang dilekatkan kepada mereka, khususnya kepada Odha perempuan.Odha perempuan menjadi
sorotan tajam seolah-olah penyebab meluasnya AIDS adalah perempuan. Masyarakat menilai Odha perempuan adalah mereka yang berprofesi sebagai
Pekerja Seks Komersial PSK, menggunakan narkoba suntik dan ”bukan orang baik-baik”. Masih ada kejadian dimana perempuan yang terkena AIDS dihukum
oleh masyarakat, dianggap kotor dan diasingkan seolah-olah bencana bagi lingkungannya. Stigma itu menyebabkan Odhaperempuan sering dikucilkan
Universitas Sumatera Utara
masyarakat dan mendapat perlakuan diskriminatif, bukan cuma oleh masyarakat awam, tetapi juga oleh tenaga medis. Odha bisa disandang siapa saja, termasuk
anak-anak dan ibu baik-baik. Stigma negatif terhadap Odha sangat merugikan upaya penanggulangan penyebaran HIV dan AIDS.
Penghapusan diskriminasi terhadap Odha bukanlah hal yang mudah, kita harus lebih dahulu memahami faktor-faktor penyebab seseorang melakukan
diskriminasi. Seseorang yang negatif HIV tidak akan terinfeksi dari udara, makanan, air, gigitan serangga, hewan, piring, sendok, kakus,atau lainnya yang tidak
melibatkan darah, air mani, cairan vagina dan ASI. HIV juga tidak menular dari kotoran, cairan hidung, air liur, keringat, air mata, air seni, atau muntahan kecuali
cairan ini bercampur darah. Faktanya, masyarakat awam sebenarnya dapat membantu Odha dengan makan, mengganti pakaian, bahkan memandikannya tanpa resiko
terinfeksi, asal mengikuti langkah yang dijelaskan sebelumnya. Intinya HIV bisa tertular jika terjadinya pintu masuk pertukaran atau percampuran darah, cairan
kelamin antara Odha dengan orang yang negatif HIV. Berbagai langkah telah dilakukan oleh orang-orang yang peduli dengan HIV,
termasuk memberi sosialisasi penularan dan pencegahan HIV kepada setiap golongan masyarakat. Sampai detik inipun jika masyarakat mendengar kata HIV
mungkin muncullah stigma, apalagi jika harus berhadapan dengan orang yang menderita HIV. Masyarakat tersebut pun enggan untuk menyentuhnya dan
muncullah diskriminasi, sehingga hal yang perlu kita ingat adalah jauhi penyebab penyakitnya atau perilaku berisiko, jangan jauhi orangnya.
Kementrian Kesehatan mencatat sampai dengan tahun 2005 jumlah kasus HIV yang dilaporkan sebanyak 859, tahun 2006 7.195, tahun 2007 6.048, tahun
2008 10.362, tahun 2009 9.793, tahun 2010 21.591, tahun 2011 21.031, tahun
Universitas Sumatera Utara
2012 21.511. Jumlah kumulatif infeksi HIV yang dilaporkan dari tahun 1987 sampai dengan Maret 2013 sebanyak 103.759 orang.
Sampai dengan tahun 2005 jumlah kasus AIDS yang dilaporkan sebanyak 4.987, tahun 2006 3.514, tahun 2007 4.425, tahun 2008 4.943, tahun 2009
5.483, tahun 2010 6.845, tahun 2011 7.004, tahun 2012 5.686. Jumlah kumulatif infeksi AIDS yang dilaporkan dari tahun 1987 sampai dengan Maret 2013
sebanyak 43.347 orang. Proporsi kumulatif kasus AIDS tertinggi berada pada kelompok umur 20-29 tahun 30,7 diikuti dengan kelompok umur 30-39 tahun
21,8 dan kelompok umur 40-49 tahun 10, kelompok umur 15-19 tahun 3,3 dan kelompok umur 50-59 tahun 3,0. Selama periode pelaporan bulan
Januari hingga Maret 2013, persentase kasus AIDS menurut faktor risiko tertinggi adalah hubungan seks tidak aman pada heteroseksual 81,1, penggunaan jarum
suntik steril pada pengguna napza suntikpenasun 7,8, dari ibu positif HIV ke anak 5,0, homoseksual 2,8, transfusi darah 1,3 dan Bisex 1,1.
http:www.spritia.or.idStatsStatCurr.php?lang=idgg=1diakses pada tanggal 20 Juni 2014 pukul 23.25 WIB.
Rasio kasus AIDS antara laki-laki dengan perempuan adalah 2:1 laki-laki: 64,8 dan perempuan 35,2. Jumlah kasus HIV dan AIDS pada laki-laki lebih
tinggi dibanding perempuan, tetapi karena mayoritas perempuan yang mengalami HIV dan AIDS merupakan usia produktif 20-49 tahun, maka hal ini menimbulkan
resiko jumlah penularan HIV akan meningkat, hal ini disebabkan karena pada perempuan berusia produktif perempuan akan lebih mudah menularkan HIV kepada
orang lain, baik melalui hubungan seksual, kontak darah sampai kepada anaknya yaitu dengan cara melahirkan dan menyusui.
Universitas Sumatera Utara
Menjalani hidup keseharian dengan menyandang status sebagai Odha sangatlah berat. Perasaan-perasaan seperti merasa tidak berguna, tidak memiliki
harapan, takut, sedih, marah, bermunculan seketika. Sisi psikologis mereka bisa dipastikan sangat tertekan. Kebanyakan Odha cenderung menunjukkan reaksi-reaksi
keras seperti menolak hasil tes, menangis, menyesali, memarahi diri sendiri, mengucilkan diri sendiri bahkan terkadang terpintas dipikirannya ingin bunuh diri.
Saat-saat seperti itu merupakan gejala psikologis yang justru dapat membuat Odha tersebut semakin terpuruk.
Odha mengalami kondisi yang tidak menyenangkan baik secara fisik maupun psikis. Secara fisik kesehatan Odha terganggu, hal ini dikarenakan virus
HIVmenyerang sistem kekebalan tubuh Odha. Secara psikis, antara lain Odha mempunyai perasaan hampa, inisiatifnya kurang, merasa tidak berarti, apatis, serba
bosan, tidak memiliki tujuan hidup yang jelas, muncul pikiran bunuh diri, bahkan sikapnya terhadap kematian juga ambivalen, artinya di satu pihak Odha merasa takut
dan tidak siap mati, tetapi di sisi lain Odha beranggapan bahwa bunuh diri adalah jalan keluar terbaik untuk lepas dari kehidupan yang tidak berarti.
Mental seorang Odha khususnya Odha perempuan lebih mudah rapuh sebab Odha perempuan harus bisa menerima status dirinya, melakukan peranannya sebagai
perempuan dalam mengurus rumah tangga, mengurus suami dan anak-anak, bahkan mengurus dirinya sendiri. Dukungan dari pasangan hidup, sahabat, keluarga ataupun
masyarakat sangat diperlukan Odha perempuan. Vivi yang merupakan seorang Odha mengatakan, bahwa dukungan dari keluarga itu penting, karena dapat memotivasi
Odha untuk hidup sehat dan berfungsi sosial. Dukungan dan semangat yang diberikan oleh masyarakat dan keluarga, Odha merasa bahwa hidupnya berguna.
http:m.detik.comhealthread20120125145057182460512023ketika-istri-dan-
Universitas Sumatera Utara
anak-dapat-warisan-hiv-dari-sang-ayahdiakses pada tanggal 18 Juni 2014 pukul 23.19 WIB.
Kehidupan Odha perempuan akan kelihatan berbeda apabila ia mendapat respon yang baik dari keluarganya dibandingkan apabila mendapat respon negatif
berupa penolakan dan diskriminasi dari keluarganya maupun orang terdekatnya. Sanggat penting bagi keluarga untuk memberikan dukungan, kasih sayang, perhatian
dan sikap yang baik bagi Odha khususnya perempuan.Dukungan keluarga membuat Odha sendiri bisa lebih mengatur hidupnya. Sebenarnya penyakit yang berhubungan
dengan Odha biasanya akan cepat membaik, dengan kenyamanan di rumah dan juga dukungan dari teman terutama keluarga.
Keluarga sebagai kesatuan komunitas yang terkecil juga akan menerima beban mental yang cukup berat. Timbulnya reaksi sosial dalam bentuk pengucilan,
perceraian dan berbagai bentuk konflik rumah tangga lainnya. Munculnya masalah yatim piatu karena anak-anak ditinggal mati kedua orang tuanya yang mati karena
AIDS tidak saja dirasakan bebannya oleh keluarga, tetapi juga akan menjadi beban sosial tambahan bagi pemerintah dan masyarakat.
Tempat terbaik untuk merawat Odha adalah di rumah dengan dikelilingi oleh orang-orang yang mencintai dan dicintainya. Odha dapat tetap hidup aktif untuk
waktu yang lama dan bisa berdaya untuk kehidupannya sendiri dan orang lain. Dukungan keluarga terutama perawatan Odha dirumah biasanya akan menghabiskan
biaya lebih murah, lebih menyenangkan, lebih akrab, dan membuat Odha sendiri bisa lebih mengatur hidupnya. Sebenarnya penyakit yang berhubungan dengan Odha
biasanya akan cepat membaik, dengan kenyamanan di rumah, dengan dukungan dari teman terutama keluarga Yayasan Spiritia, 2008:15.
Universitas Sumatera Utara
Upaya dalam mengangkat peranan keluarga sebagai basis utama penanggulangan AIDS di Indonesia, juga tidak bisa lepas dari upaya untuk lebih
memberdayakan kaum perempuan. Kaum perempuan sebagai penyangga keluarga tidak perlu lagi diragukan peranannya, tetapi dalam menghadapi masalah AIDS,
kaum perempuan tiga kali lebih besar resikonya terinfeksi HIV dibandingkan kaum pria. Perempuan juga mendapat kesulitan lebih besar kalau sudah terinfeksi, baik
sebagai ibu yang akan melahirkan bayi, sebagai teman yang akan merawat mereka yang disayangi, maupun sebagai pencari nafkah. Semua bentuk risiko yang
memudahkan kaum perempuan tertular HIV dan lemahnya tawar menawar mereka perlu mendapat perhatian dan dukungan semua pihak terutama pihak keluarga.
Lingkungan memiliki peran yang cukup besar dalam mendukung Odha perempuan, mereka memerlukan dukungan untuk mendapatkan kembali semangat
hidupnya dan mengembalikan rasa percaya diri. Kesiapan keluarga dan masyarakat untuk merawat Odha di rumah memang penting sekali. Odha perempuan
membutuhkan interaksi dan komunikasi untuk mencurahkan isi hati dan menambah informasi tentang penyakitnya. Sulit bagi Odha perempuan untuk membuka
percakapan tentang dirinya kepada orang lain. Beban hidup yang dirasakan oleh Odha perempuan akan terasa ringan apabila orang terdekatnya seperti sahabat dan
keluarganya memberikan dukungan, perhatian dan cinta kasih. Lembaga Swadaya Masyarakat LSM merupakan salah satu bagian yang
mempunyai peran aktif dalam melaksanakan kebijakan rencana strategis pemerintah dalam rangka penanggulangan HIV dan AIDS. Rumah Singgah Caritas
Pengembangan Sosial Ekonomi merupakan sebuah lembaga swadaya masyarakat yang berada dibawah pengawasan Keuskupan Agung Medan, yang terletak di Jalan
Sei Asahan No. 36 Tanjung Rejo, Medan Sunggal. Salah satu bentuk pelayanan dari
Universitas Sumatera Utara
Caritas Pengembangan Sosial Ekonomi Medan yaitu melayani dan menyediakan informasi tentang narkotika, Human Immunodeficiency Virus-Acquired Immune
Deficiency Syndrom HIV-AIDS, kesehatan reproduksi, anak jalanan dan juga persoalan psikologis.
Rumah Singgah Caritas Pengembangan Sosial Ekonomi Medan berdiri sejak tahun 2010 dan sejak saat itu Rumah Singgah Caritas Pengembangan Sosial
Ekonomi Medan langsung menjalankan tugasnya terutama dalam diisu penanggulangan HIV dan AIDS. Rumah Singgah Caritas Pengembangan Sosial
Ekonomi tak jarang memberikan penyuluhan kepada masyarakat, sekolah, kampus ataupun organisasi, untuk melindungi diri sendiri terhadap dari HIV dan AIDS,
penyuluhan ini juga ditujukan untuk meningkatkan pengetahuan agar masyarakat tidak bereaksi naluriah tetapi rasional dan empatis terhadap Odha. Mereka juga
mendampingi Odha untuk bisa berdaya dan berfungsi. Rumah Singgah Caritas Pengembangan Sosial Ekonomi Medan mendampingi
Odha laki-laki dan perempuan. Odha yang mereka dampingi pun tidak hanya orang yang berasal dari kota Medan saja, tetapi dari luar kota Medan pun mereka dampingi.
Kegiatan ini berjalan sampai sekarang, baik dalam mendampingi Odha periksa kesehatan, mengambil obat ke rumah sakit yang telah ditentukan dan membantu
dampingan Odha dalam memberikan informasi yang tepat kepada keluarganya maupun masyarakat tentang HIV dan AIDS.
Respon keluarga Odha dampingan Rumah Singgah Caritas Pengembangan Sosial Ekonomi Medan inipun cukup bervariasi, ada yang menolak dan ada juga
yang mendukung. Perbedaan dalam hal menerima anggota keluarga yang terinfeksi HIV tersebutlah yang membuat penulis tertarik untuk melakukan penelitian yaitu
dimana peneliti ingin mengetahui bagaimana prespsi, sikap dan partisipasi keluarga
Universitas Sumatera Utara
terhadap Odha perempuan dampingan Rumah Singgah Caritas apabila mereka menerima keberadaan Odha tersebut dan bagaimana pula jika keluarga tersebut
menolak keberadaan Odha perempuan, apa yang membuat Odha perempuan ini mampu kuat dan bertahan.
Mengingat bahwa mayoritas perempuan yang mengalami HIV dan AIDS merupakan usia produktif 20-49 tahun, maka penulis memfokuskan penelitiannya
kepada Odha perempuan yang merupakan usia produktif yaitu 20-49 tahun. Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan, maka penulis tertarik
untuk meneliti respon keluarga terhadap Odha perempuan, yang hasilnya dituangkan
dalam skripsi dengan judul“Respon Keluarga Orang Dengan HIV–AIDS ODHA Perempuan Dampingan Rumah Singgah Caritas Pengembangan Sosial
Ekonomi Medan”.
1.2 Perumusan Masalah