Orang Dengan HIV DAN AIDS ODHA Perempuan .1 Penjelasan HIV dan AIDS

mempunyai peran masing-masing. Peranan anggota-anggota dalam keluarga besar untuk menciptakan suasana keluarga kuat sekali. Hubungan antar pribadi dalam keluarga sangat dipengaruhi oleh peranan suami-istri, sebagai ayah-ibu dalam pandangan dan arah pendidikan yang akan mewujudkan suasana keluarga. Peranan anggota-anggota dalam keluarga untuk menciptakan suasana keluarga kuat sekali. Gunarsa dan Gunarsa 1993: 40 membagi peranan keluarga sebagai berikut: a Peran Ayah Ayah sebagai suami dari istri dan anak-anak, berperan sebagai pencari nafkah, pendidik, pelindung, dan pemberi rasa aman, sebagai kepala keluarga, sebagai anggota dari kelompok sosialnya serta sebagai anggota masyarakat dari lingkungannya. b Peran Ibu Sebagai istri dan ibu dari anak-anaknya. Ibu mempunyai peranan untuk mengurus rumah tangga sebagai pengasuh dan pendidik anak-anaknya, pelindung dan sebagai salah satu kelompok dari peranan sosialnya serta sebagai anggota masyarakat dari lingkungannya, disamping itu juga ibu dapat berperan sebagai pencari nafkah tambahan dalam keluarganya. c Peran Anak Anak-anak melaksanakan peranan psikososial sesuai dengan tingkat perkembangannya baik fisik, mental, sosial dan spiritual. 2.3 Orang Dengan HIV DAN AIDS ODHA Perempuan 2.3.1 Penjelasan HIV dan AIDS Universitas Sumatera Utara

2.3.1.1 HIV

HIV merupakan singkatan dari Human Immunodeficiency Virus, adalah virus yang menyerang sistem kekebalan tubuh manusia dan melemahkan kemampuan tubuh untuk melawan penyakit yang datang Yayasan Spiritia, 2008: 4. Virus HIV pertama kali ditemukan pada Januari 1983 oleh Luc Montaigner di Perancis pada seorang pasien limfadenopati, karena itu dinamakan LAV Lymph Adenopathy Virus. Kemudian pada bulan Maret 1984, Robert Gallo di Amerika Serikat menemukan virus serupa pada penderita AIDS yang disebut HTLV-III. Pada bulan Mei 1986 Komisi Taksonomi Internasional memberi nama HIV. Sebagai retrovirus, HIV memiliki sifat khas karena memiliki ensim reverse transcriptase, yaitu ensim yang memungkinkan virus mengubah informasi genetiknya yang berada dalam RNA kedalam bentuk DNA yang kemudian diintegrasikan kedalam informasi genetik sel limfosit yang diserang. HIV dapat memanfaatkan mekanisme sel limfosit untuk mengkopi dirinya menjadi virus baru yang memiliki ciri-ciri HIV. HIV dapat ditemukan dan diisolasikan dari sel limfosit T, limfositB. Sel makrofag di otak dan paru dan berbagai cairan tubuh. Akan tetapi sampai saat ini hanya darah dan air mani yang jelas terbukti sebagai sumber penularan serta ASI yang mampu menularkan HIV dari ibu ke bayinya. Analisis sekuens genetik dikenal 8 varian utama HIV yaitu subtipe A,B,C,D,E,F,G dan H. Kemudian ditemukan subtipe O yang pertama kali ditemukan di Kamerun, Afrika. Selanjutnya ditemukan subtipe J pada tahun 1997, dan terakhir subtipe N pada tahun 1998. Subtipe ini terutama penting untuk diketahui sebarannya didunia dan dinilai sifat dan perilaku virus misalnya dalam hal kemungkinan menimbulkan resistensi obat dan kemampuan deteksi reagens tes antibodi HIV. Di Thailand misalnya subtipe B dan E mendominasi infeksi baru HIV pada pengguna Universitas Sumatera Utara narkotika suntikan. Saat ini subtipe A sampai H dapat dideteksi dengan reagensia yang biasa digunakan, namun hanya kurang lebih 50 reagensia tersebut mampu mendeteksi suptipe O, karena itu di daerah dimana prevalensi subtipe O cukup tinggi seperti di Kamerun strategi untuk mengetes HIV perlu dikaji ulang. Sistem imun manusia adalah sangat kompleks dan memiliki kaitan yang rumit antara berbagai jaringan dan sel dalam tubuh. Kerusakan pada salah satu komponen sistem imun akan mempengaruhi sistem imun secara keseluruhan terutama apabila komponen tersebut adalah komponen yang menentukan fungsi- fungsi komponen sistem lainnya. HIV menyerang sistem imun dengan menyerbu dan menghancurkan jenis sel darah putih tertentu, yang sering disebut dalam berbagai macam seperti sel T pembantu helper T cell, sel T4 atau CD4. Sel CD4 ini juga diberi julukan sebagai panglima dari sistem imun. CD4 mengenali patogen yang menyerang dan memberi isyarat pada sel darah putih lainnya untuk segera membentuk antibodi yang dapat mengikat patogen tersebut. Sesudah diikat, patogen itu dilumpuhkan dan diberi ciri untuk selanjutnya dihancurkan. Lalu CD4 kemudian memanggil lagi jenis sel darah putih lainnya, sel T algojo killer T cell, untuk memusnahkan sel yang ditandai tadi. HIV mampu melawan sel CD4, dengan menyerang dan mengalahkan CD4, maka HIV berhasil melumpuhkan kelompok sel yang justru amat diandalkan untuk menghadapi HIV tersebut beserta kuman-kuman jenis lainnya. Itulah sebabnya mengapa HIV membuat tubuh kita menjadi sangat rentan terhadap infeksi kuman- kuman lainnya dan jenis-jenis kanker yang umumnya dapat dikendalikan. Tanpa adanya sistem imun yang efektif, penyakit-penyakit ikutan ini yang lazim disebut infeksi opurtunistik, merajalela dan berakibat kematian. Jumlah normal CD4 dalam sirkulasi darah kita adalah sekitar 800 hingga 1200 per ,ilimeter kubik darah. Selama Universitas Sumatera Utara tahun-tahun pertama infeksi HIV jumlah ini masih dapat dipertahankan. Orang yang terinfeksi HIV pada mulanya tidak merasakan dan tidak kelihatan sakit selama sel CD4-nya masih dalam jumlah lumayan. Barulah sesudah kira-kira 5 tahun jumlah sel CD4 ini mulai menurun hingga kira-kira separohnya. Pada tahap ini pun banyak penderita yang belum menunjukkan gejala-gejala penyakit. Sesudah jumlah sel CD4 ini kurang dari 200 per milimeter kubik darah, mulailah penderita memperlihatkan berbagai gejala penyakit yang nyata Hutapea, 1995:40. Setelah tubuh terinfeksi, maka tidak langsung sakit, tubuh mengalami masa tanpa gejala khusus. Walaupun tetap ada virus didalam tubuh, tubuh tidak mempunyai masalah kesehatan akibat infeksi HIV, dan merasa baik-baik saja. Masa tanpa gejala ini bisa bertahun-tahun lamanya. Karena tidak ada gejala penyakit pada tahun-tahun awal terinfeksi HIV, sebagian besar orang yang terinfeksi HIV tidak tahu ada virus didalam tubuhnya. Hanya dengan tes darah dapat mengetahui jika terinfeksi atau tidak. Menjalani cara hidup yang baik dan seimbang sangat bermanfaat bagi kesehatan dan dapat memperpanjang masa tanpa gejala. Cara hidup ini termasuk makan makanan yang bergizi, kerja dan istirahat yang seimbang, olahraga yang teratur tetapi tidak berlebihan, serta tidur yang cukup. Sebaiknya hindari merokok, memakai narkoba dan minum minuman beralkohol yang berlebihan. Jauhkan diri dari stres dan mencoba untuk selalu berpikir positif. Jangan menyalahkan diri sendiri,atau pun pada orang lain karena terinfeksi HIV. HIV menular melalui: 1. Bersenggama yang membiarkan darah, air mani, atau cairan vagina dari orang HIV-positif masuk ke aliran darah orang yang belum terinfeksi yaitu Universitas Sumatera Utara senggama yang dilakukan tanpa kondom, melalui vagina atau dubur, walau dengan kemungkinan kecil 2. Memakai jarum suntik yang bekas pakai orang lain, dan yang mengandung darah yang terinfeksi HIV 3. Menerima tranfusi darah yang terinfeksi HIV 4. Dari ibu HIV positif ke bayi dalam kandungan, waktu melahirkan, dan jika menyusui dari ASI Yayasan Spiritia, 2008: 5. Prinsip penularan HIV dikenal dengan ESSE : E XIT : keluar S UFFICIENT : cukup S URVIVE : virusnya hidup E NTER : masuk Kesimpulannya yaitu HIV keluardari tubuh dalam jumlahyang cukup dan dalam keadaan hidup,masukke dalam tubuh lain. Tahap-tahap HIV: Stage 1 1. Biasanya tanpa gejala asimptomatik 2. CD4 berjumlah 600-1500mm 3 3. Sistem kekebalan kita masih kuat 4. Pelan-pelan sel CD4 kita berkurang 5. Masih hidup sehat dan nyaman Upaya yang tetap dilakukan dalam Stage 1:Pola hidup yang lebih sehat olah raga, tidak merokok, tidak minum miras, makan yang sehat dll, sering dikontrol di rumah sakit, periksa IMS, melakukan seks yang aman dan sehat. Tahap-tahap HIV: Stage 2 1. CD4 turun ke 350mm 3 Universitas Sumatera Utara 2. Sering mengalamTahap-tahap HIV: Stage 2 3. infeksi seperti jamur di mulut, ruam, demam, ISPA 4. Turun berat badan 5. Masih bisa hidup normal Upaya yang tetap dilakukan dalam Stage 2: Sama dengan Stage 1 pola hidup yang sehat, kontrol di rumah sakit, immunisasi, seks yang sehat dan aman, infeksi yang muncul secepatnya diobati. Tahap-tahap HIV: Stage 3 1. CD4 dibawah 200mm 3 2. OI yang lebih serious muncul, seperti paru-paru 3. Diare yang kronis, demam, TB, jamur yang parah 4. Turun berat badan yang sangat drastis 5. Kehidupan sehari-hari terganggu Upaya yang tetap dilakukan dalam Stage 3 sama dengan Stage 1 pola hidup yang sehat, kontrol di rumah sakit, immunisasi, seks yang sehat dan aman, Antiretrovirals Infeksi yang muncul secepatnya diobati. Tahap-tahap HIV: Stage 4 1. CD4 sangat berkurang, kadang sampai 0mm 3 2. Selalu sakit, susah bangun 3. OI yang cukup parah muncul, seperti PCP, TB, Kaposis Sarcoma, CMV dll 4. Berat badan jauh dibawah normal Upaya yang tetap dilakukan dalam Stage 4 Pengobatan OI, Antiretrovirals, perawatan di rumah atau di rumah sakit. HIV tidak menular melalui bersentuhan, bersalaman, berpelukan, tinggal serumah dengan orang dengan HIV dan AIDS Odha, duduk bersama dalam satu Universitas Sumatera Utara ruangan tertutup, peralatan makan dan minuman, berbagi: kamar mandi, kolam renang, dan gigitan nyamuk. HIV tidak dapat menular melalui udara, virus ini juga cepat mati jika berada diluar tubuh. HIV dapat dibunuh jika cairan tubuh yang mengandungnya dibersihkan dengan cairan pemutih seperti Bayclin atau Chlorox, atau dengan sabun dan air. HIV tidak dapat diserap oleh kulit yang tidak terluka.

2.3.1.2 AIDS

AIDS yang memiliki kepanjangan Acquired Immuno Deficiency Syndrome adalah sekumpulan gejala penyakit yang disebabkan oleh HIV. Virus ini menyerang sistem kekebalan tubuh manusia dengan merusak sel-sel limfosit yang memepunyai peranan penting dalam sistem kekebalan tubuh. Ketika daya tubuh melemah, berbagai virus dan penyakit lain secara beruntun memasuki tubuh si penderita. AIDS ditandai dengan adanya gejala yang umumnya timbul antara lain selalu merasa lelah, sering menderita demam dan berkeringat dingin tanpa sebab yang jelas, merasa sesak nafas dan seringbatuk-batuk, penurunan berat badan secara drastis, diare yang terus- menerus, pada saat kekebalan tubuh mulai melemah, maka timbullah masalah kesehatanNasution, 2000:35. AIDS adalah rusaknya sistem kekebalan tubuh yang bertugas melindungi diri kita dari virus. Semakin parah kerusakan pada sistem kekebalan tubuh, semakin besar risiko terhadap kematian akibat virus tersebut. AIDS adalah penyakit yang fatal, sudah banyak penderita AIDS yang meninggal. Sampai sekarang belum ditemukan obat yang dapat menyembuhkan AIDS, obat yang sekarang hanya bermanfaat mengurangi penderitaan, memperbaiki kualitas hidup, dan memperpanjang lama hidup penderita AIDS. Universitas Sumatera Utara Kasus AIDS di Indonesia sering terlambat diketahui, artinya ketika ditemukan pasien yang sudah berada pada tingkat penyakit lanjut. Setelah pasien keluar masuk beberapa rumah sakit, barulah diagnosis AIDS ditegakkan. Tampaknya hal ini disebabkan karena keterampilan dokter dalam mendiagnosa AIDS masih kurang. Padahal infeksi HIV dan AIDS ditemukan dalam tahap dini, niscya banyak manfaatnya untuk pasien, keluarganya, masyarakat, ataupun dokter yang mengobatinya. Sama seperti di negara-negara Barat, infeksi Candida Albicans merupakan penyakit jamur yang palin sering ditemukan pada pasien AIDS di Indonesia. Tempat infeksi yang sering adalah di murkosa mulut, tenggorokan dan esofagus. Gejala yang ditemukan biasanya mulut kering, gangguan indra perasa lidah, bercak-bercak putih dilidah, tenggorokan, dan gusi serta ulkus di mulut dan kesukaran serta nyeri untuk menelan. Semua pasien AIDS yang diteliti pada umumnya menunjukkan gejala panas lama, dan lebih dari 90 kasus disertai dengan batuk.

2.3.1.3 Penjelasan Orang Dengan HIV dan AIDS Odha

Orang dengan HIV dan AIDS atau sering juga disebut dengan Odha adalah seseorang yang terinfeksi mengidap HIV positif di dalam tubuhnya yang menyebabkan sistem kekebalan tubuhnya menjadi lemah. Kita tidak dapat menunjukkan secara pasti dan langsung siapa saja yang memiliki kemungkinan mengidap HIV dan AIDS, tetapi berdasarkan pola penyebaran AIDS kita dapat mengelompokkan individu yang memiliki kemungkinan besar untuk mengidap penyakit ini. Kelompok ini disebut dengan kelompok yang beresiko tinggi, yang tergolong dalam kelompok ini adalah: Universitas Sumatera Utara 1. Individu yang memiliki banyak pasangan seksual, seperti wanita atau pria tunasusila dan pelanggannya, mucikari atau germo, kelompok homoseksualataupun heteroseks, biseks maupun waria. 2. Individu yang sering menerima transfusi darah atau pernah menerima transfusi darah. Dianjurkan untuk memeriksa dengan teliti dan seksama darah yang akan dipakai dalam kepentingan transfusi tersebut. 3. Bayi yang dilahirkan oleh wanita yang mengidap HIV. 4. Pecandu narkotika, khususnya bagi pecandu yang menggunakan narkoba alat suntik, mengingat jarum suntik untuk kegiatan itu sama sekali tidak dijamin kesterilannya. 5. Pasangan dari pengidap HIV dan AIDS. Namun masyarakat tidak diharapkan untuk mengambil tindakan yang semena-mena terhadap orang-orang tersebut seperti mengucilkan, mengadili, menyiksa ataupun tindakan lainnya. Masyarakat diminta untuk mengetahui dan berhati-hati jika berhubungan dengan individu dari golongan beresiko tinggi tersebut agar tidak sampai tertular dan diharapkan agar masyarakat menjauhi perilaku beresiko. Seseorang yang terinfeksi HIV tidak terlihat secara fisik, hanya melalui tes darah kita mengetahui apakah kita terinfeksi HIV atau tidak Nasution, 2000:37.

2.3.1.4 Perempuan

Menurut Kamus Bahasa Indonesia perempuan adalah orang manusia yang mempunyai vagina, dapat menstruasi, hamil, melahirkan anak dan menyusui. http:fitriyawahyuni.blogspot.com201104pengertian-wanita.htmldiakses pada tanggal 19 Juni 2014 pukul 23.20 WIB. Kaum perempuan karena sifat dasarnya memang dimaksudkan untuk menjadi sosok yang lembut, halus, penuh kehangatan, Universitas Sumatera Utara simpatik dan ibu bagi anak-anak. Semua ini mempengaruhi dia hingga ke tingkat yang luas secara tidak sadar, maka ketika mengerjakan segala sesuatu, dia terlalu menjadi emosional. Ketika bergerak dengan kaum pria, dia melakukan kesalahan- kesalahan. Dia menjadi seorang yang berhati penuh kelembutan ketika hal itu mestinya tidak dibutuhkan, dia menjadi seorang yang tempramental, mudah menyerah, dan biasanya berbuat dengan cara-cara yang memalukan Kaur, 2002:44. Secara mendasar, perempuan adalah ibu rumah tangga. Pria adalah pencari nafkah, perempuan adalah penjaga dan pembagi makanan. Dia adalah seseorang yang mengambil alih setiap persoalan. Seni mengasuh tunas bangsa merupakan tugas utama perempuan dan satu-satunya hak istimewa. Tanpa pengasuhan seorang perempuan, suatu bangsa pasti akan mati Kaur, 2002:48.

2.3.1.5 ODHA Perempuan

Odha perempuan adalah orang yang terinfeksi HIV dan AIDS yang berjenis kelamin perempuan. Seorang perempuan pengidap HIV bisa dipastikan akan takut kehilangan suaminya, disamping mencemaskan keadaan bayi atau anaknya, ia juga didera oleh perasaan takut menghadapi keluarga, tetangga dan teman-temannya. Kerentanan pada perempuan dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu : 1. Faktor biologis Beberapa penelitian menunjukkan bahwa risiko perempuan tertular HIV melalui hubungan seksual adalah 2-4 kali lebih besar dibanding risiko pada laki-laki. Selain infeksi HIV, perempuan juga lebih rentan tertular penyakit-penyakit yang ditularkan melalui hubungan seksual yaitu penyakit menular seksual PMS atau disebut juga dengan infeksi menular seksual IMS dibanding laki-laki. Hal ini disebabkan karena perempuan mempunyai permukaan mukosa genital yang lebih Universitas Sumatera Utara luas dibandingkan permukaan alat kelamin laki-laki yang terpapar air mani sewaktu berhubungan seksual. Seperti sudah diketahui, air mani yang terinfeksi HIV mempunyai konsentrasi virus yang lebih tinggi dibandingkan konsentrasi HIV di cairan vagina. Kedua hal inilah yang menyebabkan penularan HIV dan IMS lainnya lebih efektif dari laki-laki ke perempuan dibandingkan efektivitas penularan dari perempuan ke laki-laki Djoerban, 2000:190. Struktur di dalam vagina yang terdapat banyak lipatan membuat permukaannya menjadi luas dan dinding vagina sendiri memiliki lapisan tipis yang mudah terluka. Anatomi ini memudahkan air mani bertahan lebih lama dalam rongga vagina bila terjadi infeksi, sehingga air mani yang terinfeksi dapat segera menulari perempuan tersebut dan juga dari bentuk organ kelamin yang seperti bejana terbuka. Secara fisik, ini memudahkan virus masuk ke dalam vagina ketika berhubungan intim dengan laki-laki yang positif HIV, melalui luka kecil atau lecet atau masuknya cairan sperma ke dalam vagina. Perlu diketahui bahwa virus HIV lebih banyak hidup di dalam cairan sperma Dalimoenthe, 2011:41-48. Perempuan memang lebih mudah tertular HIV, menurut Dr. Nafsiah Mboi dalam Hutapea, 1995:50, karena keberadaan selaput lendir dalam vagina yang sangat lembab dan kondisi anatomis kaum perempuan yang memungkinkan masuknya virus HIV ke dalam organ reproduksinya. Struktur panggul perempuan yang berada dalam posisi menampung, serta alat reproduksi perempuan yang sifatnya masuk ke dalam memungkinkan perkembangan berbagai macam infeksi tanpa bisa terdeteksi. Bila perempuan terinfeksi HIV, maka penularan pun berlanjut ke anak- anaknya. Penularan terjadi ketika hamil, saat melahirkanmaupun dari air susu ibu ASI. 2. Faktor ekonomi. Universitas Sumatera Utara Perempuan umumnya sangat tergantung secara ekonomi kepada laki-laki. Ini menyebabkan perempuan tidak memiliki tawar menolak hubungan seksual dengan pasangannya apalagi untuk mengontrol risiko tertular HIV. Seorang istri yang tidak bekerja tentu sulit sekali mengorbankan ketergantungan ekonomi kepada suaminya, sewaktu ia mencurigai suaminya tertular HIV atau IMS. Akan sukar sekali untuk tidak mengatakan mustahil bagi seorang istri yang tidak bekerja untuk menolak melakukan hubungan seksual, ataupun meminta agar suaminya memakai kondom atau meminta suaminya memeriksakan diri ke dokter. Tampaknya di masyarakat kita berlaku standar ganda dimana perempuan yang tidak setia, baik benar-benar tidak setia ataupun baru dalam taraf dicurigai tidak setia, dianggap memiliki perilaku menyimpang. Sementara laki-laki dianggap wajar mempunyai wanita lain, hal ini menyebabkan seorang istri hampir-hampir tidak memiliki daya kontrol terhadap perilaku seksual suaminya di luar rumah. Banyak perempuan miskin, termasuk gadis-gadis yang belum masuk usia puber jatuh ke dunia pelacuran karena ingin memenuhi kebutuhan keluarganya. Tubuh dan daya atrik seksual yang mereka miliki adalah satu-satunya modal yang dapat dimanfaatkan untuk mencari uang. 3. Faktor sosial-kultural. Kerentanan perempuan terhadap HIV juga disebabkan karena banyak perempuan yang pengetahuan dasarnya tentang HIV dan AIDS, cara penularan dan pencegahannya kurang sekali. Padahal tanpa mengetahui cara penularan, mustahil dapat melindungi diri dari risiko tertular HIV dan AIDS. Faktor tabu membicarakan seks, kesehatan reproduksi dan informasi lainnya membuat perempuan juga sulit membicarakan masalah seks dengan pasangannya. Akibat lebih lanjut, perempuan Universitas Sumatera Utara sulit melakukan tindakan cepat untuk mengakses pengobatan bagi penyakit seksual yang dideritanya. Perempuan yang sudah dinyatakan positif HIV atau sebagai Odha masih memiliki hak untuk menikah dan mempunyai anak. Hanya saja, Odha perempuan mengalami kesulitan didalam memutuskan apakah akan hamil atau tidak hamil. Langkah penting untuk memutuskan tersebut adalah berkomunikasi dengan dokter untuk mendapat informasi terkini dan nasehat yang diperlukan. Pencegahan dan penularan dari ibu ke anak yang efektif meliputi beberapa komponen, yaitu: 1. Jika Odha perempuan hamil, maka ia harus menerima perawatan kehamilan dari layanan kesehatan berkualitas tinggi. Kebanyakan dokter kandungan akan menawarkan tes HIV, jika tidak, maka ia harus memintanya. 2. Jika hasil tes ternyata positif, maka yang bersangkutan memerlukan konseling tentang pilihan reproduktif.Dokter biasanya menyarankan bagi Odha perempuan agar tidak melahirkan secara normal, melainkan harus melahirkan secara caesar atau operasi, untuk menghidari resiko penularan dari ibu ke anak. Apabila Odha perempuan ingin melahirkan secara normal, maka Odha tersebut harus memiliki CD4 minimal 500 agar virus yang dimiliki si ibu tidak tertular kepada anaknya. Odha perempuan yang memutuskan untuk mempunyai anak, dokter akan memberikan informasi tentang peraturan perawatan yang dapat mengurangi resiko menularkan virus tersebut dari ibu kepada bayi, yaitu meliputi : 1. Odha perempuan harus menjalani pengobatan antiretroviral oral dalam 28 minggu kehamilan dan melalui pembuluh darah selama melahirkan, dan bayi juga mendapat pengobatan oral segera setelah dilahirkan. Universitas Sumatera Utara 2. Aturan kedua, kombinasi zidovudine AZT dalam 28 minggu kehamilan, diikuti dosis tunggal nevirapine dan zidovudine selama satu minggu untuk si bayi, karena menyusui bisa menularkan HIV kepada bayi, maka Odha perempuan harus mendapat konseling tentang pilihan-pilihan memberikan makanan kepada bayi. Idelnya, Odha perempuan akan memberikan susu formula kepada bayi, untuk menghindari resiko penularan lewat pemberian ASI UNAIDS, 2004: 40-41.

2.3.1.6 Aspek Medik Yang Dihadapi Odha

Odha memerlukan pelayanan kesehatan serupa dengan penderita penyakit yang menahun lain. AIDS adalah penyakit menahun yang ditandai dengan serangan- serangan oportunistik. Penderitanya memerlukan pelayanan kesehatan berkesinambungan, pemantauan yang seksama untuk mencagah infeks, dan pengobatan segera agar infeksi sekunder tidak berlarut-larut dan menyebabkan cacat atau kematian. Seringkali merawat Odha bahkan lebih sulit dari penyakit kronik lain, karena : a. Terbatasnya tenaga yang terdidik dan terlatih b. Penderita memerlukan dukungan emosi yang khusus c. Pemantauan medik untuk mencegah kekambuan sehingga dapat dicegah peraatan di rumah sakit. d. Beberapa tenaga kesehatan sendiri masih cemas dan ketakutan untuk merawat karena belum mendapat penerangan dan pendidikan yang baik Fasilitas kesehatan yang diperlukan antara lain rumah sakit untuk layanan rawat inap, rawat jalan, unit gawat darurat, laboratorium, kamar jenazah dan juga puskesmas. Selain itu Odha yang sedang tidak dirawat di rumah sakit juga Universitas Sumatera Utara memerlukan dukungan medik dari anggota keluarga di rumah, ataupun semacam shelter yang merupakan tempat dukungan masyarakat, di Indonesia ada beberapa masalah medik yang harus dihadapi Odha dan harus ditangani, seperti : 1. Kesiapan rumah sakit 2. Masalah tindakan bedahprosedur invasif 3. Pencegahan infeksi 4. Penatalaksanaan jenazah 5. Masalah keterlambatan diagnosis 6. Masalah kekurangan saran diagnosis dan penunjang lain 7. Masalah perawatan di rumah 8. Masalah pengadaan obatMuma, 1997:238.

2.3.1.7 Ketidakadilan Yang Dialami Odha Perempuan

Bagi perempuan terinfeksi HIV atau biasa disebut Odha perempuan, jauh lebih mendapatkan kekerasan dalam bentuk stigma dan diskriminasi daripada laki- laki yang terinfeksi HIV. Mulai dari saat ketika perempuan tersebut mengetahui hasil status HIV, di saat itu pula kekerasan pun terjadi. Masyarakat langsung memberikan cap bahwa perempuan yang terinfeksi HIV adalah perempuan ‘tidak baik’. Seolah tidak cukup dengan itu, perempuan terinfeksi HIV masih pula harus menerima diskriminasi dari tetangga kiri-kanan, sehingga perjalanan hidup seorang perempuan yang terinfeksi HIV penuh perjuangan keras. Bagi perempuan terinfeksi HIV yang memiliki pasangan, status baru ini juga memiliki beban tersendiri. Banyak rekan yang kemudian diputuskan sepihak hubungannya setelah dia membuka diri jika dia terinfeksi HIV. Bagi perempuan terinfeksi HIV yang belum siap, sepanjang hidupnya dia akan dihantui rasa bersalah Universitas Sumatera Utara karena telah menutup status HIV dari pasangan yang dia cintai. Hal-hal ini disebabkan karena memang informasi dasar mengenai HIV dan AIDS masih sangat terbatas beredar di masyarakat umum. Kebanyakan pesan yang sampai kepada masyarakat tentang HIV adalah penyakit mematikan, hanya diidap oleh orang berdosa atau nakal, mudah menular dan virusnya baru mati jika dibakar. Bagi perempuan yang mendapatkan infeksi HIV dari pasangannya, seumur hidup dia akan selalu dihantui dengan rasa sesal, sedih dan kecewa karena pasangannya yang sudah terlebih dahulu terinfeksi HIV tidak memberi tahukan statusnya sehingga dia bisa melindungi dirinya dari infeksi HIV. Ketika misalnya pasangannya meninggal terlebih dahulu, bertambahlah beban seorang perempuan terinfeksi HIV. Belum ditambah jika pasangan ini sudah memiliki anak. Beban biaya pengobatan yang besar, beban ekonomi keluarga serta tanggung jawab membesarkan anaknya seorang diri menjadi jalan perjuangan keseharian perempuan terinfeksi HIV yang ditinggal mati pasangannya. Belum lagi jika anaknya pun ternyata positif HIV semakin berat perjuangan dan tanggung jawabnya. Perjalanan hidup seorang Odha perempuan yang terinfeksi HIV penuh perjuangan keras. Ketika dia ingin survive dan mempertahankan nyawanya, pemerintah seolah tidak berpihak kepadanya. Mulai dari layanan AIDS yang sangat minim, layanan AIDS yang tidak terjangkau sampai dengan tatapan sinis dan nyinyir dari petugas penyedia layanan kerap kali menjadi menu harian ketika membutuhkan layanan kesehatan. Ketika mengakses ARV, obat yang mampu menjaga kadar HIV dalam darah tetap rendah, perempuan pun masih mendapatkan kekerasan dalam bentuk terbatasnya pilihan ARV yang bisa dikonsumsi. ARV ini harus dikonsumsi dalam bentuk kombinasi beberapa regimen dan tidak semuanya bersahabat bagi perempuan. Universitas Sumatera Utara Untuk terapi di lini pertama, ada beberapa rekan yang tidak cocok dengan salah satu regimen dan harus berpindah ke regimen lain maka ia harus merelakan untuk tidak hamil terlebih dahulu, meskipun sebenarnya sekarang kondisinya aman bagi perempuan terinfeksi HIV untuk melahirkan, sebab regimen penggantinya akan membahayakan perkembangan janin. Bagi perempuan terinfeksi HIV yang melahirkan pun sering ditemui beberapa cerita bahwa setelah proses persalinan mereka mengalami sterilisasi paksa pada rahimnya dikarenakan pihak penyedia layanan kesehatan yang tidak memahami dengan baik panduan pencegahan penularan HIV kepada bayi http:www.odhaberhaksehat.org2011perempuan-odha-kalianlah-potret-wanita- tangguh-indonesiadiakses pada tanggal 19 Juni 2014 pukul 23.30 WIB. Ketidaksetaraan dan ketidakadilan gender menyebabkan adanya relasi yang tidak seimbang antara suami dan istri, sehingga perempuan tidak bisa menolak atau tidak bisa meminta suaminya menggunakan kondom ketika memaksakan melakukan hubungan seksual tidak aman. Perempuan juga tidak bisa menolak hubungan seksual meskipun dia mengetahui suaminya memiliki hubungan dengan sejumlah perempuan lain diluar perkawinannya.

2.3.2.8 Perawatan Odha di Rumah

Orang yang terinfeksi HIV tetap sehat untuk beberapa tahun untuk kemudian memasuki tahap AIDS. Orang dengan HIV dan AIDS Odha biasanya masih bisa bekerja dan bertahan hidup sampai beberapa tahun, walaupun kadang-kadang perlu dirawat di rumah sakit beberapa kali. Sebagian besar waktu Odha memang ada di rumah. Istilah perawatan di rumah memang bisa mempunyai banyak makna, karena Universitas Sumatera Utara sifat infeksi pada HIV adalah kronik maka komposisi sistem pendukung Odha mungkin akan berubah dengan berjalannya waktu. Pasangan hidup, kekasih atau orangtua bisa saja mengalami sakit dan tidak mampu lagi untuk tetap memberikan dukungan fisik dan emosi yang dibutuhkan oleh Odha. Cara lain yang dapat ditempuh adalah dengan cara mencari anggota keluarga lain Muma, 1997:238. Satu hal yang penting adalah asuhan keperawatan di rumah tersebut terutama bersandar pada dukungan keluarga dan masyarakat. perawatan odha di rumah yang dilakukan oleh keluarga, teman dan tetangga bukannya tanpa masalah. Keluarga berfungsi sebagai pendukung bagi anggota keluarganya. Peran keluarga sangat diperlukan untuk membentuk suatu ikatan keluarga yang kuat, sehingga dapat berfungsi efektif dalam mengatasi masalah yang dihadapi, khususnya masalah kesehatan. Memelihara lingkungan keluarga yang mendukung perkembangan keluarga dan anggota keluarga merupakan sebuah tugas yang berat karena begitu banyak gangguan biologis, sosiologis, psikologis dan spiritual yang dapat mempengaruhi keharmonisan keluarga. Keluarga akan menjadi tempat bernaung, untuk mendapat perawatan, untuk mendapat kasih sayang bagi penderita dan anak-anak yang ditinggalkan oleh kedua orangtuanya yang direnggut oleh keganasan AIDS, mungkin saja orangtua akan lebih dahulu kehilangan putra-puterinya karena mereka mempunyai risiko yang lebih besar terinfeksi HIV.Hanya sedikit orang yang pernah dilatih untuk mendampingi dan merawat Odha di rumah. Pendamping Odha di rumah juga banyak yang kuatir tertular HIV sewaktu merawat Odha, karena itu diperlukan informasi, contoh di lapangan dan pelatihan kepada keluarga agar lebih percaya diri di dalam merawat, menolong Odha di rumah dengan penuh kasih sayang. Universitas Sumatera Utara Banyak keluarga di Indonesia sekarang ini yang kesulitan memenuhi kebutuhan dasar untuk makan, pakaian dan tempat tinggal. Tinggal serumah dengan Odha merupakan beban tambahan untuk keluarga dan masyarakat, tidak seperti yang diduga banyak orang, perawatan di rumah ternyata tidak memerlukan pengadaan alat-alat ataupun obat-obatan yang mahal. Air bersih, sabun, obat-obat esensial yang bisanya ada di rumah ditambah dengan anggota keluarga yang peduli, sudah mencukupi. Kesiapan keluarga dan amsyarakat untuk merawat Odha di rumah sangatlah penting sekali Djoerban, 2000:274. Ada beberapa alasan mengapa perawatan di rumah merupakan cara yang terbaik untuk merawat Odha yaitu : a. Asuhan keperawatan dasar yang baik dapat diberikan di rumah b. Pasien dengan sakit apapun yang menjelang meninggal seringkali memilih tinggal di rumahnya, khususnya bila mereka mengetahui bahwa penyakitnya dapat diobati c. Orang sakit lebih nyaman tinggal di rumahnya sendiri dengan keluarga dan teman di sekitarnya d. Perawatan di rumah lebih murah, tidak perlu membayar biaya menginap di rumah sakit dan tidak perlu mengeluarkan ongkos transportasi e. Bila pasien tinggal di rumah, keluarga dapat memenuhi tanggungjawab untuk merawatnya dengan lebih mudah f. Kadang-kadang perawatan di rumah sakit tidak memungkinkan Tujuan untuk perawatan Odha di rumah sama seperti tujuan program perawatan di rumah bagi pasien kanker ataupun pasien-pasien penyakit kronik yang lain, yaitu pertama untuk merawat masalah medis ataupun non-medis yang dihadapi pasien. Kedua, sedapat mungkin mencegah timbulnya amsalah-masalah baru dan Universitas Sumatera Utara ketiga, mengetahui saatnya meminta pertolongan dokter. Penting untuk dipahami bahwa sebelum merawat Odha di rumah adalah keluarga ataupun teman yang menolong Odha tidak akan tertular HIV dan AIDS, risiko tertular tidak ada bila mematuhi beberapa aturan yang amat sederhana dan mampu terlaksana. Aturan tersebut adalah sebagai berikut : 1 Cuci tangan dengan sabun setelah mengganti baju Odha dan merapikan tempat tidur 2 Plester, tutuplah luka.Tindakan ini dapat membantu maupun Odha sendiri perlu menutup luka yang terbuka di tanagn ataupun di tempat lain yang mudah bersentuhan dengan orang ataupun baju dan tempat tidur. 3 Selalu menjaga agar baju yang dipakai Odha dan tempat tidur, tetap bersih. Tindakan ini akan membuat Odha merasa nyaman dan terhindar dari masalah yang mengganggu kulitnya. 4 Mencuci baju ataupun sprei terkena darah, feses ataupun kencing pasien ada beberapa tips yaitu : pisahkan dari cucian yang lain, pegang tempat yang bersih, bersihkan kotoran yang menempel dengan air, kerjakan dengan hati- hati, khususnya bila terkena banyak darah, misalnya sewaktu melahirkan dan cuci dengan sabun, gantung sampai kering. Kemudian dilipat atau disetrika seperti kain yang lain Djoerban, 2000:276.

2.3.1.9 Layanan ARV untuk Odha

ARV adalah singkatan dari Anti Retroviral, sebuah pengobatan yang dapat menghentikan reproduksi HIV didalam tubuh Yayasan Spiritia, 2004: 35. Bila pengobatan tersebut bekerja secara efektif, maka kerusakan kekebalan tubuh dapat ditunda bertahun-tahun dan dalam rentang waktu yang cukup lama sehingga orang Universitas Sumatera Utara yang terinfeksi HIV dapat mencegah AIDS. Penemuan obat antiretroviral pada tahun 1996 mendorong suatu revolusi dalam perawatan bagi orang terinfeksi HIV di negara maju. Peningkatan jumlah orang yang terinfeksi HIV terjadi secara drastis sejak dilaporkan pertama kali pada tahun 1987. Semakin meningkatnya jumlah kasus infeksi HIV tersebut, ARV memiliki peran penting dalam menciptakan masyarakat sehat melalui strategi penanggulangan AIDS yang memadukan upaya pencegahan dengan upaya perawatan, dukungan serta pengobatan. Sesuai dengan Rencana Aksi penanggulangan AIDS Nasional akan pentingnya penyediaan dan distribusi ARV secara baik dan berkesinambungan di Indonesia, Pemerintah Republik Indonesia merealisasikan keseriusan penyediaan dan distribusi ARV melalui Keputusan Presiden No. 83 Tahun 2004 mengenai paten ARV agar Indonesia dapat memproduksi 2 jenis ARV didalam negeri. KEPPRES tersebut diperbaharui dengan KEPPRES No.6 Tahun 2007 dengan 3 jenis obat yang menjelaskan 3 jenis obat untuk diproduksi didalam negeri. Pada tahun 2004, Kementrian Kesehatan mengeluarkan sebuah pedoman Nasional mengenai terapi ARV. Pada tahun 2007 buku pedoman tersebut disempurnakan dengan versi kedua memuat rekomendasi tentang terapi dan pemantauan terapi ARV sebagai satu komponen paket perawatan serta menyediakan petunjuk sederhana dengan standar baku tatalaksana klinis ODHA dan penggunaan antiretroviral sebagai bagian dari perawatan HIV yang komprehensif dengan standar jumlah CD4 dibawah 350 sebagai prasyarat minimum untuk memulai terapi ARV. ARV belum mampu menyembuhkan penyakit secara total namun secara dramatis ARV mampu menurunkan angka kematian dan kesakitan yang berdampak peningkatan kualitas hidup orang terinfeksi HIV sekaligus meningkatkan harapan masyarakat untuk hidup lebih sehat. Sehingga pada saat ini HIV dan AIDS telah Universitas Sumatera Utara diterima sebagai penyakit yang dapat dikendalikan seperti diabetes, asma atau darah tinggi dan tidak lagi dianggap sebagai penyakit yang pembunuh yang menakutkan. Layanan HIV dan AIDS dalam seksi ini menjabarkan realisasi komitmen Negara dalam menjalankan kewajibannya melayani setiap warga negara dan penduduk untuk memenuhi hak dan kebutuhan dasarnya dalam kerangka pelayanan publik yang merupakan amanat Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Diperlukan banyak cara tidak saja untuk membangun kepercayaan masyarakat atas layanan publik yang dilakukan seiring dengan harapan dan tuntutan seluruh warga negara dan penduduk. Layanan HIV dan AIDS harus menjadi layanan publik, dimana upaya penanggulangan AIDS harus dapat diakses oleh seluruh masyarakat Indonesia. Pengaturan yang jelas terkait dengan konteks layanan publik dijaminkan oleh UU No 25 Tahun 2009.Sebagai upaya untuk meningkatkan kualitas dan menjamin informasi pelayanan publik sesuai dengan asas-asas umum pemerintahan dan korporasi yang baik JOTHI berusaha membangun pintu komunikasi terkait layanan HIV dan AIDS di Indonesia.Bagian layanan juga membahas inisiatif masyarakat dalam merespon permasalahan HIV dan AIDS yang timbul dengan berbagai pendekatan program. Berbagai organisasi masyarakat sipil telah membangun upaya untuk menanggulangi AIDS di berbagai daerah. Seksi ini akan menjabarkan kegiatan-kegiatan lapangan beserta capaian yang ada. \

2.4 Dampingan

Dokumen yang terkait

Pengaruh Dukungan Keluarga Terhadap Keberfungsian Sosial Orang Dengan HIV/AIDS (ODHA) di Rumah Singgah Caritas PSE Medan

13 122 157

Tinjauan Kehidupan Sosial Ekonomi Perempuan Pekerja Seks (PPS) Dampingan Perempuan Peduli Pedila Medan (P3M)

1 78 92

Perilaku Orang Dengan HIV AIDS (ODHA), Stigma dan Diskriminasi Di Rumah Singgah Moderamen GBKP Kecamatan Berastagi Kabupaten Karo Tahun 2014

4 47 154

Efektivitas Dukungan Sosial Bagi Odha (Orang Dengan Hiv/Aids) Di Kelompok Dukungan Sebaya Kuldesak Kota Depok

2 15 141

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Pengaruh - Pengaruh Dukungan Keluarga Terhadap Keberfungsian Sosial Orang Dengan HIV/AIDS (ODHA) di Rumah Singgah Caritas PSE Medan

1 13 49

Pengaruh Dukungan Keluarga Terhadap Keberfungsian Sosial Orang Dengan HIV/AIDS (ODHA) di Rumah Singgah Caritas PSE Medan

1 2 18

Respon Keluarga Terhadap Keluarga Orang Dengan HIV dan AIDS (ODHA) Perempuan Dampingan Rumah Singgah Caritas Pengembangan Sosial Ekonomi Medan

0 0 15

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Respon 2.1.1. Pengertian Respon - Respon Keluarga Terhadap Keluarga Orang Dengan HIV dan AIDS (ODHA) Perempuan Dampingan Rumah Singgah Caritas Pengembangan Sosial Ekonomi Medan

0 0 46

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah - Respon Keluarga Terhadap Keluarga Orang Dengan HIV dan AIDS (ODHA) Perempuan Dampingan Rumah Singgah Caritas Pengembangan Sosial Ekonomi Medan

0 0 11

RESPON KELUARGA TERHADAP ORANG DENGAN HIV- AIDS (ODHA) PEREMPUAN DAMPINGAN RUMAH SINGGAH CARITAS PENGEMBANGAN SOSIAL EKONOMI MEDAN

0 0 8