142
Konferensi Int ernasional Kesusast raan XXII UNY-HISKI, 2012
Menengah Atas SMA bermaksud menyampaikan isi hatinya, khususnya rasa cinta kepada seseorang yang dicintainya. Pada tulisannya, Berthold Damshauser 2012:31
mengatakan bahwa bagi tiap manusia kata cinta dan segala padanannya dalam bahasa lain berkonotasi positif belaka. Tak jarang kepositifan itu seiring dengan etimologi kata
itu, Dalam bahasa Jerman, misalnya, makna asal dari kata Liebe cinta adalah “sesuatu yang baik”, “sesuatu yang berharga”. Pandangan positif terhadap cinta demikian
mendasar sehingga pengalaman paling pahit berkaitan dengan cinta sama sekali tidak mengganggu. Pada hari ini, rasanya dapat dinafikan bahwa siswa pada masa usia SMA,
sedang “dekat-dekatnya” dengan urusan cinta. Cinta demikian bersifat khas: ia timbul atau melanda, dan kerap tidak bisa dihentikan walaupun tidak dibalas.
2.2 Katakan “Cinta” dengan Kata- kata pada Status Facebook- mu
Berkaitan dengan pemaparan sebelumnya, pada bagian ini akan diuraikan sebuah teknik pembelajaran yang dapat dilaksanakan di kelas pada masa kini. Kegiatan yang
bertujuan akhir untuk mengapresiasi karya puisi ini, menggunakan teknologi informasi dan komunikasi dalam pelaksanaannya. Teknik ini akan memanfaatkan dunia yang sangat
dekat dan akrab dengan para remaja. Karena pada hakikatnya, pembelajaran andragogi yang baik adalah ketika pendidik mau masuk ke dunia siswa, bukan sebaliknya yaitu para
siswa “dipaksa” masuk ke dalam dunia gurunya. Nama tekniknya adalah Katakan “Cinta” dengan kata-kata pada status Facebook-mu.
Facebook adalah sebuah layanan jejaring sosial dan situs web yang diluncurkan pada bulan Februari 2004 yang dimiliki dan dioperasikan oleh Facebook, Inc. Halaman
utama Facebook menampilkan formulir log masuk di kanan atas untuk pengguna terdaftar, dan formulir pendaftaran di bawahnya untuk pengunjung baru. Pengguna dapat
membuat profil dilengkapi foto, daftar ketertarikan pribadi, informasi kontak, dan informasi pribadi lain. Pengguna dapat berkomunikasi dengan teman dan pengguna lain
melalui pesan pribadi atau umum dan fitur obrolan. Dengan menggunakan alamat e-mail atau nama pengguna dan memasukkan password, pemilik akun facebook dapat masuk ke
dalam akun pribadinya. Di halaman beranda, ada kotak yang bertuliskan “Apa yang Anda pikirkan”? Selanjutnya pemilik akun dapat menulis apapun pada bagian tersebut.
Kegiatan itu sering dikenal dengan istilah “up-date status”. Pada masa ini, hampir semua siswa SMA telah memiliki akun facebook. Guru dapat
memanfaatkan jejaring sosial yang umumnya telah dimiliki oleh para siswa ini untuk pembelajaran menulis puisi dengan langkah-langkah sebagai berikut.
1. Guru menjelaskan manfaat karya sastra khususnya puisi untuk memperluas
wawasan, memperhalus budi pekerti, serta meningkatkan pengetahuan dan kemampuan berbahasa.
2. Siswa menulis puisi bertema ‘cinta’ dengan memperhatikan diksi, bait, irama, dan
rima. 3.
Siswa dan guru melalui facebook memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi dalam berkomunikasi.
4. Siswa menulis status dengan puisi pada akun facebook masing-masing.
5. Siswa saling menandai teman-temannya. Boleh teman sekelas atau teman di luar
kelas. 6.
Siswa dan guru memberikan komentar pada tautan yang ditandai.
143
Konferensi Int ernasional Kesusast raan XXII UNY-HISKI, 2012
I I I . Simpulan
Teknik pembelajaran Katakan “Cinta” dengan kata-kata pada status Facebook-mu dapat melatih siswa dalam keterampilan menulis karena sesuai dengan hal yang tertera di
dalam Standar Kompetensi SK dan Kompetensi Dasar KD pada Standar I si Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan KTSP, yaitu SK nomor 8. Mengungkapkan pikiran dan
perasaan melalui kegiatan menulis puisi, dan KD 8.2 Menulis puisi baru dengan memperhatikan bait, irama, dan rima. Selain itu, pembiasaan menuliskan “Apa yang
Anda pikirkan” pada jejaring sosial facebook dengan pilihan kata atau diksi yang apik dan terpilih, diharapkan dapat mengasah ketajaman mata hati, ketajaman pendengaran, dan
ketajaman nurani, sehingga puisi dapat mempertemukan antara hati penulis dengan hati pembacanya.
DAFTAR PUSTAKA
Damshauser, Berthold. 2012. “Tentang Cinta” Jurnal Sajak Edisi 03 tahun I I . Depok: PT Jurnal Sajak I ndonesia.
Keraf, Gorys. 1984. Diksi dan Gaya Bahasa. Jakarta: Gramedia. Situmorang, B. P. 1983. Puisi dan Metodologi Pengajarannya. Ende: Nusa I ndah.
Standar I si Kurikulum Satuan Pendidikan, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. http: id.wikipedia.org wiki Facebook.
144
Konferensi Int ernasional Kesusast raan XXII UNY-HISKI, 2012
MENANAMKAN PENDI DI KAN KARAKTER KEPADA SI SWA MELALUI SASTRA
Ninaw ati Syahrul, M.Pd.
Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa
nsyahrulymail.com
Abstrak
Arus modernisasi telah banyak memberikan perubahan dalam kehidupan masyarakat. Perubahan yang terjadi justru cenderung mengarah pada krisis moral dan krisis keteladanan. Untuk
mengatasi hal itu, muncul pemikiran untuk memperkuat pendidikan karakter yang dapat dilakukan melalui sastra. Salah satu peran sastra sebagai character building artinya, sastra diyakini mempunyai
andil dalam usaha pembentukan dan pengembangan kepribadian siswa dengan cara yang menyenangkan. Maka, sastra boleh dikatakan mampu menunjang pembentukan karakter siswa yang
masih dalam tahap perkembangan melalui teladan kehidupan. Krisis moral dapat diatasi dengan pembinaan watak. Dalam lingkup sekolah pembinaan watak dapat diterapkan melalui pengajaran
sastra yang berdimensi moral. Sejatinya, pengajaran sastra mampu dijadikan sebagai pintu masuk dalam penanaman nilai moral. Dalam teori pendidikan dikatakan, terbentuknya karakter seorang
siswa sangat dipengaruhi oleh kebiasaan yang dilihat, didengar, dan dirasakannya. Dengan membiasakan siswa membaca karya sastra diharapkan sejumlah nilai moral dapat dipahami serta
dipraktikkan di rumah maupun masyarakat. Sastra dinilai dapat membentuk karakter dengan efektif karena nilai moral yang terdapat dalam karya sastra tidak disampaikan secara langsung tetapi
melalui cerita dan metafora sehingga peran pendidikan berlangsung menyenangkan dan tidak menggurui. Nilai yang terkandung dalam karya sastra diresepsi oleh siswa dan secara tidak sengaja
merekonstruksi sikap dan kepribadiannya. Dalam dunia pendidikan, cerita adalah sebuah kekuatan atau daya yang paling ampuh. Sebuah pesan cerita dalam bentuk persepsi, nilai, dan sikap dapat
ditansmisi dari satu generasi ke generasi berikutnya. Oleh karena itu, cerita yang dianggap baik dihidupkan sampai sekarang yang umumnya berasal dari cerita rakyat. Terkadang pesan tersebut
diyakini sebagai sebuah kebenaran. Penelitian ini bertujuan mendeskripsikan menanamkan karakter siswa melalui sastra. Penelitian ini bersifat deskriptif. Objek penelitian ini adalah wayang binatang
sebuah jenis seni wayang yang menampilkan cerita binatang, biasanya cerita diangkat dari cerita masa lalu. Untuk melihat gambaran pembinaan karakter siswa melalui sastra dalam penelitian ini
menggunakan metode bercerita yang dikaitkan dengan teori perilaku. Pembinaan karakter siswa melalui sastra menunjukkan ternyata semua cerita yang terdengar sejak kecil, sebenarnya
merupakan cerita pembentukan karakter siswa. Nilai yang terkandung dalam cerita tersebut mampu memengaruhi alam bawah sadar siswa dan terus terbawa sampai mereka dewasa. Kita berharap
pengajaran apresiasi sastra, baik di sekolah maupun di masyarakat dapat berperan dalam pembentukan karakter bangsa.
Kata Kunci:
pendidikan karakter, sastra, moral.
1. Pendahuluan
1.1 Latar Belakang