Simpulan Nilai- nilai Pendidikan Karakter

137 Konferensi Int ernasional Kesusast raan XXII UNY-HISKI, 2012 nilai dermawan terdapat pada tokoh Abi Delisa yang selalu memperhatikan dan memberi hadiah pada Tiur, anak tetangganya yang yatim tersebut.

g. Nilai Pendidikan Moral: Taat

Taat berarti patuh. Nilai taat ditemukan dalam novel Hafalan Shalat Delisa. Nilai taat tercermin pada keluarga Ummi Salamah dan anak-anaknya, yakni Fatimah, Zahra, Aisyah dan Delisa taat beribadah. Perhatikan kutipan di bawah ini. Mereka shubuh itu kembali berjamaah... Yang tidak rutin, shubuh itu, sehabis shalat ketika Ummi memimpin mereka berdzikir. Delisa tiba-tiba maju ke depan. Merangkak dengan mukena masih membungkus tubuhnya. Hafalan Shalat Delisa: 52 Dari kutipan di atas terlihat keluarga Ummi Salamah dengan keempat anaknya, yaitu: Fatimah, Zahra, Aisyah dan Delisa sangat taat kepada Allah dengan rutin shalat berjamaah. Bahkan, setelah shalat berjamaah mereka tekun bedzikir yang dipimpin oleh ibunya, Ummi Salamah.

3. Simpulan

Novel Hafalan Shalat Delisa karya Tere Liye sebagai karya sastra berfungsi bukan hanya memberikan hiburan atau keindahan saja terhadap pembacannya, melainkan novel tersebut dapat memberikan sesuatu yang dibutuhkan manusia pada umumnya, yakni berupa nilai-nilai pendidikan moral. Nilai-nilai pendidikan moral Hafalan Shalat Delisa karya Tere Liye antara lain: jujur, tanggung jawab, sabar, setia kawan, tolong menolong, dermawan dan taat. DAFTAR PUSTAKA Aminuddin. 2010. Pengantar Apresiasi Karya Sastra. Bandung: Sinar Baru Algensindo. Kosasih, E. 2012. Dasar-dasar Keterampilan Bersastra. Bandung: Yrama Widya. Liye, Tere. 2011. Hafalan Shalat Delisa. Jakarta: Republika. Nurgiyantoro, Burhan. 2009. Teori Pengkajian Fiksi. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. Rusyana, Yus. 1982. Metode Pembelajaran Sastra I ndonesia. Yogyakarta: Kanisius. Semi, M. Attar. 1993. Metode Penelitian Sastra. Bandung: Angkasa. Suharianto, S. 1982. Menuju Manusia Berbudaya. Semarang: Panca Usaha. Tim Penyusun Kamus. 1994. Kamus Besar Bahasa I ndonesia. Jakarta: Balai Pustaka. 138 Konferensi Int ernasional Kesusast raan XXII UNY-HISKI, 2012 KATAKAN “CI NTA” DENGAN KATA-KATA PADA STATUS FACEBOOK-MU Susri I narti SMA Negeri 1 Cisarua Kabupaten Bandung Barat Program Studi Pendidikan Bahasa I ndonesia Sekolah Pascasarjana UPI Bandung susriinartiyahoo.co.id Abstrak Puisi adalah salah satu genre sastra. Genre sastra lainnya adalah prosa fiksi dan drama. Kajian, Apresiasi, dan kritik puisi memiliki hubungan yang sangat erat karena ketiganya merupakan tanggapan terhadap puisi. Pada kesempatan ini, penulis akan memaparkan mengenai kegiatan apresiasi puisi, mengingat salah satu tujuan pembelajaran Mata Pelajaran Bahasa I ndonesia khususnya sastra pada Standar Isi di dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan KTSP adalah menghargai dan membanggakan sastra I ndonesia sebagai khazanah budaya dan intelektual manusia I ndonesia. Apresiasi adalah kegiatan menggauli karya puisi secara sungguh-sungguh sehingga tumbuh pengertian, penghargaan, kepekaan pikiran kritis, dan kepekaan perasaan yang baik terhadap puisi Effendi, 2002. Kata menggauli atau mengakrabi biasanya berkaitan dengan hubungan sosial, misalnya kita berusaha mempererat hubungan dengan teman atau tetangga baru. Oleh sebab itu, apresiasi puisi pun seyogianyalah apabila dipahami sebagai usaha mempererat hubungan antara kita sebagai pembaca puisi dan karya puisi itu sendiri sehingga terjalin hubungan yang bersifat emosional, imajinatif, dan intelektual. Hubungan sosial kita dengan teman atau tetangga dapat berada pada posisi sangat akrab, dapat juga sebaliknya. Begitu pula dalam apresiasi puisi. Jadi, apresiasi itu keadaannya bertingkat- tingkat dari yang terendah hingga yang tertinggi. Apresiasi tingkat pertama terjadi apabila kita mengalami pengalaman yang tertuang di dalam karya puisi. Kita terlibat secara imajinatif, emosional, dan intelektual dengan karya puisi. Apresiasi tingkat kedua terjadi apabila daya intelektual kita bekerja lebih giat, misalnya dengan mencermati karya puisi sebagai sebuah bangunan utuh yang di dalamnya terdiri atas paduan unsur-unsur. Apabila kita menyadari pula bahwa ada kaitan antara karya puisi dengan aspek-aspek di luarnya, misalnya dengan mengaitkannya pada aspek kehidupan, maka kita telah sampai pada tingkat tertinggi Rusyana, 1980. Berdasarkan penjelasan mengenai apresiasi, kita dapat menyimpulkan bahwa kajian dan kritik puisi merupakan kegiatan apresiasi juga, namun bertitik berat pada daya intelektual. Apabila kita dapat mengkaji dan mengkritik sastra, maka hal itu menunjukkan bahwa kita telah memiliki kompetensi puisi khususnya kemampuan kognitif. Apabila setelah mengkaji dan mengkritik puisi itu terjadi perubahan sikap dalam diri kita, misalnya kita menjadi orang yang peka terhadap perasaan orang lain, maka kita telah sampai pada kompetensi afektif puisi. Dengan demikian, titik berat dari apresiasi terletak pada pengembangan sikap dan nilai kita terhadap karya puisi. Berkaitan dengan pemaparan sebelumnya, pada pembicaraan berikutnya penulis akan menguraikan sebuah teknik pembelajaran yang dapat dilaksanakan di kelas pada masa kini. Kegiatan yang bertujuan akhir untuk mengapresiasi karya puisi ini, menggunakan teknologi informasi dan komunikasi dalam pelaksanaannya. Metode ini akan memanfaatkan dunia yang sangat dekat dan akrab dengan para remaja. Karena pada hakikatnya, pembelajaran andragogi yang baik adalah ketika pendidik mau masuk ke dunia siswa, bukan sebaliknya yaitu para siswa “dipaksa” masuk ke dalam dunia gurunya. Nama tekniknya adalah Katakan “Cinta” dengan kata-kata pada status Facebook-mu. Semoga bermanfaat. Kata kunci: apresiasi, puisi, teknologi informasi dan komunikasi, facebook 139 Konferensi Int ernasional Kesusast raan XXII UNY-HISKI, 2012 1. Pendahuluan 1.1 Puisi pada Sastra