152
Konferensi Int ernasional Kesusast raan XXII UNY-HISKI, 2012
menyukai sastra, lebih dapat bersosialisasi, peka terhadap lingkungan, mempunyai solidaritas yang tinggi terhadap teman, percaya diri, dan menyintai persahabatan
Dengan demikian fungsi sastra anak tentu saja untuk memberikan pendidikan kepada anak melalui media sastra. Dengan media sastra, siswa akan lebih mudah untuk
menyerap ajaran tentang moral, etika, sosial, dan lain-lain. Hal yang tidak boleh dilewatkan terkadang anak suka cerita yang bersifat heroik. Jadi, sastra memiliki peranan
yang penting dalam perkembangan moral, sosial, dan psikologi anak-anak. Beberapa di antaranya adalah menanamkan, menumbuhkan, dan mengembangkan kepekaan
terhadap norma-norma manusia.
2.4 Pembinaan Karakter Siswa Sejak Usia Dini melalui Sastra
Menurut Huck 1987 cerita fiksi membantu siswa untuk mengembangkan daya fantasi. Melalui fiksi fantasi yang mengembangkan imajinasi, siswa dapat
mengembangkan potensi dirinya. Orang yang tidak memiliki imajinasi, ibarat orang hidup, tetapi hanya setengah hidup. Orang hidup membutuhkan visi dan imajinasi akan
memberikan visi yang diperlukan. Dalam konteks tersebut, karya sastra anak yang baik ialah yang dapat mengajak anak sebagai pembacanya ke penziarahan fantasi. Karya
sastra anak fantasi, berkesempatan untuk mendorong anak memasuki wilayah imajinatif yang ukurannya tidak terukur akal pikiran sederhana.
Pada zaman serba moderen seperti sekarang, kegiatan mendongeng di mata anak-anak tidak popular lagi. Padahal, di kalangan anak-anak, kegiatan mendongeng
merupakan sesuatu yang sangat disukai. Membaca cerita atau dongeng pada anak adalah salah satu cara berkomunikasi dengan anak. Melalui cerita, guru dapat menyampaikan
pesan-pesan moral baik secara umum maupun yang ingin guru selipkan. Anak-anak yang sering dibacakan dongeng biasanya tumbuh menjadi anak yang lebih pandai, lebih
tenang, lebih terbuka, dan lebih seimbang jika dibandingkan dengan anak-anak yang tidak.
Para pakar menyatakan ada beberapa manfaat lain yang dapat digali dari kegiatan mendongeng ini. Cerita atau dongeng merupakan media yang efektif untuk menanamkan
berbagai nilai dan etika kepada anak, bahkan untuk menumbuhkan rasa empati. Misalnya, nilai kejujuran, rendah hati, kesetiakawanan, kerja keras, maupun tentang berbagai
kebiasaan sehari-hari. Anak diharapkan dapat lebih mudah menyerap berbagai nilai dengan tidak memerintah atau menggurui. Sebaliknya para tokoh cerita dalam dongeng
tersebutlah yang diharapkan menjadi contoh atau teladan bagi anak. Hubungan kegiatan mendongeng dengan pembentukan kepribadian anak terjadi
saat anak mulai dapat mengindentifikasi tokoh. Semua cerita yang terdengar sejak kecil, sebenarnya merupakan cerita pembentukan karakter anak. Penanaman karakter melalu
dongeng memang dianggap yang paling efektif sebab dongeng begitu dekat dengan kehidupan sehari-hari. Apalagi dengan sikap dan sifat anak-anak yang serba ingin tahu
maka penceritaan yang menarik menjadikan anak-anak terus mencari tahu setiap hal yang terjadi dalam dongeng tersebut.
Memerhatikan kondisi bangsa yang terjadi saat ini, seharusnya perlu disadari pentingnya dongeng tradisional yang selama ini telah ditinggalkan. Hal yang paling
penting yang harus diperhatikan adalah karakter anak bangsa yang nanti menjadi para pemimpin bangsa ini. Misalnya, dongeng-dongeng semacam “Wayang Kancil” seharusnya
153
Konferensi Int ernasional Kesusast raan XXII UNY-HISKI, 2012
dijaga dan dilestarikan sehingga pembentukan karakter siswa tetap berjalan sebagai tanggung jawab terhadap penciptaan kondisi kehidupan yang lebih baik.
2.5 Upaya- Upaya Membangun Karakter Anak I ndonesia melalui Bacaan