Latar Belakang Pendahuluan 1 Puisi pada Sastra

144 Konferensi Int ernasional Kesusast raan XXII UNY-HISKI, 2012 MENANAMKAN PENDI DI KAN KARAKTER KEPADA SI SWA MELALUI SASTRA Ninaw ati Syahrul, M.Pd. Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa nsyahrulymail.com Abstrak Arus modernisasi telah banyak memberikan perubahan dalam kehidupan masyarakat. Perubahan yang terjadi justru cenderung mengarah pada krisis moral dan krisis keteladanan. Untuk mengatasi hal itu, muncul pemikiran untuk memperkuat pendidikan karakter yang dapat dilakukan melalui sastra. Salah satu peran sastra sebagai character building artinya, sastra diyakini mempunyai andil dalam usaha pembentukan dan pengembangan kepribadian siswa dengan cara yang menyenangkan. Maka, sastra boleh dikatakan mampu menunjang pembentukan karakter siswa yang masih dalam tahap perkembangan melalui teladan kehidupan. Krisis moral dapat diatasi dengan pembinaan watak. Dalam lingkup sekolah pembinaan watak dapat diterapkan melalui pengajaran sastra yang berdimensi moral. Sejatinya, pengajaran sastra mampu dijadikan sebagai pintu masuk dalam penanaman nilai moral. Dalam teori pendidikan dikatakan, terbentuknya karakter seorang siswa sangat dipengaruhi oleh kebiasaan yang dilihat, didengar, dan dirasakannya. Dengan membiasakan siswa membaca karya sastra diharapkan sejumlah nilai moral dapat dipahami serta dipraktikkan di rumah maupun masyarakat. Sastra dinilai dapat membentuk karakter dengan efektif karena nilai moral yang terdapat dalam karya sastra tidak disampaikan secara langsung tetapi melalui cerita dan metafora sehingga peran pendidikan berlangsung menyenangkan dan tidak menggurui. Nilai yang terkandung dalam karya sastra diresepsi oleh siswa dan secara tidak sengaja merekonstruksi sikap dan kepribadiannya. Dalam dunia pendidikan, cerita adalah sebuah kekuatan atau daya yang paling ampuh. Sebuah pesan cerita dalam bentuk persepsi, nilai, dan sikap dapat ditansmisi dari satu generasi ke generasi berikutnya. Oleh karena itu, cerita yang dianggap baik dihidupkan sampai sekarang yang umumnya berasal dari cerita rakyat. Terkadang pesan tersebut diyakini sebagai sebuah kebenaran. Penelitian ini bertujuan mendeskripsikan menanamkan karakter siswa melalui sastra. Penelitian ini bersifat deskriptif. Objek penelitian ini adalah wayang binatang sebuah jenis seni wayang yang menampilkan cerita binatang, biasanya cerita diangkat dari cerita masa lalu. Untuk melihat gambaran pembinaan karakter siswa melalui sastra dalam penelitian ini menggunakan metode bercerita yang dikaitkan dengan teori perilaku. Pembinaan karakter siswa melalui sastra menunjukkan ternyata semua cerita yang terdengar sejak kecil, sebenarnya merupakan cerita pembentukan karakter siswa. Nilai yang terkandung dalam cerita tersebut mampu memengaruhi alam bawah sadar siswa dan terus terbawa sampai mereka dewasa. Kita berharap pengajaran apresiasi sastra, baik di sekolah maupun di masyarakat dapat berperan dalam pembentukan karakter bangsa. Kata Kunci: pendidikan karakter, sastra, moral.

1. Pendahuluan

1.1 Latar Belakang

Kondisi bangsa kita saat ini sangat memprihatinkan. Hal itu dapat diketahui dari berbagai media yang memberitakan tentang krisis moral. Arus modernisasi telah banyak memberikan perubahan dalam kehidupan masyarakat. Yang menyedihkan, perubahan yang terjadi justru cenderung mengarah pada krisis moral dan akhlak. Persoalan lain yang sedang dihadapi umat manusia adalah persoalan krisis keteladanan. Manusia dengan fitrahnya sering melakukan sesuatu sama seperti apa yang dilakukan teladannya. Maka, sastra boleh dikatakan mampu menunjang pembentukan karakter siswa yang masih 145 Konferensi Int ernasional Kesusast raan XXII UNY-HISKI, 2012 dalam tahap perkembangan melalui teladan kehidupan. Akan tetapi, dalam penanaman pendidikan karakter yang utama adalah keteladanan. Orang tua memberikan contoh perilaku yang positif kepada anak-anaknya, guru memberi contoh kepada siswanya. Sementara itu, para pemimpin memberikan teladan karakter yang baik kepada masyarakat. Krisis moral dapat diatasi dengan pembinaan watak. Dalam lingkup sekolah, misalnya pembinaan watak dapat diterapkan melalui pengajaran sastra. Artinya, pengajaran sastra yang berdimensi moral. Sejatinya, pengajaran sastra mampu dijadikan sebagai penanaman nilai-nilai moral. Apabila karya sastra itu dibaca, dipahami isi, dan maknanya, serta ditanamkan pada diri siswa, tentu mereka semakin menjunjung nilai moral. Mengapa pendidikan moral begitu penting? Karena ketika siswa telah memiliki moral yang baik, kepribadian yang menyenangkan, tutur kata yang lembut, dan kepedulian yang tinggi terhadap sesama, dia akan terhindar dari perbuatan merugikan, baik merugikan diri sendiri, keluarga, masyarakat, maupun agama. Ketika nanti dia diamanahi suatu pekerjaan sikap jujur akan tertanam dalam dirinya. Pengajaran sastra memiliki peran bagi meningkatkan kecerdasan siswa dalam semua aspek, termasuk moral. Siswa tidak hanya terlatih untuk membaca saja tetapi juga mampu mencari makna dan nilai dalam sebuah karya sastra. Dengan membaca karya sastra, diharapkan sejumlah nilai moral dapat dipahami, serta dipraktikkan siswa, baik di sekolah, rumah, maupun masyarakat. Tulisan ini yang membahas tentang menanamkan pendidikan karakter kepada siswa melalui sastra.

1.2 Teori Perilaku Pritchard dan Pendidikan Karakter