Diksi pada Puisi Pendahuluan 1 Puisi pada Sastra

140 Konferensi Int ernasional Kesusast raan XXII UNY-HISKI, 2012

1.2 Diksi pada Puisi

Puisi merupakan bagian dari ragam sastra, sebuah wadah yang sering digunakan untuk menuangkan berbagai imajinasi, kreasi, aspirasi, ekspresi, dan isi hati. Mengenai hal ini, Pradopo 2009:v menjelaskan puisi sebagai salah satu ragam sastra merupakan pernyataan yang paling inti. Segala unsur seni kesastraan mengental dalam puisi. Oleh karena itu, puisi dari dahulu hingga sekarang merupakan pernyataan seni sastra yang paling baku. Salah satu kekuatan puisi terletak pada diksi. Penulis puisi seringkali menyiratkan maksud puisi di balik diksi yang dipilihnya. Selain itu, puisi dapat pula dianalogikan sebagai sebuah batu asahan yang bisa mempertajam nurani manusia agar semakin peka dalam membaca berbagai konteks kehidupan di alam semesta milik-Nya ini. I .A. Richard Situmorang, 1983:12 seorang kritikus sastra yang sangat terkenal terutama di bidang puisi membedakan dua hal penting yang membangun puisi itu yakni Pertama hakikat puisi the nature of poetry dan yang kedua adalah metode puisi the method of poetry. Hakikat puisi terdiri atas empat hal yang merupakan catur tunggal yaitu sebagai berikut. 1. Sense atau arti, 2. Feeling atau rasa, 3. Tone atau nada, dan 4. I ntention atau tujuan. Sedangkan metode puisi terdiri dari lima hal yang merupakan panca tunggal yaitu sebagai berikut. 1. Diction atau diksi, 2. Imagery atau daya bayang, 3. The concrete word atau kata-kata konkrit, 4. Figurative language atau gaya bahasa, dan 5. Rhytm and rime atau irama dan rima. Sesuai dengan judul makalah yang disampaikan, pada tulisan ini penulis membatasi pembahasan pada metode puisi yang pertama yaitu diction atau diksi. Diksi bagi puisi ibarat material bagi bangunan. Untuk membuat sebuah bangunan yang indah dan megah, tentu diperlukan bahan-bahan bangunan yang baik. Untuk membuat bangunan yang optimal, pemilihan material oleh arsitek atau tukang tentu tidak boleh abal-abal. Demikian pula puisi, untuk menciptakan sebuah puisi yang indah dan berfaedah tentu penyairnya harus memilih bahan, menjalin bahan, mengharmoniskan bahan, dan memberi isi terhadap bahan-bahan tersebut. Bahan-bahan yang dimaksud dalam hal penciptaan sebuah puisi adalah kata-kata. Dalam hal ini, penyair harus memperhatikan pilihan kata atau diksi yang afektif dan selektif. Situmorang 1983: 19 menjelaskan yang dimaksud dengan diksi adalah pilihan kata yang biasanya diusahakan oleh penyair dengan secermat dan seteliti mungkin. Di sinilah sering terjadi pergumulan penyair, bagaimana ia memilih kata yang benar-benar mengandung arti sesuai dengan maksud puisinya, baik dalam arti denotatif maupun dalam arti konotatif. 2. Katakan “Cinta” dengan Kata- kata pada Status Facebook- mu 2.1 Katakan Cinta dengan Kata- kata Sebagai karya kreatif, karya sastra yang mengangkat masalah kemanusiaan yang bersandarkan kebenaran dan kebaikan akan menggugah nurani dan memberikan pertimbangan baru pada diri pembacanya. Hal ini tentu ada kaitannya dengan tiga hal yang mendasari sumber penciptaan karya sastra, yaitu kehidupan agama, sosial, dan individu. Perlu disadari bahwa ketiga hal tersebut sering berperan sebagai sumber ilham dan pendorong penciptaan karya sastra. Di samping itu, perlu kita sadari pula bahwa acap kali karya sastra bermuara pada ajaran agama. Sejatinya, apapun agamanya, semua ajaran agama adalah sama, yaitu menanamkan rasa cinta dan kasih sayang terhadap sesama manusia dan ciptaan-Nya. Oleh karena itu, cukup beralasan apabila mengatakan 141 Konferensi Int ernasional Kesusast raan XXII UNY-HISKI, 2012 bahwa sastra dalam hal ini khususnya puisi dapat berfungsi sebagai pengasah nurani dan peneguh suasana batin pembacanya. Selanjutnya, pada bagian ini akan dipaparkan kaitan antara pilihan kata pada puisi, dengan cinta. Cinta adalah sebuah tema yang tidak pernah usang untuk dibicarakan. Cinta adalah fitrah manusia. Cinta juga salah satu bentuk kesempurnaan penciptaan yang Allah berikan kepada manusia. Allah menghiasi hati manusia dengan perasaan cinta pada banyak hal. Salah satunya cinta seorang lelaki kepada seorang wanita, demikian juga sebaliknya. Ada sebuah ungkapan yang telah dikenal banyak orang pada waktu yang lalu, yaitu “Katakan cinta dengan bunga”. Pada masa kini tampaknya tidak ada salahnya apabila seseorang yang ingin menyatakan cinta, ia tidak lagi menggunakan bunga, namun menggunakan kata-kata. Pilihan kata atau diksi yang digunakan oleh seseorang untuk menyatakan cintanya tentu tidak sembarangan. I a akan mencari diksi yang apik untuk menyatakan maksud hatinya. Keraf 1981:23 mengungkapkan bahwa masyarakat manusia kontemporer tidak akan berjalan tanpa komunikasi. Komunikasi, dalam hal ini dengan mempergunakan bahasa, karena bahasa adalah alat yang vital bagi masyarakat manusia. Mereka yang terlibat dalam jaringan komunikasi masyarakat kontemporer ini memerlukan persyaratan- persyartan tertentu. Persyaratan itu antara lain ia harus menguasai sejumlah besar kosa kata perbendaharaan kata yang dimiliki masyarakat bahasanya, serta mampu menggerakkan kekayaannya itu menjadi jaringan-jaringan kalimat yang jelas dan efektif untuk menyampaikan rangkaian pikiran dan perasaannya kepada anggota-anggota masyarakat lainnya. Pada gilirannya, ketika seseorang akan menyatakan perasaannya, ia harus berusaha untuk menggunakan pilihan kata yang baik dan apik agar maksud dan tujuannya dapat diterima dengan baik pula. Tujuan pengajaran puisi dalam sebuah proses pembelajaran adalah untuk memberikan kesempatan kepada siswa memperoleh pengalaman sastra dengan meningkatkan daya apresiasi terhadap puisi, yang dibagi secara umum menjadi empat tingkatan: menggemari, menikmati, mereaksi, dan menghasilkan. Dengan demikian, sebelum siswa menulis sebuah puisi untuk mencurahkan perasaan atau pikirannya, mereka harus menyukai dan menikmati puisi setelah itu harus mampu memberikan respons terhadap puisi. Pembelajaran apresiasi puisi bermanfaat bagi perkembangan jiwa para siswa. Di sekolah, siswa tidak hanya perlu mengembangkan kemampuan intelektualnya melainkan perlu juga mengasah nurani untuk perkembangan psikisnya agar siswa dapat terbentuk menjadi manusia yang berkarakter baik sebagai karakter dirinya dan menerapkan nilai- nilai tersebut dalam kehidupan dirinya sebagai anggota masyarakat dan warga negara yang religius, nasionalis, produktif, dan kreatif. Puisi dapat digunakan sebagai alat komunikasi baik kepada diri sendiri maupun kepada pihak lain. Hal itu pun dinyatakan oleh H.B. Jassin yang dikenal sebagai paus sastra I ndonesia bahwa puisi merupakan pengucapan dan perasaan yang di dalamnya mengandung pikiran-pikiran dan tanggapan-tanggapan. Terkait dengan hal ini, guru sastra sebagai pengajar puisi dapat memberikan pemahaman bahwa bahasa puisi juga bisa dijadikan sebagai media yang komunikatif dan bersahabat manakala siswa ingin menyampaikan sebuah aspirasi dalam konteks kekinian. Misalnya ketika siswa Sekolah 142 Konferensi Int ernasional Kesusast raan XXII UNY-HISKI, 2012 Menengah Atas SMA bermaksud menyampaikan isi hatinya, khususnya rasa cinta kepada seseorang yang dicintainya. Pada tulisannya, Berthold Damshauser 2012:31 mengatakan bahwa bagi tiap manusia kata cinta dan segala padanannya dalam bahasa lain berkonotasi positif belaka. Tak jarang kepositifan itu seiring dengan etimologi kata itu, Dalam bahasa Jerman, misalnya, makna asal dari kata Liebe cinta adalah “sesuatu yang baik”, “sesuatu yang berharga”. Pandangan positif terhadap cinta demikian mendasar sehingga pengalaman paling pahit berkaitan dengan cinta sama sekali tidak mengganggu. Pada hari ini, rasanya dapat dinafikan bahwa siswa pada masa usia SMA, sedang “dekat-dekatnya” dengan urusan cinta. Cinta demikian bersifat khas: ia timbul atau melanda, dan kerap tidak bisa dihentikan walaupun tidak dibalas.

2.2 Katakan “Cinta” dengan Kata- kata pada Status Facebook- mu