Arahan Kebijakan Usahatani Berkelanjutan Responsif Gender.

serta pada tahapan kegiatan usahatani dalam bentuk kegiatan pengendalian hama dan penyakit, pengolahan tanah, pola tanam, pemupukan dan pembibitan. 2. Tingkatkan peran laki-laki dan perempuan secara optimal pada variabel lahan tegalan tanaman, informasi, pengolahan hasil panen, penyiraman, dan perawatanpemeliharaan tanaman hias. 3. Tingkatkan akses dan kontrol laki-laki terhadap sumberdaya hasil penjualan panen dan pemasaran. Kondisi Saat Ini Tingkatkan Akses Tingkatkan kontrol 1. Penyuluhan pertanian 2. Pelatihan 3. Peralatan 4. Kredit 5. Modal 6. Pendidikan 9. Jenis Tanaman Hias 1. Pengolahan tanah 2. Pengendalian hama penyakit 3. Pola tanam 4. Pemupukan 5. Pembibitan 6.Pemeliharaan 7. Penyiraman 8. Pengolahan hasil panen Sumber Daya Tahapan Kegiatan

7. Lahan Tegalan

Keterangan Ket: Tingkatkan Pertahankan ♂♀ ♀ ♀ ♀ ♀ ♂♀ ♂

8. Informasi

10. Hasil Penjualan Panen ♀ ♂♀ ♀ ♂♀ ♂♀ 9. Pemasaran ♂ ♂ ♀ ♂ ♂ ♂ Tanaman Hias Hambatan: 1. Sosial Budaya 2. Kualitas SDM petani Potensi: 1. Komitmen pengambil kebijakan 2. Kualitas SDA Gambar 28. Pemetaan kebijakan berdasarkan relasi gender pada pola usahatani tanaman hias

5.4 Arahan Kebijakan Usahatani Berkelanjutan Responsif Gender.

Hasil analisa dan pembahasan dari 6 pola usahatani tersebut, selain memprioritaskan dan mengembangankan usahatani yang mempunyai bobot tingkat keberlanjutan yang paling tinggi dan responsif gender, juga perlu mempertimbangkan pola usahatani yang lain, termasuk pola usahatani monokultur padi dalam rangka menopangnya menjaga 133 persediaan pangan di Kabupaten Karanganyar. Adapun arahan kebijakan usahatani berkelanjutan responsif gender adalah sebagai berikut :

5.4.1. Arahan Kebijakan umum berlaku untuk semua pola usahatani :

a. Kegiatan sumberdaya informasi dan tahapan kegiatan pemeliharaan menunjukkan adanya relasi kesetaraan gender antara laki-laki dan perempuan. Kondisi ini perlu dipertahankan melalui kesetaraan akses dan kontrol terhadap pemberdayaan kelompok tani menuju pertanian berkelanjutan. b. Dalam rangka menjaga keberlanjutan pola usahatani di kabupaten karanganyar yang perlu diperhatikan adalah aspek sosial dengan lebih mengaktifkan dan mengoptimalkan keberadaan kelembagaan kelompok tani, dari aspek lingkungan pemilihan jenis komoditas serta dari aspek ekonomi adalah proses produksinya. c. Kegiatan pengolahan hasil panen, pemasaran dan hasil penjualan yang saat ini masih didominasi oleh perempuan, kesetaraan gender dalam pembagian kerja usahatani berkelanjutan perlu ditingkatkan. Untuk itu diperlukan intervensi pemerintah melalui peningkatan pelatihan teknis dan penyadaran gender kepada laki- laki. d. Kegiatan penyuluhan dan pelatihan pertanian supaya melibatkan perempuan, agar kualitas sumberdaya manusia perempuan dapat meningkat, sehingga dapat mewujudkan perempuan sebagai patner dan mitra kerja laki-laki. e. Perlu dilakukan advokasi dan sosialisasi kesetaraan gender, khususnya terhadap laki-laki untuk merubah pandangan bias gender menjadi sadar gender. 134

5.4.2. Kebijakan khusus per pola usahatani: 1 Untuk Pola Usahatani Monokultur Tanaman Hias.

a. Usahatani monokultur tanaman hias dengan bobot keberlanjutan yang tinggi perlu mendapatkan prioritas kebijakan dalam pengembangannya dari pemerintah melalui penataan pola usahatani yang berkelanjutan dan responsif gender. b. Perlu adanya advokasi dan sosialisasi kepada masyarakat dan dunia usaha bahwa usahatani tanaman hias sangat menjanjikan promising karena, dari aspek lingkungan tidak merusak, dari aspek ekonomi menguntungkan dan dari aspek sosial terjadi adanya kesetaraan dalam pengelolaannya. c. Meningkatkan akses dan kontrol laki-laki terhadap kegiatan pemasaran, dalam rangka membantu memperluas jangkauan pemasaran tanaman hias, meningkanya pendapatan petani, sehingga berdampak pada meningkatnya kesejahteraan kehidupan petani tanaman hias. 2 Pola Usahatani Mixed Farming, Tumpangsari, Palawija dan Sayuran . Pengembangan usahataninya perlu ditingkatkan, dengan adanya kesetaraan antara laki-laki dan perempuan pada aspek akses jenis tanaman atau ternak yang diusahakan, karena selain saling melengkapi juga memperhatikan tingkat keberlanjutan dan responsif gender. 3 Pola Usahatani Monokultur Padi Usahatani monokultur padi perlu dipertahankan walaupun memiliki bobot indek, keberlanjutan yang rendah, karena hal ini sangat penting untuk menopang kebutuhan pangan di Kabupaten Karanganyar. Untuk itu diperlukan adanya intervensi kebijakan yang memihak pada usahatani padi dan kemudahan-kemudahan dalam pengusahaannya. 135

VI. KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. Kesimpulan 1. Tiga aspek prioritas pembangunan berkelanjutan di Kabupaten

Karanganyar adalah aspek sosial yang merupakan aspek prioritas dengan memiliki bobot tertinggi, yaitu sebesar 0.461, kemudian disusul aspek lingkungan sebesar 0.321 dan yang terendah adalah aspek ekonomi sebesar 0.218. Faktor aspek lingkungan yang merupakan variabel utama adalah variabel jenis komoditas yaitu dengan memiliki bobot tertinggi sebesar 0.167, diikuti variabel sumberdaya lahan sebesar 0.078 dan yang terendah variabel sumberdaya air sebesar 0.076. Faktor aspek ekonomi yang merupakan variabel utama adalah variabel produksi yaitu dengan memiliki bobot tertinggi sebesar 0.061, kemudian diikuti variabel tenaga kerja 0.049, sarana produksi dan modal 0.028, harga 0.027 dan pasar 0.025., Faktor aspek sosial yang merupakan variabel utama adalah variabel kelembagaan yaitu dengan memiliki bobot tertinggi sebesar 0.151, kemudian diikuti variabel pendidikan 0.136, informasi 0.098, dan kesehatan 0.076. 2. Pola usahatani yang paling berkelanjutan di Kabupaten Karanganyar adalah: 1. Pola usahatani tanaman hias dengan bobot sebesar 0.267; 2. Pola usahatani mixed farming dengan bobot sebesar 0.168; 3. Pola usahatani monokultur palawija dan tumpangsari dengan bobot masing-masing sebesar 0.148; 4 pola usahatani monokultur sayuran dengan bobot sebesar 0.139; dan 5. Pola usahatani monokultur padi dengan bobot sebesar 0.131. 3. Pola relasi gender menunjukkan laki-laki masih mendominasi dalam akses dan kontrol pada pengelolaan usahatani responsif gender seperti: lahan, komoditas yang diusahakan, pendidikan, pelatihan, penyuluhan pertanian, modal, kredit, peralatan, penyemaian atau