d Laki-laki lebih mendapatkan kekuasaan untuk menguasai sumberdaya karena mempunyai peluang yang besar untuk memperoleh pendidikan
dan pengetahuan yang lebih maju. Selain itu, laki-laki mendapatkan pengakuan sosial yang lebih baik.
Perbedaan sosial dan ketidaksamaan dalam distribusi sumberdaya, barang dan layanan menghasilkan situasi yang mensubordinasikan
perempuan sehingga tidak ikut dalam pengambilan keputusan. Situasi ini menghambat perempuan untuk menyampaikan keinginan dan
permasalahan yang mereka hadapi. Hal ini juga memperlambat kontribusi pengetahuan dan pengalaman mereka untuk pembangunan komunitas.
Partisipasi perempuan dalam pengambilan keputusan harus ditingkatkan pada level yang lebih demokratif dan efektif karena keputusan tersebut
secara langsung dan tidak langsung mempengaruhi kehidupan mereka.
2.5. Analisis Gender
Pendekatan sosial-ekonomi dan analisis gender Socio- economic and Gender Analysis, SEAGA merupakan pendekatan pembangunan
berdasarkan analisis pola sosial ekonomi dan identifikasi prioritas laki-laki dan perempuan. Hal ini ditujukan untuk menutup kesenjangan antara
keinginan masyarakat dan kehendak pembangunan. Lebih lanjut dapat dikatakan bahwa SEAGA merupakan analisis pola hubungan lingkungan,
ekonomi, sosial, dan institusi dalam konteks pembangunan serta menganalisis perbedaan peranan laki-laki dan perempuan sehingga dapat
mengerti apa yang mereka lakukan, sumberdaya apa yang mereka punya, kebutuhan, dan prioritas mereka FAO, 2001.
SEAGA terdiri dari tiga tingkatan yang saling terkait. Tingkat pertama adalah Tingkat Mikro, yang memfokuskan pada masyarakat, termasuk
perempuan dan laki-laki sebagai individual, serta perbedaan sosial ekonomi rumahtangga. Tingkat kedua adalah Tingkat intermediate, tingkat
ini memfokuskan pada kelembagaan, seperti institusi dan pelayanan, sebagai jembatan antara tingkat makro dan tingkat mikro, termasuk sistem
komunikasi, transportasi, institusi kredit, pasar, layanan pendidikan dan kesehatan. Tingkat terakhir adalah tingkat makro yang memfokuskan
24
pada kebijakan dan perencanaan, baik dalam lingkup nasional maupun internasional, dari aspek sosial, ekonomi, lingkungan, kebijakan
perdagangan, keuangan dan rencana pembangunan nasional. Pendekatan SEAGA didasarkan pada tiga hal yaitu: peranan gender
merupakan kunci keberhasilan, diprioritaskan pada bagian masyarakat yang tidak diuntungkan, dan pentingnya partisipasi. Peranan gender
merupakan hal yang penting karena gender membentuk kesempatan dan pola hubungan antara laki-laki dan perempuan dalam mempertahankan
rumahtangga dari segi lingkungan, sosial, ekonomi, dan kebudayaan. Gender mempengaruhi peranan dan hubungan aktivitas masyarakat
dalam masalah ketenagakerjaan dan pengambilan keputusan. SEAGA memfokuskan dalam pembangunan lingkungan di mana perempuan dan
laki-laki dapat bersama-sama sejahtera. Perempuan dilihat sebagai kesatuan integral suatu masyarakat dan bukan bagian yang terisolasi.
Keterlibatan perempuan dan laki-laki harus diperhatikan karena mereka mempunyai perbedaan tugas dan tanggungjawab dalam konteks
pembangunan yang berkelanjutan. Perhatian perlu diberikan pada masyarakat yang tidak diuntungkan
karena permasalahan kesenjangan gender, perbedaan etnik, ras, dan karakter sosial lainnya yang mengakibatkan terjadinya proses pemiskinan.
Masyarakat yang miskin akan menyebabkan adanya kendala keterbatasan akses terhadap sumberdaya sehingga membuat mereka
tetap miskin. Kondisi komunitas terdiri dari beberapa kelompok yang berbeda,
beberapa lelompok lebih kuat dari pada yang lain, dan beberapa kelompok tidak diuntungkan, bahkan beberapa kelompok terlibat konflik
langsung dengan kelompok yang lain. Keadaan ini menimbulkan banyak opini dan kebutuhan yang berbeda. Pendekatan SEAGA dilaksanakan
berdasarkan asumsi bahwa kebutuhan terhadap bagian masyarakat yang tidak diuntungkan merupakan titik awal pembangunan karena mereka
merupakan bagian masyarakat yang paling sulit memenuhi kebutuhan dasar FAO, 2001.
25
Kegagalan kegiatan pembangunan masyarakat dapat diakibatkan
oleh perencanaan pembangunan yang didesain oleh orang di luar komunitas yang mengabaikan kapasitas, prioritas dan kebutuhan
perempuan dan laki-laki. Meskipun telah disurvai, perencanaan tetap dibuat oleh orang di luar komunitas, tanpa melibatkan masyarakat
setempat. Pendekatan partisipasif bertujuan mendukung masyarakat untuk melaksanakan pembangunan dengan menggunakan pengetahuan
di luar komunitas. Karena meskipun perempuan dan laki-laki mengetahui keterbatasan dan kesempatan di komunitas, mereka tidak tahu apa-apa.
Sebagai contoh, petani kecil tidak diuntungkan karena kurangnya pengetahuan tentang program pembangunan termasuk teknologi dan
metode yang baru, bahkan tidak mengetahui kebijakan pemerintah, pasar dan input pertanian yang lebih baik. Oleh karena itu, selain menggali lebih
dalam pengetahuan lokal, para petani juga perlu diberi akses informasi lebih mudah untuk dapat memberikan masukan dalam pengambilan
keputusan.
2.6. Proses Hirarki Analisis