perempuan perdesaan tidak dapat menerima insentif yang cukup untuk mengelola sumberdaya alam dan konsekuensinya pembangunan
perdesaan akan terhambat Rwelamira, 1999. Perbedaan akses antara
laki-laki dan perempuan tersebut menjadi salah satu penyebab terjadinya kesenjangan gender. Kondisi ini pada akhirnya berdampak pada
lemahnya kontrol, manfaat, dan partisipasi perempuan dalam kegiatan usahatani secara keseluruhan.
Penelitian tentang kebijakan sistem usahatani berkelanjutan yang responsif gender perlu dilakukan agar kegiatan usahatani menjadi optimal
dan terjaminnya kelestarian sumberdaya alam dan lingkungan. Penelitian dilakukan menggunakan pendekatan Social-Economic And Gender
Analysis SEAGA. Melalui pendekatan SEAGA yang dilakukan secara partisipatif dengan menempatkan masyarakat petani sebagai bagian
penting dalam proses pengambilan keputusan dan pemanfaatan sumberdaya pada tingkat lapangan Micro level, maka masyarakat petani
secara bersama-sama dapat melakukan pemahaman tentang kondisi kehidupan mereka sehingga diharapkan dapat membuat rencana dan
tindakan yang berhasil guna FAO, 2001. Secara kuantitatif pola relasi antara laki-laki dan perempuan
tersebut ditunjukkan dalam bentuk nilai indeks keadilan dan kesetaraan gender IKKG.
Pola relasi gender pada setiap pola usahatani yang ditemukan di lokasi penelitian dalam bentuk nilai IKKG dijadikan dasar untuk menyusun
arahan kebijakan apa yang diperlukan agar peran petani laki-laki dan perempuan dapat secara optimal.
1.2. Rumusan Masalah
Sistem usahatani konvensional yang selama ini dilaksanakan oleh masyarakat petani belum memperhatikan kelestarian lingkungan, terutama
dalam hal pengolahan tanah dan pemilihan komoditas yang diusahakan. Sistem usahatani yang dikembangkan sekarang masih didominasi oleh
kepentingan ekonomi yang berorientasi pada peningkatan pendapatan petani, sehingga konservasi sumberdaya lahan pertanian belum menjadi
3
fokus perhatian. Peran laki-laki masih mendominasi hampir pada semua tahapan kegiatan usahatani, baik dalam perencanaan maupun dalam
pengambilan keputusan. Kegiatan usahatani yang dilakukan pada saat ini, selain
menghasilkan berbagai produk untuk memenuhi permintaan konsumen, juga menimbulkan berbagai eksternalitas negatif antara lain: 1 polusi
udara dari gas metan; 2 polusi tanah, air dan udara dari pestisida dan herbisida; 3 polusi perairan dan udara dari sisa pupuk yang tidak diserap
oleh tanaman, dan 4 erosi tanah oleh angin dan air Adnyana, 2001. Dalam perspektif gender, dominasi laki-laki dalam kegiatan usahatani
memberikan dampak kurang optimalnya akses dan kontrol perempuan dalam kegiatan usahatani. Sistem usahatani yang lebih didominasi laki-
laki tersebut menjadi faktor penyebab terjadinya kesenjangan gender. Berdasarkan permasalahan-permasalahan tersebut, maka
pertanyaan penelitian ini adalah: 1. Apa aspek prioritas dan variabel utama dalam sistem usahatani
berkelanjutan ?. 2. Apa pola usahatani yang paling memenuhi kriteria berkelanjutan ?.
3. Bagaimana pola relasi gender pada setiap pola usahatani ?. 4. Bagaimana rumusan arahan kebijakan sistem usahatani berkelanjutan
responsif gender?.
1.3. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah: 1. Menentukan aspek prioritas dan variabel utama dalam sistem
usahatani berkelanjutan. 2. Menganalisis keberlanjutan berbagai pola usahatani.
3. Menganalisis pola relasi gender pada setiap pola usahatani. 4. Merumuskan arahan kebijakan sistem usahatani berkelanjutan
responsif gender.
4
1.4. Manfaat Penelitian