Kesimpulan 1. Tiga aspek prioritas pembangunan berkelanjutan di Kabupaten

VI. KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. Kesimpulan 1. Tiga aspek prioritas pembangunan berkelanjutan di Kabupaten

Karanganyar adalah aspek sosial yang merupakan aspek prioritas dengan memiliki bobot tertinggi, yaitu sebesar 0.461, kemudian disusul aspek lingkungan sebesar 0.321 dan yang terendah adalah aspek ekonomi sebesar 0.218. Faktor aspek lingkungan yang merupakan variabel utama adalah variabel jenis komoditas yaitu dengan memiliki bobot tertinggi sebesar 0.167, diikuti variabel sumberdaya lahan sebesar 0.078 dan yang terendah variabel sumberdaya air sebesar 0.076. Faktor aspek ekonomi yang merupakan variabel utama adalah variabel produksi yaitu dengan memiliki bobot tertinggi sebesar 0.061, kemudian diikuti variabel tenaga kerja 0.049, sarana produksi dan modal 0.028, harga 0.027 dan pasar 0.025., Faktor aspek sosial yang merupakan variabel utama adalah variabel kelembagaan yaitu dengan memiliki bobot tertinggi sebesar 0.151, kemudian diikuti variabel pendidikan 0.136, informasi 0.098, dan kesehatan 0.076. 2. Pola usahatani yang paling berkelanjutan di Kabupaten Karanganyar adalah: 1. Pola usahatani tanaman hias dengan bobot sebesar 0.267; 2. Pola usahatani mixed farming dengan bobot sebesar 0.168; 3. Pola usahatani monokultur palawija dan tumpangsari dengan bobot masing-masing sebesar 0.148; 4 pola usahatani monokultur sayuran dengan bobot sebesar 0.139; dan 5. Pola usahatani monokultur padi dengan bobot sebesar 0.131. 3. Pola relasi gender menunjukkan laki-laki masih mendominasi dalam akses dan kontrol pada pengelolaan usahatani responsif gender seperti: lahan, komoditas yang diusahakan, pendidikan, pelatihan, penyuluhan pertanian, modal, kredit, peralatan, penyemaian atau pembibitan, pemupukan, pola tanam, pengendalian hama dan penyakit, sedangkan perempuan lebih dominan dalam pengolahan hasil panen, pemasaran, dan hasil penjualan panen, sedangkan peran yang dilakukan bersama antara laki-laki dan perempuan adalah akses dan kontrol dalam hal informasi dan pemeliharaan. 4. Berdasarkan hasil analisis pola usahatani berkelanjutan dan responsif gender, disusun arahan kebijakan sebagai berikut; a. Dalam mengembangkan sistem usahatani perlu diprioritaskan pada pola usahatani tanaman hias dengan mengoptimalkan kelembagaan usahatani khususnya kelembagaan kelompok tani; penentuan jenis komoditas dan proses produksinya b. Meningkatkan akses dan kontrol perempuan terhadap penyuluhan dan pelatihan teknologi pertanian; dan c. Meningkatkan akses dan kontrol laki-laki terhadap pengolahan hasil panen, pemasaran, dan hasil penjualan panen.

6.2. Saran 1. Dalam melakukan pembangunan pertanian, agar keberlanjutannya