Kondisi Saat Ini Tingkatkan Akses
Tingkatkan kontrol
1. Penyuluhan pertanian 2. Pelatihan
3. Peralatan 4. Kredit
5. Modal 6. Pendidikan
1. Pengolahan tanah 2. Pola tanam
3. Pemupukan 4. Pembibitan
5.Perawatanpemeliharaan
9. Pemasaran Sumber
Daya
Tahapan Kegiatan
9. Informasi
Keterangan
Ket:
Tingkatkan Pertahankan
♂♀ ♀
♀
♀ ♀
♂♀
♂ ♂
♂♀
Hambatan: 1. Sosial
Budaya 2. Kualitas
SDM petani
♂♀
8. Tanaman sayuran
♀
6. Pengendalian hama penyakit
♂
7. Lahan tegalan
♂♀ ♀
♂♀ ♀
7. Penyiraman 8. Pengolahan hasil panen
♂ ♂♀
10. Hasil Penjualan panen
♂ ♂
Potensi: 1. Komitmen
pengambil kebijakan
2. Kualitas SDA
Gambar 16. Pemetaan kebijakan berdasarkan relasi gender pada pola usahatani monokultur sayuran.
5.3.3. Pola usahatani monokultur palawija
Tabel 19 menunjukkan bahwa laki-laki dan perempuan dalam melakukan kegiatan usahatani monokultur palawija memberikan informasi
yang sama bahwa alokasi penggunaan lahan di wilayahnya adalah untuk hutan produksi, kegiatan usahatani palawija, tanah bengkok, fasilitas
umum, dan sungai. Jenis tanaman palawija yang diusahakan adalah: tanaman pangan jagung, jagung manis, padi, ketela pohon, ketela
rambat, ubi jalar, kacang panjang, kedelai, pepaya, tebu. Menurut petani perempuan, usahatani melon sangat diminati dan menjanjikan, namun
sering merugi karena biaya produksi yang tinggi dan pada musim panen harga sering tidak stabil turun, karena mayoritas panen dilakukan
dengan waktu yang bersamaan. Hasil diskusi dengan laki-laki diperoleh informasi bahwa mereka
menghadapi masalah berupa kurangnya ketersediaan air, sementara teknologi penyediaan air mahal, dan terjadinya ketidak seimbangan antara
pendapatan dan pengeluaran. Petani perempuan juga mengemukakan masalahnya bahwa harga tidak stabil, biaya produksi mahal, dan irigasi
91
yang tidak mencukupi. Dalam menghadapi permasalahan, laki-laki mencoba menyelesaikannya dengan cara meminjam sarana dan
prasarana produksi kepada pengusaha, dan tunda jual. Sedangkan perempuan dalam mengatasi kekurangan air melakukannya dengan cara
menyewa mesin disel untuk mengangkat air dari sungai dan membuat sumur sendiri.
Tabel 19. Pendapat laki-laki dan perempuan tentang alokasi penggunaan lahan, masalah yang dihadapi, solusi yang pernahakan
dilakukan, akses dan kontrol pada pola usahatani monokultur palawija di Kabupaten Karanganyar.
Pola usahatani monokultur palawija Laki-laki
Perempuan
1. Alokasi penggunaan lahan o
Hutan Produksi
o Tegalan usahatani palawija
o Tanah bengkok kas desa
o Fasilitas umum lapangan
o Lahan dibuat sungai baru
Ya Ya
Ya Ya
Ya Ya
Ya Ya
Ya Ya
2. Komoditas yang diusahakan o
Tanaman pangan jagung, jagung manis, padi, ketela pohon, ketela rambat, ubi jalar,
kacang panjang, kedelai, pepaya, tebu o
Melon Ya
Ya merugi 3. Masalah yang dihadapi
o Kurangnya ketersediaan air sementara
teknologi pengolahan air terlalu mahal o
Ketidakseimbangan pendapatan dengan pengeluaran
o Ketidakstabilan
harga o
Biaya produksi mahal Ya
Ya Ya
Ya Ya
Ya Ya
4. Solusi yang pernahakan dilakukan o
Menyewa saprodi kepada pemilikpengusaha o
Tunda jual
o Pengolahan tanah dan pemakaian pupuk
yang maksimal o
Membuat sumur o
Menyewa diesel
Ya Ya
Ya Ya
5. Akses dan kontrol o
Penentuan jenis usaha o
Penentuan luas lahan dan alokasi kegiatan usahatani
o Panen
o Pemasaran
Ya dominan Ya
Ya Ya ikutan
Ya Ya
Akses dan kontrol terhadap beragam sumberdaya dan tahapan kegiatan usahatani monokultur palawija antara lain lahan tegalan,
tanaman palawija, informasi dan media, pendidikan, pelatihan, penyuluhan pertanian, hasil penjualan panen, modal, kredit, peralatan, pengolahan
92
tanah, penyemaian atau pembibitan, pola tanam, pemupukan, perawatan dan pemeliharaan, penyiraman, pengendalian hama dan penyakit,
pengolahan hasil panen, dan pemasaran. Akses dan kontrol anggota rumahtangga petani palawija suami dan isteri terhadap sumberdaya
tergolong tinggi karena suami dan isteri memiliki kesempatan yang sama. Suami dan isteri saling membantu secara bergantian dan melakukan
kerjasama dalam kegiatan usahatani palawija. Laki-laki dan perempuan memiliki hak dan kesempatan yang sama dalam memanfaatkan
sumberdaya dan dalam melakukan setiap tahapan kegiatan usahatani. Akses dan kontrol terhadap sumberdaya dan tahapan kegiatan usahatani
monokultur palawija menurut responden laki-laki dan perempuan dapat dilihat pada Tabel 20.
Tabel 20.
Akses dan kontrol laki-laki dan perempuan terhadap sumberdaya dan tahapan kegiatan usahatani monokultur
palawija di Kabupaten Karanganyar.
Akses Kontrol
Responden Petani Laki-laki
Responden Petani Perempuan
Responden Petani Laki-laki
Responden Petani Perempuan
Sumberdaya dan tahapan kegiatan
usahatani monokultur
palawija
Petani L
Petani P
Petani L
Petani P
Petani L
Petani P
Petani L
Petani P
Sumberdaya
1. Lahan tegalan
93,33 53,33 83,33 63,33 33,33 30,00 60,00 43,33
2. Tanaman palawija
86,67 76,67 80,00 83,33 73,33 30,00 56,67 50,00
3. Informasi
85,00 70,00 80,00 76,67 83,00 43,33 56,67 66,67
4. Pendidikan
70,00 56,67 73,33 53,33 66,67 36,67 63,33 40,00
5. Pelatihan
83,33 23,33 80,00 20,00 73,33 10,00 76,67 20,00
6. Hasil Penjl Panen
63,33 93,33 56,67 93,33 36,67 73,33 16,67 83,33
7. Modal
83,33 50,00 80,00 70,00 63,33 36,67 63,33 53,33
8. Kredit
70,00 33,33 70,00 43,33 53,33 26,67 56,67 36,67
9. Peralatan
83,67 53,33 93,33 66,67 86,67 26,67 73,33 26,67
Tahapan Kegiatan
1. Pengolahan tanah
86,67 36,67 96,67 66,67 83,33 10,00 90,00 10,00
2. Pembibitan
85,67 63,33 83,33 66,67 73,33 30,00 66,67 36,67
3. Pola Tanam
73,33 43,33 90,00 36,67 83,33 20,00 86,67 16,67
93
Tabel 20. lanjutan
Tahapan Kegiatan
4. Pemupukan
80,00 53,33 80,00 53,33 70,00 26,67 66,67 33,33
5. Perawatan Pemeliharaan
76,67 76,67 83,33 66,67 63,33 43,33 60,00 60,00
6. Penyiraman
82,00 75,00 66,67 76,67 66,67 36,67 56,67 53,33
7. Pengendalian hamapenyakit
86,67 36,67 90,00 23,33 86,67 13,33 93,33 16,67
8. Pengolahan hsl panen
75,00 73,33 76,67 86,67 60,00 46,67 56,67 60,00
9. Pemasaran
76,67 86,67 66,67 80,00 53,33 66,67 40,00 73,33 Keterangan
: L : Laki-laki P
: Perempuan
Tabel 20 menunjukkan bahwa responden laki-laki dan perempuan menyatakan terdapat perbedaan akses dan kontrol terhadap sumberdaya
dan tahapan kegiatan usahatani. Beberapa sumberdaya dan tahapan kegiatan didominasi oleh laki-laki. Dominasi laki-laki terhadap perempuan
yang menonjol adalah pada variabel pelatihan, penyuluhan pertanian, kredit, pengolahan tanah dan pengendalian hama dan penyakit.
Sementara itu, dominasi perempuan atas laki-laki ada pada variabel pengolahan hasil panen, pemasaran dan hasil penjualan. Adanya
pembagian peran tersebut menunjukkan masih adanya stereotipi antara peran dan tanggungjawab laki-laki dan perempuan. Kecenderungan peran
dominan laki-laki adalah pada kegiatan yang memerlukan kemampuan fisik dan hal-hal yang dipandang strategis, sedangkan peran perempuan
adalah pada kegiatan-kegiatan yang terkait dengan keuangan, ketelitian dan kegiatan yang tidak memerlukan kekuatan fisik.
Responden perempuan juga menyatakan bahwa akses dan kontrol terhadap sumberdaya didominasi oleh laki-laki. Dari 10 sepuluh
sumberdaya, laki-laki menguasai 8 delapan sumberdaya, sedangkan perempuan hanya menguasai 2 dua jenis sumberdaya. Tabel 20
menunjukkan bahwa laki-laki dan perempuan dalam rumahtangga petani palawija memiliki kesempatan terhadap sumberdaya dan tahapan
kegiatan usahatani meskipun akses dan kontrol tersebut didominasi oleh laki-laki. Hal ini disebabkan oleh keberadaan perempuan yang mau
94
bekerja pada jenis pekerjaan yang tidak terlalu memerlukan kekuatan fisik dan tenaga besar.
Responden laki-laki dan perempuan sependapat bahwa laki-laki memiliki kondisi fisik yang lebih kuat dari pada perempuan, sehingga
dalam melaksanakan keseluruhan kegiatan usahatani palawija, terutama dalam hal pengolahan tanah peran laki-laki lebih dominan. Untuk aktivitas
yang berhubungan dengan penyimpanan uang hasil penjualan panen, perempuan memiliki kontrol yang dominan. Perempuan dipercayai dapat
memegang dan menyimpan uang serta dapat mengatur urusan keuangan rumahtangga dengan baik.
Pola relasi gender yang ditunjukkan dengan angka IKKG pada pola usahatani monokultur palawija dapat dilihat pada Tabel 21.
Tabel 21. Pola relasi gender pada aspek akses-kontrol laki-laki dan
perempuan pada pola usahatani monokultur palawija
Akses Kontrol Sumberdaya dan
Tahapan Kegiatan Usahatani
IKKG
Klasifikasi
IKKG
Klasifikasi
Gabungan
Sumberdaya
1. Penyuluhan pertanian 0.04 DL
0.04 DL DL-DL
2. Pelatihan 0.06 DL
0.06 DL DL-DL
3. Lahan tegalan 0.18 DL
0.66 BS DL-BS
4. Peralatan 0.19 DL
0.09 DL DL-DL
5
. Kredit
0.27 DL 0.38 DL
DL-DL 6. Modal
0.34 DL 0.47 DL
DL-DL 7. Pendidikan
0.48 DL 0.33 DL
DL-DL 8. Informasi
0.58 BS 0.53 BS
BS-BS 9. Tanaman palawija
0.80 BS 0.36 DL
BS-DL
10. Hasil penjualan panen
9.33 DP 9.94 DP
DP-DP
Tahapan Kegiatan
1.
Pengendalian hama dan penyakit
0.06 DL 0.02 DL
DL-DL
2. Pengolahan tanah
0.10 DL 0.02 DL
DL-DL 3. Pola tanam
0.15 DL 0.04 DL
DL-DL 4. Pemupukan
0.29 DL 0.20 DL
DL-DL 5. Pembibitan
0.34 DL 0.21 DL
DL-DL 6. Perawatanpemeliharaan
0.63 BS 0.66 BS
BS-BS 7. Penyiraman
1.08 DP 0.51 BS
DP-BS 8. Pengolahan hasil panen
1.27 DP 0.82 BS
DP-BS 9. Pemasaran
1.98 DP 2.67 DP
DP-DP
95
Berdasarkan Tabel 21, pola relasi gender baik aspek akses maupun kontrol terhadap sumberdaya, dominasi laki-laki terhadap
perempuan terjadi hampir pada semua variabel kecuali variabel lahan tegalan. Pada variabel ini kontrol terhadap sumberdaya lahan tegalan
dilakukan secara bersama-sama antara laki-laki dan perempuan. Artinya, penguasaan terhadap sumberdaya lahan menjadi hak dan tanggung
jawab suami dan isteri dalam satu keluarga petani. Pada variabel hasil penjualan, peran perempuan lebih dominan daripada laki-laki baik dalam
hal akses maupun kontrol. Artinya, perempuan memiliki peran yang lebih besar dalam mengakses dan penguasaan kontrol terhadap hasil
penjualan panen hasil usahatani. Hal ini dapat dipahami, karena sudah menjadi budaya masyarakat di Kabupaten Karanganyar bahwa
pendapatan dari kegiatan usahatani di serahkan kepada isteri ibu rumah tangga untuk disimpan sebagai tabungan keluarga atau digunakan untuk
kebutuhan keluarga. Pada variabel informasi, laki-laki dan perempuan memiliki peran
secara bersama-sama baik dalam hal akses maupun kontrol terhadap informasi. Kondisi relasi gender seperti ini akan memberikan nilai positif
bagi keluarga petani karena sumberdaya informasi terutama yang berhubungan dengan harga komoditas hasil produksi pertanian maupun
sarana produksi pertanian akan membantu petani dalam mengambil keputusan secara tepat dan menguntungkan. Nilai IKKG untuk setiap
variabel sumberdaya dan tahapan kegiatan usahatani pada aspek akses dan kontrol dapat dilihat pada Tabel 21.
Berdasarkan Tabel 21 pola relasi gender yang terlihat secara bersama-sama antara suami dan isteri pada tahapan kegiatan usahatani
adalah variabel perawatan dan pemeliharaan tanaman dan kontrol terhadap pengolahan hasil panen. Artinya merawat dan memelihara
tanaman serta menentukan teknis pengolahan hasil panen dilakukan secara bersama-sama antara suami dan isteri. Sementara itu, pada
variabel pengolahan hasil panen dan pemasaran peran perempuan isteri
96
jauh lebih dominan daripada laki-laki sebagaimana yang terjadi pada pola usahatani monokultur padi.
Nilai IKKG yang menunjukkan posisi variabel-variabel sumberdaya dan tahapan kegiatan dapat dilihat pada Gambar 17 dan 18. Variabel-
variabel yang memiliki nilai IKKG DL pada aspek akses maupun kontrol berada pada kotak paling kiri-bawah. Hal serupa juga berlaku untuk
variabel-variabel tahapan kegiatan usahatani yang memperlihatkan posisi variabel tersebut dalam satu titik koordinat akses dan kontrol. Pada pola
usahatani monokultur palawija, posisi varibel sumberdaya tersebar di lima kotak pola relasi gender. Sedangkan posisi variabel-variabel tahapan
kegiatan usahatani hanya berada di empat kotak pola relasi gender Gambar 18.
Keterangan: 1. Penyuluhan pertanian
6. Modal 2. Pelatihan
7. Pendidikan 3. Lahan tegalan
8. Informasi 4. Peralatan
9. Tanaman palawija 5. Kredit
10. Hasil penjualan panen
Gambar 17. Pemetaan relasi gender pada pola usahatani monokultur palawija aspek sumberdaya
97
Keterangan 1. Pengendalian hama dan
penyakit 6. Perawatanpemeliharaan
2. Pengolahan tanah 7. Penyiraman
3. Pola tanam 8. Pengolahan hasil panen
4. Pemupukan 9. Pemasaran
5. Pembibitan
Gambar 18. Pemetaan relasi gender pada pola usahatani monokultur palawija aspek tahapan kegiatan
Pada Tabel 22, terdapat empat variabel yang termasuk kategori variabel internal, yaitu; pendidikan, lahan tegalan, tanaman palawija dan
hasil penjualan panen, sedangkan yang termasuk kategori variabel eksternal sebanyak enam variabel, yaitu; penyuluhan pertanian,
pelatihan, peralatan, kredit, modal, informasi. Variabel-variabel pada tahapan kegiatan usahatani semuanya termasuk variabel internal Tabel
23. Untuk melakukan perbaikan terhadap variabel eksternal tersebut memerlukan intervensi pihak luar pemerintah sehingga pola relasi
gender pada pola usahatani palawija dapat menjadi lebih baik.
98
Tabel 22. Formulasi arahan kebijakan berdasarkan kondisi relasi gender aspek sumberdaya usahatani palawija
Variabel dan Arahan kebijakan
Kondisi saat ini Internal
Eksternal 1. Penyuluhan pertanian
2. Pelatihan 4. Peralatan
5. Kredit 6. Modal
7. Pendidikan Arahan kebijakan:
Tingkatkan akses dan kontrol Perempuan.
DL-DL DL-DL
DL-DL DL-DL
DL-DL DL-DL
- -
- -
-
√ √
√ √
√ √
√
3. Lahan tegalan 8. Informasi
9. Tanaman palawija Arahan kebijakan:
a. Tingkatkan akses Perempuan 3.
b. Optimalkan akses dan kontrol Laki-laki dan
Perempuan 8 c. Tingkatkan kontrol
Perempuan
DL-BS BS-BS
BS-DL √
- √
- √
-
10. Hasil penjualan panen Arahan kebijakan:
Tingkatkan akses dan kontrol Laki-laki
DP-DP √ -
Rumusan arahan kebijakan untuk memperbaiki pola relasi gender pada pola usahatani palawija disusun berdasarkan kondisi pola relasi
gender yang ditunjukkan dengan nilai IKKG. Pada IKKG yang termasuk klasifikasi dominan laki-laki DL maka kebijakan yang diperlukan adalah
upaya peningkatan peran perempuan pada aspek akses maupun kontrol terhadap sumberdaya dan tahapan kegiatan usahatani. Berdasarkan
Tabel 22 dan 23 ada 12 variabel yang peran perempuan perlu ditingkatkan. Variabel tersebut berasal dari aspek sumberdaya sebanyak
tujuh variabel dan tahapan kegiatan usahatani sebanyak lima variabel. Peran laki-laki perlu ditingkatkan pada variabel pemasaran dan hasil
penjualan panen. Peningkatan peran laki-laki dan perempuan secara
99
bersama-sama perlu dilakukan pada variabel akses dan kontrol terhadap informasi, tanaman palawija, dan perawatanpemeliharaan tanaman.
Tabel 23. Formulasi arahan kebijakan berdasarkan kondisi relasi gender aspek tahapan kegiatan usahatani palawija
Variabel dan Arahan kebijakan
Kondisi saat ini Internal
Eksternal 1. Pengendalian hama dan
penyakit 2. Pengolahan tanah
3. Pola tanam 4. Pemupukan
5. Pembibitan Arahan kebijakan:
Tingkatkan akses dan kontrol Perempuan.
DL-DL DL-DL
DL-DL DL-DL
DL-DL
√ √
√ √
√ -
√ -
6. Perawatan pemeliharaan
7. Penyiraman 8. Pengolahan hasil panen
Arahan kebijakan:
a. Optimalkan akses dan kontrol Laki-laki dan
Perempuan 6. b.Tingkatkan akses Laki-
laki 7 dan 8
BS-BS DP-BS
DP-BS √
√ √
- -
-
9. Pemasaran Arahan kebijakan:
Tingkatkan akses dan kontrol Laki-laki
DP-DP √
-
Pada Gambar 19, disajikan secara skematis arahan kebijakan yang diperlukan dalam rangka memperbaiki pola relasi gender pada pola
usahatani monokultur palawija agar kesejahteraan petani meningkat. Secara garis besar ada tiga bentuk arahan kebijakan yang diperlukan,
yaitu: 1. Tingkatkan akses dan kontrol perempuan terhadap sumberdaya
penyuluhan pertanian, pelatihan, peralatan, kredit, modal, pendidikan dan modal dan pada tahapan kegiatan usahatani pengendalian hama
dan penyakit, pengolahan tanah, pola tanam, pemupukan dan pembibitan.
2. Tingkatkan akses perempuan terhadap sumberdaya lahan tegalan dan tingkatkan peran Laki-laki dan perempuan bersama-sama secara
100
optimal pada variabel lahan tegalan, informasi, pengolahan hasil panen, penyiraman, dan perawatanpemeliharaan tanaman.
3. Tingkatkan akses dan kontrol laki-laki terhadap sumberdaya hasil penjualan panen dan pemasaran.
Kondisi Saat Ini Tingkatkan Akses
Tingkatkan kontrol
1. Penyuluhan pertanian 2. Pelatihan
3. Peralatan 4. Kredit
5. Modal 6. Pendidikan
7. Lahan sawah
10.Hasil Penjualan Panen 1. Pengolahan tanah
2. Pengendalian hama penyakit
3. Pola tanam 4. Pemupukan
5. Pembibitan 6.Perawatanpemeliharaan
9. Pemasaran
Sumber Daya
Tahapan Kegiatan
8. Informasi
Keterangan
Ket:
Tingkatkan Pertahankan
♂♀ ♀
♀
♂ ♂
♀ ♀
♂♀ ♂
♂ ♂♀
Hambatan: 1. Sosial
Budaya 2. Kualitas
SDM petani
♂♀
9. Tanaman Palawija
♂♀ ♀
7.Penyiraman 8. Pengolahan hasil panen
♂ ♂♀
Potensi: 1. Komitmen
pengambil kebijakan
2. Kualitas SDA
Gambar 19. Pemetaan kebijakan berdasarkan relasi gender pada pola usahatani monokultur palawija
5.3.4. Pola usahatani tumpangsari