2. Tingkatkan akses perempuan terhadap sumberdaya lahan tegalan dan tingkatkan peran laki-laki dan perempuan secara optimal pada
variabel lahan tegalan, informasi, pengolahan hasil panen, penyiraman, dan perawatanpemeliharaan tanaman.
3. Tingkatkan akses dan kontrol laki-laki terhadap sumberdaya hasil
penjualan panen dan pemasaran.
Kondisi Saat Ini Tingkatkan Akses
Tingkatkan kontrol
1. Penyuluhan pertanian 2. Pelatihan
3. Peralatan 4. Kredit
5. Modal 6. Pendidikan
1. Pengendalian hama penyakit
2. Pengolahan tanah 3. Pola tanam
4. Pemupukan 5. Pembibitan
5.Perawatanpemeliharaan
9. Pemasaran
Sumber Daya
Tahapan Kegiatan
9. Informasi
Keterangan
Ket:
Tingkatkan Pertahankan
♂♀ ♀
♀
♀ ♀
♂♀ ♂
♂ ♂♀
Hambatan: 1. Sosial
Budaya 2. Kualitas
SDM petani
♂♀
8. Tanaman palawija dan Sayuran
♀
7. Lahan tegalan
♂♀ ♀
7. Penyiraman 8. Pengolahan hasil panen
♂ ♂♀
♂♀
10. Hasil penjualan panen
♂ ♂
Potensi: 1. Komitmen
pengambil kebijakan
2. Kualitas SDA
Gambar 22. Pemetaan kebijakan berdasarkan relasi gender pada pola usahatani tumpangsari.
5.3.5. Pola usahatani mixed farming
Pada pola usahatani mixed farming, responden laki-laki dan
perempuan memberikan informasi yang sama, bahwa alokasi penggunaan lahan yang ada di wilayahnya adalah untuk hutan konservasi, pemukiman,
pasar desa, sungai, sawah, dan tegalan. Jenis komoditas yang diusahakan adalah padi, cabe, sawi, boncang, wortel, kayu pinus,
sengon, tanaman keras cengkeh, dan peternakan Tabel 29. Berdasarkan Tabel 29, dalam melakukan kegiatan usahatani
mixed farming, laki-laki menghadapi masalah berupa; 1. distribusi pupuk yang
sering terlambat dan kurang dari jumlah yang dibutuhkan 2. modal yang
112
pas-pasan sementara dibutuhkan modal yang sangat besar. 3. hama dan penyakit yang semakin merajalela, 4. ketidakseimbangan biaya dan
harga jual, 5. ketidakstabilan harga pasar, 6. respon masyarakat yang kurang baik terhadap produksi usahatani, seperti: adanya isu flu burung
sehingga mengurangi proporsi pembelian ayam potong ataupun adanya import beras yang mengakibatkan posisi tawar petani semakin terpuruk,
7. kondisi tanah yang kering dan kemiringannya lebih dari 50 persen, sehingga secara sosial harus menjadi hutan rakyat sementara pengolahan
tanah secara teknis tidak dapat ditanami tanaman pangan, 8. sewa tanah mayoritas petani tidak memiliki tanah, 9. teknologi yang tidak langsung
“menyentuh” petani tingkat pendidikan petani yang masih rendah 10. kerusakan lingkungantanah debit air semakin berkurangterbatas
dan, 11. kurang adanya respon yang positif dari pemerintah terhadap kegiatan usahatani. Sementara itu responden perempuan secara spesifik
mengemukakan masalah kurangnya permodalan untuk pengadaan sarana dan prasarana produksi terutama pupuk.
Tabel 29. Pendapat laki-laki dan perempuan tentang alokasi penggunaan lahan, masalah yang dihadapi, solusi yang pernahakan
dilakukan, akses dan kontrol pada pola usahatani mixed
farming di Kabupaten Karanganyar.
Pola usahatani mixed farming Laki-laki
Perempuan
1. Alokasi penggunaan lahan o
Hutan konservasi Hutan Rakyat o
Permukiman o
Pasar Desa o
Sungai Sawah o
Tegalan Ya
Ya Ya
Ya Ya
Ya Ya
Ya Ya
Ya
2. Komoditas yang diusahakan o
Padi, cabe, sawi, boncang, wortel, kayu pinus, sengon, tanaman keras cengkeh,
hotikultur dan peternakan o
Sayuran Ya
Ya 3. Komoditas yang diusahakan
o Distribusi pupuk
o Modal yang pas-pasan sementara
dibutuhkan modal yang sangat besar o
Hama dan penyakit tanaman yang semakin merajalela
o Ketidakseimbangan biaya dengan harga jual
Ya Ya
Ya Ya
113
Tabel 29 lanjutan
o Ketidakstabilan harga pasar sesuai dengan
kurs mata uang Ya
o Respon masyarakat yang kurang baik
terhadap produktivitas kegiatan usahatani, seperti: adanya isu flu burung mengurangi
proporsi pembelian ayam potong ataupun adanya import beras yang mengakibatkan
posisi petani semakin terpuruk
o Kondisi tanah yang kering dan
kemiringannya lebih dari 50, sehingga secara sosial harus menjadi hutan rakyat
sementara pengolahan tanah secara teknis tidak dapat ditanami tanaman pangan
o Sewa tanah mayoritas petani tidak memiliki
tanah o
Teknologi yang tidak langsung “menyentuh” petani tingkat pendidikan petani yang masih
rendah o
Kerusakan lingkungantanah debit air semakin berkurangterbatas
o Kurang adanya respon yang positif dari
pemerintah terhadap kegiatan usahatani o
Meningkatnya harga pupuk mengakibatkan ketidakseimbangan harga jual, sementara
produktivitas semakin turun o
Kurangnya modal untuk saprodi Ya
Ya Ya
Ya Ya
Ya Ya
Ya
Pola usahatani mixed farming Laki-laki
Perempuan
4. Solusi yang pernahakan dilakukan o
Penegakan aturan pemerintah o
Mencari pinjaman dengan sistem “gaduh” dan perbankan
o Kompensasi pemakaian sumber air kepada
pemilik lahan o
Mengganti komoditas o
Pemanfaatan sesuai dengan kebutuhan o
Pinjam modal kepada RTTetangga Ya
Ya Ya
Ya Ya
Ya 5. Akses dan Kontrol
o Penghijauan
o Mengelola keuangan
o Penentuan jenis komoditas
o Pemasaran
o Pengarahanpengambil kebijakan
Ya Ya
Ya Ya dominan
Ya
Dalam menghadapi permasalahannya, solusi yang diterapkan oleh laki-laki adalah dengan cara berusaha untuk menerapkan aturan
pemerintah tentang distribusi dan pengadaan pupuk, mencari pinjaman
114
dengan sistem “gaduh” dan perbankan, kompensasi sumber air kepada pemilik lahan, mengganti komoditas yang diusahakan, sedangkan
perempuan dalam mengatasi kekurangan modal adalah dengan mengurangi volume usaha atau dengan kata lain kegiatan usahatani
disesuaikan dengan kemampuan permodalan yang dimiliki dan mencari sumber modal dengan cara meminjam kepada tetangga atau Ketua Rukun
Tetangga Pak RT. Dalam melakukan kegiatan usahatani
mixed farming, ada perbedaan akses dan kontrol antara laki-laki dan perempuan , misalnya;
dalam hal penentuan jenis komoditas yang akan diusahakan lebih dominan dilakukan oleh laki-laki, sementara itu perempuan lebih dominan
dalam hal pemasaran dan pengelolaan keuangan. Berdasarkan Tabel 30, akses dan kontrol terhadap sumberdaya
usahatani mixed farming antara lain: lahan tegalansawah, tanaman
palawija, sayuran, dan ternak, informasi , pendidikan, pelatihan, penyuluhan pertanian, hasil penjualan panen, modal, kredit, peralatan,
penyemaian atau pembibitan, pemupukan, penyiraman, perawatan dan pemeliharaan, pengolahan pada saat panen, pemasaran, pola tanam,
pengendalian hama dan penyakit, dan pengolahan lahan. Akses petani laki-laki dan perempuan terhadap sumberdaya tergolong tinggi karena
laki-laki dan perempuan memiliki kesempatan yang hampir sama. Laki- laki dan perempuan saling membantu dan bergantian atau bekerjasama
dalam melakukan kegiatan usahatani. Laki-laki dan perempuan memiliki hak dan kesempatan dalam memanfaatkan sumberdaya. Dengan
kesempatan yang mereka miliki, laki-laki dan perempuan juga memiliki penguasaan kontrol terhadap sumberdaya tersebut. Akses dan kontrol
terhadap sumberdaya pada kegiatan usahatani mixed farming menurut
responden laki-laki dan perempuan dapat dilihat pada Tabel 30. Berdasarkan Tabel 30, responden laki-laki menyatakan bahwa
akses terhadap sumberdaya didominasi oleh laki-laki, terutama terhadap sumberdaya informasi, penyuluhan pertanian, pelatihan, pendidikan,
115
modal, kredit, peralatan, penyemaian atau pembibitan, pemupukan, penyiraman, pengolahan hasil pada saat panen, pola tanam,
pengendalian hama dan penyakit, dan pengolahan tanah. Akses yang dominan dimiliki oleh perempuan adalah hasil penjualan panen dan
pemasaran. Responden perempuan juga menyatakan bahwa akses terhadap
sumberdaya didominasi oleh laki-laki, terutama terhadap sumberdaya lahan pertanian, informasi , pendidikan, pelatihan, penyuluhan pertanian,
modal, kredit, peralatan, penyemaian atau pembibitan, pemupukan, perawatan dan pemeliharaan, pengolahan hasil panen, pola tanam,
pengendalian hama dan penyakit, dan pengolahan tanah. Akses yang dominan dimiliki oleh perempuan adalah hasil penjualan panen,
penyiraman dan pemasaran. Menurut responden perempuan, perempuan juga memiliki peran dalam perdagangan atau pemasaran serta
pengaturan hasil penjualan panen. Sedangkan kontrol, menurut responden perempuan didominasi oleh laki-laki. Perempuan hanya
memiliki kontrol terhadap, pemasaran dan hasil penjualan panen dan perempuan memiliki kecenderungan ikut pendapat laki-laki.
Tabel 30.
Akses dan kontrol laki-laki dan perempuan terhadap sumberdaya dan tahapan kegiatan usahatani
mixed farming di Kabupaten Karanganyar.
Akses Kontrol Responden
Petani Laki-laki
Responden Petani
Perempuan Responden
Petani Laki-laki
Responden Petani
Perempuan Sumberdaya dan
tahapan kegiatan usahatani
mixed farming
Petani L
Petani P
Petani L
Petani P
Petani L
Petani P
Petani L
Petani P
Sumberdaya
1. Lahan tegalansawah
88,33 53,33 83,33 63,33 33,33 30,00 60,00 43,33 2. Tanaman
palawija, sayuran, ternak
86,67 76,67 80,00 83,33 73,33 30,00 56,67 50,00 3. Informasi
85,00 70,00
80,00 76,67 83,00 43,33 56,67 66,67 4. Pendidikan
70,00 56,67
73,33 53,33 66,67 36,67 63,33 40,00 5. Pelatihan
83,33 23,33
80,00 20,00 73,33 10,00 76,67 20,00 6. Penyuluhan
Pertanian 82,67 13,33 86,67 20,00 83,33 10,00 83,33 20,00
7. Hasil Penjualan
Panen 63,33 93,33 56,67 93,33 36,67 73,33 16,67 83,33
116
Tabel 30 lanjutan
8. Modal 83,33
50,00 80,00
70,00 63,33 36,67 63,33 53,33 9. Kredit
70,00 33,33
70,00 43,33 53,33 26,67 56,67 36,67
10. Peralatan 83,67
53,33 93,33 66,67 86,67 26,67 73,33 26,67
Tahapan Kegiatan
1. Pengolahan tanah
86,67 36,67 96,67 6,67 83,33 10,00 90,00 10,00 2. Pembibitan
85,67 63,33
83,33 66,67 73,33 30,00 66,67 36,67 3. Pola Tanam
73,33 43,33
90,00 36,67 83,33 20,00 86,67 16,67 4. Pemupukan
80,00 53,33
80,00 53,33 70,00 26,67 66,67 33,33 5. Perawatan
Pemeliharaan 86,67 76,67 83,33 66,67 63,33 43,33 60,00 60,00
6. Penyiraman 82,00
75,00 66,67 76,67 66,67 36,67 56,67 53,33
7. Pengendalian hamapenyakit
83,67 36,67 90,00 23,33 86,67 13,33 93,33 16,67 8. Pengolahan
hasil panen 75,00 73,33 76,67 86,67 60,00 46,67 56,67 60,00
9. Pemasaran 76,67
86,67 66,67 83,00 53,33 66,67 40,00 83,33
Keterangan : L : Laki-laki
P :
Perempuan
Berdasarkan Tabel 30, dapat diketahui bahwa menurut responden laki-laki dan perempuan, laki-laki dan perempuan memiliki akses dan
kontrol terhadap sumberdaya dan kegiatan usahatani mixed farming,
meskipun akses dan kontrol tersebut lebih banyak didominasi oleh laki- laki. Hal ini disebabkan oleh keberadaan perempuan yang lebih banyak
mencurahkan waktu untuk bekerja pada jenis pekerjaan domestik, sedangkan pekerjaan usahatani lebih kepada keinginan untuk
meringankan beban kerja suami. Pada Tabel 31, dapat dilihat nilai IKKG yang menunjukkan pola
relasi gender pada pola usahatani mixed farming. Sebagaimana yang
terjadi pada pola usahatani yang dibahas sebelumnya, pola relasi gender baik aspek akses maupun kontrol terhadap sumberdaya dominasi laki-laki
terhadap perempuan terjadi hampir pada semua variabel kecuali variabel lahan tegalan. Pada variabel ini kontrol terhadap sumberdaya lahan
tegalan dilakukan secara bersama-sama antara laki-laki dan perempuan. Artinya, baik perempuan maupun laki-laki memiliki peran yang sama
dalam hal penguasaan sumberdaya lahan lahan tegalan. Disamping itu peran yang sama juga terlihat pada akses dan kontrol terhadap informasi
117
dan akses terhadap tanamanternak yang diusahakan. Sedangkan variabel hasil penjualan, peran perempuan lebih dominan dibanding laki-
laki baik dalam hal akses maupun kontrol. Pada variabel informasi, laki-laki dan perempuan memiliki peran
secara bersama-sama baik dalam hal akses maupun kontrol terhadap informasi. Kondisi relasi gender seperti ini akan memberikan nilai positif
bagi keluarga petani karena sumberdaya informasi terutama yang berhubungan dengan harga komoditas hasil produksi pertanian maupun
sarana produksi pertanian akan membantu petani dalam mengambil keputusan secara tepat dan menguntungkan. Nilai IKKG untuk setiap
variabel sumberdaya dan tahapan kegiatan usahatani pada aspek akses dan kontrol dapat dilihat pada Tabel 31.
Tabel 31 memperlihatkan bahwa pola relasi gender yang terlihat secara bersama-sama antara laki-laki dan perempuan pada tahapan
kegiatan usahatani adalah variabel perawatan dan pemeliharaan tanamanternak dan kontrol terhadap pengolahan hasil panen dan
penyiraman. Artinya merawat dan memelihara tanamanternak serta menentukan teknis pengolahan hasil panen dan penyiraman tanaman
dilakukan secara bersama-sama oleh laki-laki dan perempuan. Sedangkan pada variabel pengolahan hasil panen dan pemasaran, peran
perempuan jauh lebih dominan dibanding laki-laki. Tabel 31. Pola Relasi gender pada aspek akses-kontrol laki-laki dan
perempuan pada pola usahatani mixed farming
Akses Kontrol Sumberdaya dan
Tahapan Kegiatan Usahatani
IKKG
Klasifikasi
IKKG
Klasifikasi
Gabungan
Sumberdaya
1. Penyluhan pertanian 0.04 DL
0.04 DL DL-DL
2. Pelatihan 0.06 DL
0.06 DL DL-DL
3. Lahan tegalan 0.23 DL
0.66 BS DL-BS
4. Peralatan 0.19 DL
0.09 DL DL-DL
5
. Kredit
0.27 DL 0.38 DL
DL-DL 6. Modal
0.34 DL 0.47 DL
DL-DL 7. Pendidikan
0.48 DL 0.33 DL
DL-DL
118
Tabel 31 lanjutan
Akses Kontrol Sumberdaya dan
Tahapan Kegiatan Usahatani
IKKG
Klasifikasi
IKKG
Klasifikasi
Gabungan 8. Informasi
0.58 BS 0.53 BS
BS-BS 9. Tanaman-ternak
0.80 BS 0.36 DL
BS-DL
10. Hasil penjualan panen
9.33 DP 9.94 DP
DP-DP
Tahapan Kegiatan
1.
Pengendalian hama dan penyakit
0.06 DL 0.02 DL
DL-DL
2. Pengolahan tanah
0.03 DL 0.02 DL
DL-DL 3. Pola tanam
0.15 DL 0.04 DL
DL-DL 4. Pemupukan
0.29 DL 0.20 DL
DL-DL 5. Pembibitan
0.34 DL 0.21 DL
DL-DL 6. Perawatanpemeliharaan
0.45 DL 0.66 BS
DL-BS 7. Penyiraman
1.08 DP 0.51 BS
DP-BS 8. Pengolahan hasil panen
1.27 DP 0.82 BS
DP-BS 9. Pemasaran
2.21 DP 3.43 DP
DP-DP
Keterangan: 1. Penyuluhan pertanian
6. Modal 2. Pelatihan
7. Pendidikan 3. Lahan tegalan
8. Informasi 4. Peralatan
9. Tanaman-ternak 5. Kredit
10. Hasil penjualan panen
Gambar 23. Pemetaan relasi gender pada pola usahatani mixed farming
aspek sumberdaya
119
Hasil pemetaan nilai IKKG yang menunjukkan posisi variabel- variabel sumberdaya dan tahapan kegiatan dapat dilihat pada Gambar 23
dan 24. Variabel-variabel yang memiliki nilai IKKG DL pada aspek akses maupun kontrol berada pada kotak paling kiri-bawah. Hal serupa juga
berlaku untuk variabel-variabel tahapan kegiatan usahatani yang memperlihatkan posisi variabel tersebut dalam satu titik koordinat akses
dan kontrol. Pada pola usahatani mixed farming, posisi varibel
sumberdaya tersebar di lima kotak pola relasi gender, sedangkan variabel tahapan kegiatan hanya tersebar di empat kotak pola relasi
gender.
Keterangan 1. Pengendalian hama dan penyakit
6. Perawatanpemeliharaan 2. Pengolahan tanah
7. Penyiraman 3. Pola tanam
8. Pengolahan hasil panen 4. Pemupukan
9. Pemasaran 5. Pembibitan
Gambar 24. Pemetaan relasi gender pada pola usahatani mixed farming
aspek tahapan kegiatan Posisi letak variabel sumberdaya dan tahapan kegiatan dalam pola
relasi gender mengambarkan bagaimana pola relasi gender pada akses
120
dan kontrol dalam pola usahatani mixed farming memiliki kondisi yang
berbeda. Berdasarkan Tabel 32, ada tiga variabel yang termasuk kategori variabel internal, yaitu; lahan tegalan,tanaman-ternak dan hasil penjualan
panen, sedangkan variabel yang termasuk kategori internal dan eksternal ada satu yaitu variabel pendidikan. Variabel-variabel pada tahapan
kegiatan usahatani semuanya termasuk variabel internal. Namun ada dua variabel yang termasuk kategori internal dan eksternal Tabel 31,
yaitu pengendalian hama dan penyakit serta pemupukan. Variabel internal dapat berfungsi sebagai variabel peubah untuk memperbaiki
kondisi relasi gender yang terjadi saat ini. Sedangkan yang termasuk kategori variabel eksternal sebanyak enam variabel, yaitu; penyuluhan
pertanian, pelatihan, peralatan, kredit, modal, informasi Tabel 32. Untuk melakukan perbaikan terhadap variabel eksternal tersebut memerlukan
intervensi pihak luar pemerintah sehingga pola relasi gender pada pola usahatani
mixed farming dapat menjadi lebih baik. Tabel 32. Formulasi arahan kebijakan berdasarkan kondisi relasi
gender aspek sumberdaya usahatani mixed farming.
Variabel dan Arahan kebijakan Kondisi saat ini
Internal Eksternal
1. Penyuluhan pertanian 2. Pelatihan
4. Peralatan 5. Kredit
6. Modal 7. Pendidikan
Arahan kebijakan: Tingkatkan akses dan kontrol perempuan.
DL-DL DL-DL
DL-DL DL-DL
DL-DL DL-DL
- -
- -
-
√ √
√ √
√ √
√
3. Lahan tegalan 8. Informasi
9. Tanaman-ternak Arahan kebijakan:
a. Tingkatkan akses perempuan 3.
b. Optimalkan akses dan kontrol laki-laki dan perempuan 8
c. Tingkatkan kontrol perempuan 9
DL-BS BS-BS
BS-DL √
- √
- √
-
10. Hasil penjualan panen Arahan kebijakan: Tingkatkan
akses dan kontrol laki-laki DP-DP
√ -
121
Tabel 33. Formulasi arahan kebijakan berdasarkan kondisi relasi gender aspek tahapan kegiatan usahatani
mixed farming.
Variabel dan Arahan kebijakan
Kondisi saat ini Internal
Eksternal 1. Pengendalian hama dan
penyakit 2. Pengolahan tanah
3. Pola tanam 4. Pemupukan
5. Pembibitan Arahan kebijakan:
Tingkatkan peran perempuan.
DL-DL DL-DL
DL-DL DL-DL
DL-DL √
√ √
√ √
√ -
- √
-
6. Perawatan pemeliharaan
7. Penyiraman 8. Pengolahan hasil panen
Arahan kebijakan:
a. Optimalkan peran laki-laki dan perempuan 6.
b. Tingkatkan akses laki-laki 7 dan 8
BS-BS DP-BS
DP-BS √
√ √
- -
-
9. Pemasaran Arahan kebijakan:
Tingkatkan peran laki-laki DP-DP
√ -
Berdasarkan Tabel 32 dan 33, ada 11 variabel yang akses dan kontrol perempuan perlu ditingkatkan. Variabel tersebut berasal dari aspek
sumbedaya sebanyak enam variabel dan tahapan kegiatan usahatani sebanyak lima variabel. Sedangkan akses dan kontrol laki-laki perlu
ditingkatkan ada dua variabel, yaitu pemasaran dan hasil penjualan. Peningkatan peran laki-laki dan perempuan bersama-sama secara optimal
perlu dilakukan pada variabel akses dan kontrol terhadap informasi. Pada Gambar 25, disajikan secara skematis arahan kebijakan
yang diperlukan dalam rangka memperbaiki pola relasi gender pada pola usahatani
mixed farming agar kesejahteraan petani meningkat. Secara garis besar ada tiga bentuk arahan kebijakan yang diperlukan, yaitu:
1. Tingkatkan akses dan kontrol perempuan terhadap sumberdaya penyuluhan pertanian, pelatihan, peralatan, kredit, modal, pendidikan
dan modal serta pada tahapan kegiatan usahatani dalam bentuk
122
kegiatan pengendalian hama dan penyakit, pengolahan tanah, pola tanam, pemupukan dan pembibitan.
2. Tingkatkan akses perempuan terhadap sumberdaya lahan tegalan dan tingkatkan peran laki-laki dan perempuan secara optimal pada
variabel lahan tegalan, informasi, pengolahan hasil panen, penyiraman, dan perawatanpemeliharaan tanaman-ternak.
3. Tingkatkan akses dan kontrol laki-laki terhadap sumberdaya hasil penjualan panen dan pemasaran.
Kondisi Saat Ini Tingkatkan Akses
Tingkatkan kontrol
1. Penyuluhan pertanian 2. Pelatihan
3. Peralatan 4. Kredit
5. Modal 6. Pendidikan
1. Pengendalian hama penyakit
2. Pengolahan tanah 3. Pola tanam
4. Pemupukan 5. Pembibitan
5.Perawatanpemeliharaan 9. Pemasaran
Sumber Daya
Tahapan Kegiatan
9. Informasi
Keterangan
Ket:
Tingkatkan Pertahankan
♂♀ ♀
♀
♀ ♀
♂♀ ♂
♂
Hambatan: 1. Sosial
Budaya 2. Kualitas
SDM petani
♂♀
8. Tanaman - ternak
♀
7. Lahan tegalan
♂♀ ♀
7. Penyiraman 8. Pengolahan hasil panen
♂ ♂♀
♂♀
♀
10. Hasil penjulan panen
♂ ♂
Potensi: 1. Komitmen
pengambil kebijakan
2. Kualitas SDA
Gambar 25. Pemetaan kebijakan berdasarkan relasi gender pada pola usahatani
mixed farming
5.3.6. Pola usahatani monokultur tanaman hias bunga