Kegagalan kegiatan pembangunan masyarakat dapat diakibatkan
oleh perencanaan pembangunan yang didesain oleh orang di luar komunitas yang mengabaikan kapasitas, prioritas dan kebutuhan
perempuan dan laki-laki. Meskipun telah disurvai, perencanaan tetap dibuat oleh orang di luar komunitas, tanpa melibatkan masyarakat
setempat. Pendekatan partisipasif bertujuan mendukung masyarakat untuk melaksanakan pembangunan dengan menggunakan pengetahuan
di luar komunitas. Karena meskipun perempuan dan laki-laki mengetahui keterbatasan dan kesempatan di komunitas, mereka tidak tahu apa-apa.
Sebagai contoh, petani kecil tidak diuntungkan karena kurangnya pengetahuan tentang program pembangunan termasuk teknologi dan
metode yang baru, bahkan tidak mengetahui kebijakan pemerintah, pasar dan input pertanian yang lebih baik. Oleh karena itu, selain menggali lebih
dalam pengetahuan lokal, para petani juga perlu diberi akses informasi lebih mudah untuk dapat memberikan masukan dalam pengambilan
keputusan.
2.6. Proses Hirarki Analisis
Penentuan aspek prioritas dan varibel utama dalam sistem usahatani berkelanjutan dilakukan melalui Proses Hirarki Analisis Analytical
Hierarchy Process—AHP. Sebagai alat analisis AHP memiliki keunggulan-keunggulan seperti: fleksibel, sederhana, praktis dan mampu
digunakan dalam menganalisis suatu masalah yang memiliki kriteria atau atribut yang kompleks sehingga menyebabkan pemilihan alternatif
menjadi sulit. Menurut Saaty 2000, AHP merupakan sebuah pendekatan pengambilan keputusan yang dirancang dan didesain untuk membantu
menyelesaikan permasalahan dengan kriteria yang kompleks dan diprioritaskan pada kriteria yang paling dominan.
AHP merupakan suatu metode pengambilan keputusan yang menghubungkan: 1 parameter atau kriteria yang tidak dapat dihitung
intangible menjadi dapat dihitung tangible, 2 penilaian kriteria yang bersifat subyektif menjadi obyektif, dan menghubungkan keduanya untuk
menyusun pilihan dalam pengambilan keputusan. AHP menyediakan
26
metode untuk merepresentasikan suatu sistem yang kompleks menjadi lebih terstruktur, hirarkis, sederhana, mudah dipahami digestable dengan
menampilkan parameter penciri sesuai kedudukan dan bobotnya terhadap pilihan solusi yang disediakan.
2.7. Analisis Kebijakan
Analisis kebijakan pada dasarnya mencakup tiga hal utama, yaitu bagaimana merumuskan kebijakan, implementasi kebijakan dan evaluasi
kebijakan Dwijowijoto, 2003. Setiap kebijakan dirumuskan untuk tujuan tertentu yaitu mengatur sistem yang sedang berjalan untuk mencapai
tujuan visi dan misi bersama yang telah disepakati. Analisis kebijakan adalah tindakan yang diperlukan dalam proses pembuatan sebuah
kebijakan, baik kebijakan yang baru sama sekali, atau kebijakan yang baru sebagai konsekuensi dari kebijakan yang ada. Analisis kebijakan
merupakan suatu keharusan bagi perumus kebijakan, namun tidak terlalu ditekankan pada implementasi kebijakan. Namun demikian, evaluasi
kebijakan merupakan bagian dari analisis kebijakan yang cenderung mengarah pada prosedur dan manfaat dari kebijakan. Meskipun analisis
kebijakan lebih difokuskan pada perumusan, tapi pada prinsipnya setiap analisis kebijakan pasti mencakup evaluasi kebijakan yang ada. Menurut
Aminullah 2004, analisis kebijakan pada dasarnya adalah menemukan langkah strategis untuk mempengaruhi sistem. Ada dua pilihan skenario
yang dapat dilakukan untuk mempengaruhi kinerja sistem yaitu : 1. Kebijakan Fungsional, skenario dengan tindakan yang mempengaruhi
fungsi dari unsur sistem tanpa merubah sistem. 2.
Kebijakan Struktural, skenario dengan tindakan yang akan menghasilkan sistem yang berbeda.
Tujuan dari analisis kebijakan adalah menganalisis dan mencari alternatif kebijakan yang dapat dipakai sebagai dasar pengambilan
keputusan bagi pembuat atau penentu kebijakan. Analis kebijakan hanyalah penasehat kebijakan bukan penentu kebijakan. Seorang analis
kebijakan memerlukan hal-hal sebagai berikut.
27
1. Analis harus tahu bagaimana mengumpulkan, mengorganisasi dan mengkomunikasikan informasi dalam situasi dimana terdapat
keterbatasan waktu dan akses. 2. Analis membutuhkan perspektif pandangan untuk melihat masalah-
masalah sosial yang dihadapi dalam konteknya. 3. Analis membutuhkan kemampuan tehnik agar dapat memprediksi
kebijakan yang diperlukan dimasa yang akan datang dan mengevaluasi alternatif kebijakan dengan lebih baik.
4. Analis harus mengerti institusi dan implementasi dari masalah yang diamati untuk dapat meramalkan akibat dari kebijakan yang dipilih,
sehingga dapat menyusun fakta dan argumentasi secara lebih efektif. 5. Analis harus mempunyai etika moral.
2.8. Hasil Penelitian Terdahulu