Pola usahatani monokultur sayuran

sehingga yang selama ini kegiatan-kegiatan tersebut didominasi oleh kaum perempuan, diharapkan kaum laki-laki akan terjun dan berkiprah dibidang tersebut, melalui peningkatan pengetahuan dan wawasannya. Kondisi Saat Ini Tingkatkan Akses Tingkatkan kontrol 1. Penyuluhan pertanian 2. Pelatihan 3. Peralatan 4. Kredit 5. Varietas Padi 6. Pendidikan 7. Modal 8. Lahan sawah 10.Hasil Penjualan Panen 1. Pengolahan tanah 2. Pengendalian hama penyakit 3. Pola tanam 4. Pemupukan 5. Pembibitan 6.Perawatanpemeliharaan 7. Pengolahan hasil panen 8. Pemasaran Sumber Daya Tahapan Kegiatan

9. Informasi

Keterangan Ket: Tingkatkan Pertahankan ♂♀ ♀ ♀ ♀ ♀ ♀ ♂♀ ♂ ♂ ♂♀ TH ♂♀ ♂♀ Hambatan: 1. Sosial Budaya 2. Kualitas SDM petani Potensi: 1. Komitmen pengambil kebijakan 2. Kualitas SDA Gambar 13. Pemetaan kebijakan berdasarkan relasi gender pada pola usahatani monokultur padi

5.3.2. Pola usahatani monokultur sayuran

Tabel 14 menunjukkan bahwa laki-laki dan perempuan dalam melakukan kegiatan usahatani monokultur sayuran memberikan informasi yang sama bahwa alokasi penggunaan lahan di wilayahnya adalah untuk kegiatan usahatani sayuran 95 produktif dan 5 tidak produktif. Dari hasil diskusi dengan laki-laki diperoleh informasi bahwa mereka mengalami kesulitan dalam hal pemasaran, keuntungan yang sedikit karena produktivitas rendah dan biaya transportasi yang tinggi, sulit memperoleh modal usaha, KUD tidak berjalan dengan baik, penguasaan teknologi budidaya yang masih terbatas, kebijakan harga yang tidak memihak pada petani, tidak bisa membedakan obat hama yang asli dan palsu, belum tersosialisasinya pupuk organik secara keseluruhan, biaya 80 perawatan tanaman besar, terbatasnya pasokan bibit unggul, dan penanganan pascapanen belum ada yang dilakukan oleh petani sendiri. Perempuan sering menghadapi masalah berupa harga sarana dan prasarana produksi yang mahal dan harga produk hasil pertanian yang murah, sehingga mereka memperoleh keuntungan yang sedikit. Tabel 14. Pendapat laki-laki dan perempuan tentang alokasi penggunaan lahan, masalah yang dihadapi, solusi yang pernahakan dilakukan, akses dan kontrol pada pola usahatani monokultur sayuran di Kabupaten Karanganyar. Pola usahatani monokultur sayuran Laki-laki Perempuan 1. Alokasi penggunaan lahan o Usahatani monokultur sayuran 95 , lahan tidak produktif 5. o Hutan PERHUTANI o Permukiman o Obyek Wisata o Mata Air Ya Ya Ya Ya Ya Ya Ya Ya Ya Ya 2. Masalah yang dihadapi o Pemasaran o Keuntungan sedikit karena produktivitas rendah o Biaya transportasi tinggi sehingga keuntungan rendah o Modal sulit o KUD tidak berjalan dengan baik o Teknologi rendah, masih secara manual o Kebijakan harga yang tidak memihak pada petani o Tidak bisa membedakan obat hama yang asli dan palsu o Belum tersosialisasinya pupuk organik secara keseluruhan o Biaya perawatan tanaman besar o Terbatasnya jumlah bibit unggul o Penanganan pasca panen belum ada yang dilakukan oleh petani sendiri o Harga sarana produksi pertanian yang mahal o Biaya produksi tinggi namun harga jual rendah sehingga keuntungan sedikit Ya Ya Ya Ya Ya Ya Ya Ya Ya Ya Ya Ya Tidak ada jawaban Ya Ya 3. Solusi yang pernahakan dilakukan o Pertemuan anggota kelompok tani untuk berdiskusi dan mencari solusi masalah pupuk, hama dan saprotan dan lain-lainnya o Agar harga jual tidak turun maka dibuatlah kesepakatan untuk melakukan diversivikasi pergiliran Ya Ya Ya Ya 81 Tabel 14 lanjutan Pola usahatani monokultur sayuran Laki-laki Perempuan tanaman pada masing-masing petani o Rencana pembentukan asosiasi sayur Ya Ya 4. Akses dan kontrol terhadap o Dalam mengatasi masalah usahatani, pihak yang lebih berperan adalah; Laki- laki o Kesepakatan antara laki-laki dan perempuan. Untuk masalah harga dan pemasaran adalah dominan Perempuan sedangkan pekerjaan yang berat dilakukan oleh laki-laki Ya Ya Ya Ya Kegiatan usahatani monokultur sayuran menunjukkan adanya perbedaan akses dan kontrol pengambilan keputusan antara laki-laki dan perempuan dalam mengatasi masalah yang dihadapi. Laki-laki lebih berperan dalam mengatasi masalah yang berhubungan dengan ketersediaan sarana dan prasarana, modal, pemeliharaan dan perawatan tanaman, sedangkan yang mengatur masalah harga dan pemasaran yang lebih berperan adalah perempuan. Pada saat mengolah tanah atau pekerjaan berat lainnya yang lebih berperan adalah laki-laki. Pada saat panen dan pengolahan pascapanen mensortir hasil produk pertanian yang lebih berperan adalah perempuan. Berbeda dengan komoditi yang lain, keluarga petani sayuran antara suami dan isteri umumnya telah bersama dalam pengambilan keputusan. Perbedaan peran laki-laki dan perempuan dalam kegiatan usahatani monokultur sayuran, selain dikarenakan masih kuatnya budaya patriarkhi juga disebabkan masih adanya stereotipi perbedaan peran dan tanggungjawab antara laki-laki dan perempuan. Di sisi lain, isteri mendapatkan keuntungan tambahan dari kegiatan usahatani sayuran karena isteri sebagai penanggungjawab penyedia menu makanan keluarga dapat memperoleh berbagai macam sayur dari hasil usahatani mereka sendiri, sehingga dapat mengurangi curahan waktu mencari dan atau membeli bahan sayur-manyur kebutuhan keluarga. 82 Akses dan kontrol terhadap beragam sumberdaya monokultur sayuran antara lain adalah; lahan tegalan, tanaman sayuran, informasi dan media, pendidikan, pelatihan, penyuluhan pertanian, hasil penjualan panen, modal, kredit, peralatan. Adapun tahapan kegiatan usahatani monokultur sayuran adalah pengolahan tanah, pembibitan, pola tanam, pemupukan, pemeliharaan, penyiraman, pengendalian hama dan penyakit, pengolahan hasil panen, dan pemasaran. Akses anggota rumahtangga petani sayuran suami dan isteri terhadap sumberdaya tergolong tinggi karena suami dan isteri memiliki kesempatan yang sama. Suami dan isteri saling membantu secara bergantian sesuai dengan peran masing-masing pada tiap tahapan kegiatan usahatani atau melakukan kegiatan usahatani tertentu. Akses dan kontrol terhadap sumberdaya pada kegiatan usahatani monokultur sayuran menurut responden laki-laki dan perempuan dapat dilihat pada Tabel 15. Tabel 15. Akses dan kontrol laki-laki dan perempuan terhadap sumberdaya dan tahapan kegiatan usahatani monokultur sayuran di Kabupaten Karanganyar. Akses Kontrol Responden Petani Laki-laki Responden Petani Perempuan Responden Petani Laki-laki Responden Petani Perempuan Sumberdaya dan tahapan kegiatan usahatani monokultur sayuran Petani L Petani P Petani L Petani P Petani L Petani P Petani L Petani P Sumberdaya 1. Lahan tegalan 73,33 63,33 83,33 73,33 73,33 30,00 60,00 43,33 2. Tanaman sayuran 86,67 86,67 80,00 83,33 73,33 30,00 56,67 50,00 3. InformasiMedia 85,00 70,00 80,00 76,67 80,00 43,33 56,67 66,67 4. Pendidikan 80,00 56,67 73,33 53,33 66,67 36,67 63,33 40,00 5. Pelatihan 73,33 23,33 80,00 20,00 73,33 10,00 76,67 20,00 6. Penyuluhan Pertanian 80,67 13,33 86,67 20,00 83,33 10,00 83,33 20,00 7. Hasil Penjualan Panen 63,33 93,33 56,67 93,33 36,67 73,33 16,67 83,33 8. Modal 83,33 50,00 80,00 70,00 63,33 36,67 63,33 53,33 9. Kredit 70,00 33,33 70,00 43,33 53,33 26,67 56,67 36,67 10. Peralatan 83,67 53,33 93,33 66,67 86,67 26,67 73,33 26,67 Tahapan Kegiatan 1. Pengolahan tanah 96,67 36,67 96,67 6,67 83,33 10,00 90,00 10,00 2. Pembibitan 86,67 63,33 83,33 66,67 73,33 30,00 66,67 36,67 3. Pola Tanam 83,33 43,33 90,00 36,67 83,33 20,00 86,67 16,67 4. Pemupukan 80,00 53,33 80,00 53,33 70,00 26,67 66,67 33,33 83 Tabel 15 lanjutan Akses Kontrol Responden Petani Laki-laki Responden Petani Perempuan Responden Petani Laki-laki Responden Petani Perempuan Sumberdaya dan tahapan kegiatan usahatani monokultur sayuran Petani L Petani P Petani L Petani P Petani L Petani P Petani L Petani P 5. Perawatan Pemeliharaan 76,67 76,67 83,33 66,67 63,33 43,33 60,00 60,00 6. Penyiraman 80,00 75,00 66,67 76,67 66,67 36,67 56,67 53,33 7. Pengendalian hama penyakit 86,67 36,67 90,00 23,33 86,67 13,33 93,33 16,67 8. Pengolahan hasil panen 80,00 73,33 76,67 86,67 60,00 46,67 56,67 60,00 9. Pemasaran 76,67 86,67 66,67 80,00 53,33 56,67 40,00 73,33 Keterangan : L : Laki-laki P : Perempuan Tabel 15 menunjukkan bahwa responden laki-laki menyatakan bahwa akses dan kontrol terhadap sumberdaya didominasi oleh laki-laki. Dari 10 sepuluh variabel sumberdaya yang ada laki-laki mendominasi 8 delapan sumberdaya yaitu sumberdaya lahan tegalan, tanaman sayuran, informasi dan media, penyuluhan pertanian, pelatihan, pendidikan, modal, kredit, dan peralatan, sedangkan perempuan hanya mendominasi 2 dua variabel akses dan kontrol sumberdaya yaitu tanaman sayuranjenis tanaman dan hasil penjualan panen. Berdasarkan tahapan kegiatan dari 9 sembilan variabel tahapan kegiatan, laki-laki menguasai 6 enam varabel kegiatan akses dan kontrol, yaitu pengolahan tanah, penyemaian atau pembibitan, pola tanam, pemupukan, pemeliharaan, pengendalian hama dan penyakit, sedangkan perempuan menguasai 3 tiga variabel kegiatan akses dan kontrol yaitu penyiraman, pengolahan hasil panen dan pemasaran. Menurut responden perempuan, perempuan juga memiliki andil dalam perdagangan atau pemasaran serta pengaturan hasil panen tersebut; sedangkan untuk kontrol, menurut responden perempuan mayoritas didominasi oleh laki-laki. Perempuan hanya memiliki kontrol terhadap pengolahan hasil panen, pemasaran, dan hasil penjualan panen. 84 Tabel 15 menunjukkan bahwa menurut responden laki-laki dan perempuan, bahwa akses dan kontrol usahatani monokultural sayuran didominasi oleh Laki-laki. Hal ini disebabkan oleh keberadaan perempuan yang lebih banyak bekerja pada jenis pekerjaan yang tidak terlalu memerlukan kekuatan fisik dan tenaga besar, namun memerlukan ketelitian dan kesabaran. Secara umum di lapangan ditemukan, bahwa pada pengelolaan usahatani monokultur sayuran peran laki-laki lebih dominan. Suami, yang dikondisikan sebagai kepala rumahtangga dan karena faktor budaya menyebabkan isteri sepenuhnya ingin mematuhi suami. Hal ini merupakan suatu keadaan yang mendukung adanya dominasi kontrol dari suami terhadap isteri dalam kegiatan usahatani monokultur sayuran. Tetapi untuk aktivitas yang berhubungan dengan penyimpanan uang hasil penjualan panen, perempuan memiliki kontrol yang dominan. Karena isteri dipercaya dapat memegang dan menyimpan uang serta dapat mengatur urusan keuangan rumahtangga dengan baik. Hal ini juga dilakukan untuk mengatur pemenuhan kebutuhan sehari-hari anggota rumahtangga. Nilai IKKG menunjukkan pola relasi gender pada pola usahatani monokultur sayuran dapat dilihat pada Tabel 16. Berdasarkan Tabel 16, pola relasi gender baik pada aspek akses maupun kontrol terhadap sumberdaya dominasi laki-laki terhadap perempuan terjadi hampir pada semua variabel kecuali variabel lahan tegalan. Pada variabel ini akses terhadap sumberdaya lahan tegalan dilakukan secara bersama-sama antara laki-laki dan perempuan. Artinya, baik perempuan maupun laki-laki memiliki peran yang sama dalam hal mengakses sumberdaya lahan lahan tegalan. Pada variabel hasil penjualan panen, peran perempuan lebih dominan daripada laki-laki baik dalam hal akses maupun kontrol. Pada variabel informasi, laki-laki dan perempuan memiliki peran secara bersama-sama baik dalam hal akses maupun kontrol terhadap informasi. Kondisi relasi gender seperti ini akan memberikan nilai positif bagi keluarga petani karena sumberdaya informasi terutama yang 85 berhubungan dengan harga komoditas hasil produksi pertanian maupun sarana produksi pertanian akan membantu petani dalam mengambil keputusan secara tepat dan menguntungkan. Nilai IKKG untuk setiap variabel sumberdaya dan tahapan kegiatan usahatani pada aspek akses dan kontrol dapat dilihat pada Tabel 16. Berdasarkan Tabel 16, pola relasi gender yang terlihat secara bersama-sama antara laki-laki dan perempuan pada tahapan kegiatan usahatani adalah variabel perawatan dan pemeliharaan tanaman dan kontrol terhadap pengolahan hasil panen dan penyiraman. Artinya pada saat merawat dan memelihara tanaman serta menentukan teknis pengolahan hasil panen dan penyiraman tanaman dilakukan secara bersama-sama antara laki-laki dan perempuan. Pada variabel pengolahan hasil panen dan pemasaran peran perempuan jauh lebih dominan daripada laki-laki. Tabel 16. Pola relasi gender pada aspek akses-kontrol laki-laki dan perempuan pada pola usahatani monokultur sayuran Akses Kontrol Sumberdaya dan Tahapan Kegiatan Usahatani IKKG Klasifikasi IKKG Klasifikasi Gabungan Sumberdaya 1. Penyuluhan pertanian 0.13 DL 0.13 DL DL-DL 2. Pelatihan 0.08 DL 0.06 DL DL-DL 3. Lahan tegalan 0.60 BS 0.29 DL BS-DL 4. Peralatan 0.19 DL 0.09 DL DL-DL 5 . Kredit 0.27 DL 0.38 DL DL-DL 6. Modal 0.34 DL 0.47 DL DL-DL 7. Pendidikan 0.37 DL 0.33 DL DL-DL 8. Informasi 0.58 BS 0.57 BS BS-BS 9. Tanaman sayuran 1.13 DP 0.36 DL DP-DL 10. Hasil penjualan panen 9.33 DP 9.94 DP DP-DP Tahapan Kegiatan 1. Pengendalian hama dan penyakit 0.06 DL 0.02 DL DL-DL 2. Pengolahan tanah 0.02 DL 0.10 DL DL-DL 3. Pola tanam 0.10 DL 0.04 DL DL-DL 4. Pemupukan 0.29 DL 0.20 DL DL-DL 5. Pembibitan 0.33 DL 0.21 DL DL-DL 6. Perawatanpemeliharaan 0.63 BS 0.66 BS BS-BS 7. Penyiraman 1.14 DP 0.51 BS DP-BS 8. Pengolahan hasil panen 1.11 DP 0.82 BS DP-BS 9. Pemasaran 1.98 DP 2.12 DP DP-DP 86 Nilai IKKG menunjukkan posisi variabel-variabel sumberdaya dan tahapan kegiatan dalam pola relasi gender. Variabel-variabel yang memiliki nilai IKKG DL pada aspek akses maupun kontrol berada pada kotak paling kiri-bawah. Hal serupa juga berlaku untuk variabel-variabel tahapan kegiatan usahatani yang memperlihatkan posisi variabel tersebut dalam satu titik koordinat akses dan kontrol. Pada pola usahatani monokultur sayuran, posisi varibel-varibel sumberdaya dan tahapan kegiatan tersebar di empat kotak pola relasi gender Gambar 14 dan 15. Posisi letak variabel sumberdaya dan tahapan kegiatan dalam peta pola relasi gender mengambarkan bagaimana pola relasi gender pada akses dan kontrol dalam pola usahatani monokultur sayuran memiliki kondisi yang berbeda. Keterangan: 1. Penyuluhan pertanian 6. Modal 2. Pelatihan 7. Pendidikan 3. Lahan tegalan 8. Informasi 4. Peralatan 9. Tanaman sayuran 5. Kredit 10. Hasil penjualan panen Gambar 14. Pemetaan relasi gender pada pola usahatani monokulur sayuran aspek sumberdaya 87 Keterangan 1. Pengendalian hama dan penyakit 6. Perawatanpemeliharaan 2. Pengolahan tanah 7. Penyiraman 3. Pola tanam 8. Pengolahan hasil panen 4. Pemupukan 9. Pemasaran 5. Pembibitan Gambar 15. Pemetaan relasi gender pada pola usahatani monokultur sayuran aspek tahapan kegiatan Pada Tabel 17, terdapat empat variabel sumberdaya yang termasuk kategori variabel internal, yaitu: pelatihan, lahan tegalan, tanaman sayuran dan hasil penjualan panen, satu variabel yang termasuk internal dan eksternal yaitu variabel pendidikan. Selebihnya termasuk variabel eksternal yaitu; penyuluhan pertanian, pelatihan, peralatan, kredit, modal, informasi. Variabel-variabel pada tahapan kegiatan usahatani semuanya termasuk variabel internal, namun terdapat dua variabel yang termasuk kategori internal dan eksternal Tabel 17, yaitu pengendalian hama dan penyakit serta pemupukan. Variabel internal dapat berfungsi sebagai variabel peubah untuk memperbaiki kondisi relasi gender yang terjadi saat ini, sedangkan yang termasuk kategori variabel eksternal sebanyak enam variabel . Untuk melakukan perbaikan terhadap variabel eksternal diperlukan intervensi pihak luar pemerintah. 88 Tabel 17. Formulasi arahan kebijakan berdasarkan kondisi relasi gender aspek sumberdaya usahatani sayuran Variabel dan Arahan kebijakan Kondisi saat ini Internal Eksternal 1. Penyuluhan pertanian 2. Pelatihan 4. Peralatan 5. Kredit 6. Modal 7. Pendidikan Arahan kebijakan: Tingkatkan peran Perempuan. DL-DL DL-DL DL-DL DL-DL DL-DL DL-DL - √ - - - √ √ √ √ √ √ √ 3. Lahan tegalan 8. Informasi 9. Tanaman sayuran Arahan kebijakan: a. Tingkatkan kontrol Perempuan 3. b. Optimalkan peran Laki- laki dan Perempuan 8 c. Tingkatkan akses Laki- laki 9 BS-DL BS-BS DP-BS √ - √ - √ - 10. Hasil penjualan panen Arahan kebijakan: Tingkatkan peran Laki-laki DP-DP √ - Rumusan arahan kebijakan untuk memperbaiki pola relasi gender pada pola usahatani monokultur sayuran disusun berdasarkan kondisi pola relasi gender yang ditunjukkan dengan nilai IKKG. Pada IKKG yang termasuk klasifikasi dominan laki-laki DL maka kebijakan yang diperlukan adalah upaya peningkatan peran perempuan pada aspek akses maupun kontrol terhadap sumberdaya dan tahapan kegiatan usahatani. Berdasarkan Tabel 17 dan 18 terdapat 10 variabel yang peran perempuan perlu ditingkatkan. Variabel tersebut berasal dari aspek sumbedaya sebanyak enam variabel dan tahapan kegiatan usahatani sebanyak empat variabel. Sedangkan peran laki-laki yang perlu ditingkatkan pada variabel pemasaran dan hasil penjualan panen. Peningkatan peran laki-laki dan perempuan yang perlu dilakukan dilakukan secara bersama-sama adalah variabel akses dan kontrol terhadap informasi dan pemeliharaan. 89 Tabel 18. Formulasi arahan kebijakan berdasarkan kondisi relasi gender aspek tahapan kegiatan usahatani sayuran Variabel dan Arahan kebijakan Kondisi saat ini Internal Eksternal 1. Pengendalian hama dan penyakit 2. Pengolahan tanah 3. Pola tanam 4. Pemupukan 5. Pembibitan Arahan kebijakan: Tingkatkan peran Perempuan. DL-DL DL-DL DL-DL DL-DL DL-DL √ √ √ √ √ √ - - √ - 6. Perawatan pemeliharaan 7. Penyiraman 8. Pengolahan hasil panen Arahan kebijakan: a. Optimalkan peran Laki-laki dan Perempuan 6. b. Tingkatkan akses Laki-laki 7 dan 8 BS-BS DP-BS DP-BS √ √ √ - - - 9. Pemasaran Arahan kebijakan: Tingkatkan peran Laki-laki DP-DP √ - Pada Gambar 16, disajikan secara skematis arahan kebijakan yang diperlukan dalam rangka memperbaiki pola relasi gender pada pola usahatani monokultur sayuran agar kesejahteraan petani meningkat. Secara garis besar ada tiga bentuk arahan kebijakan yang diperlukan, yaitu: 1. Tingkatkan akses dan kontrol perempuan terhadap sumberdaya penyuluhan pertanian, pelatihan, peralatan, kredit, modal, pendidikan dan modal, sedangkan pada tahapan kegiatan usahatani dalam bentuk kegiatan pengendalian hama dan penyakit, pengolahan tanah, pola tanam, pemupukan dan pembibitan. 2. Tingkatkan akses perempuan terhadap sumberdaya lahan tegalan dan tingkatkan peran laki-laki dan perempuan secara optimal pada variabel lahan tegalan, informasi, pengolahan hasil panen, penyiraman, dan perawatanpemeliharaan tanaman. 3. Tingkatkan akses dan kontrol laki-laki terhadap sumberdaya hasil penjualan panen dan pemasaran. 90 Kondisi Saat Ini Tingkatkan Akses Tingkatkan kontrol 1. Penyuluhan pertanian 2. Pelatihan 3. Peralatan 4. Kredit 5. Modal 6. Pendidikan 1. Pengolahan tanah 2. Pola tanam 3. Pemupukan 4. Pembibitan 5.Perawatanpemeliharaan 9. Pemasaran Sumber Daya Tahapan Kegiatan

9. Informasi

Keterangan Ket: Tingkatkan Pertahankan ♂♀ ♀ ♀ ♀ ♀ ♂♀ ♂ ♂ ♂♀ Hambatan: 1. Sosial Budaya 2. Kualitas SDM petani ♂♀ 8. Tanaman sayuran ♀ 6. Pengendalian hama penyakit ♂ 7. Lahan tegalan ♂♀ ♀ ♂♀ ♀ 7. Penyiraman 8. Pengolahan hasil panen ♂ ♂♀ 10. Hasil Penjualan panen ♂ ♂ Potensi: 1. Komitmen pengambil kebijakan 2. Kualitas SDA Gambar 16. Pemetaan kebijakan berdasarkan relasi gender pada pola usahatani monokultur sayuran.

5.3.3. Pola usahatani monokultur palawija