Hasil Penelitian Terdahulu TINJAUAN PUSTAKA

1. Analis harus tahu bagaimana mengumpulkan, mengorganisasi dan mengkomunikasikan informasi dalam situasi dimana terdapat keterbatasan waktu dan akses. 2. Analis membutuhkan perspektif pandangan untuk melihat masalah- masalah sosial yang dihadapi dalam konteknya. 3. Analis membutuhkan kemampuan tehnik agar dapat memprediksi kebijakan yang diperlukan dimasa yang akan datang dan mengevaluasi alternatif kebijakan dengan lebih baik. 4. Analis harus mengerti institusi dan implementasi dari masalah yang diamati untuk dapat meramalkan akibat dari kebijakan yang dipilih, sehingga dapat menyusun fakta dan argumentasi secara lebih efektif. 5. Analis harus mempunyai etika moral.

2.8. Hasil Penelitian Terdahulu

Beberapa hasil penelitian yang sudah dilakukan yang terkait dengan sistem usahatani berkelanjutan dan kajian hubungan antara aspek gender dan kegiatan usahatani akan diuraikan berikut ini. Menurut Adnyana 2001 pendekatan pembangunan pertanian berkelanjutan dicirikan oleh pemanfaatan hubungan sinergis antar sub sistem guna menekan penggunaan input eksternal, desentralisasi, dan lebih mengandalkan partisipasi masyarakat sebagai pelaku utama pembangunan pertanian. Ilham dan Saktyanu 1998 mengemukakan bahwa sistem usahatani berkelanjutan dapat dilakukan dengan sinergitas cabang usahatani, yaitu antara tanaman pangan dan hortikultur dengan usaha penggemukan sapi atau mengatur pola tanam seperti: pola tanam yang optimal adalah padi – padi – kedelai pada lahan sawah dan ubi jalar – kacang tanah – ubi jalar pada lahan tegalan. Bernard et al. 1998 mengemukakan bahwa terjadi disparitas pembagian kerja pada usahatani ladang antara laki-laki dan perempuan. Laki-laki menyumbang sebesar 458 jam 47,32 sedangkan perempuan sebesar 510 jam 52,68. Proses pengambilan keputusan umumnya dipengaruhi oleh dominasi keterlibatan pada setiap tahap sistem 28 usahatani yang dilakukan. Akses dan kontrol terhadap sumberdaya pendidikan dan kesehatan tidak lagi mencirikan disparitas berdasarkan jenis kelamin, kecuali akses dan kontrol terhadap sumberdaya lahan yang mengacu pada nilai anak laki-laki, dan akses terhadap sumber modal rendah. Profil partisipasi, akses, dan kontrol menggambarkan bahwa laki- laki lebih dominan dalam kegiatan usahatani dan manfaat yang strategis seperti lahan, pengelolaan air, pola tanam, penyuluhan pertanian serta pendidikan dan latihan, bahkan dalam kegiatan kemasyarakatan perempuan tidak terlibat dalam pengambilan keputusan. Perempuan mendominasi kegiatan domestik. Hal ini berakibat pada terjadinya ketimpangan dan ketidakadilan gender di sektor publik, domestik, maupun kemasyarakatan Irianto et al., 2003. Menurut Wasito 2004 profil kegiatan produktif perempuan pada etnis Tapanuli, Karo, dan Mandailing di daerah aslinya cukup besar, bahkan dapat dikatakan perempuan sebagai tulang punggung ekonomi keluarga. Hal ini menunjukkan bahwa peran perempuan penting dalam memenuhi kebutuhan keluarga melalui kegiatan usahatani. Secara rinci, berbagai hasil penelitian termasuk nama peneliti, waktu penelitian, judul, metode dan kesimpulan penelitian tersebut dapat dilihat pada Tabel 2. 29 Tabel 2. Nama Peneliti, Waktu, Judul, Metode, dan Kesimpulan Penelitian Terdahulu yang Berhubungan dengan Topik Penelitian No. Nama Peneliti Waktu Penelitian Judul Penelitian Metode Penelitian Kesimpulan 1. Wasito 2004 Aktivitas harian petani berdimensi gender dan etnis Aktivitas harian keluarga tani dikaji melalui pemahaman pedesaan secara partisipatif PPSP dengan teknik pemetaan sumberdaya, diagram aktivitas rutin harian, dan analisis mata pencaharian pada beberapa desa di Sumatera Utara. Profil kegiatan produktif perempuan pada etnis Tapanuli, Karo, dan Mandailing di daerah aslinya cukup bersar, bahkan dapat dikatakan perempuan sebagai tulang punggung ekonomi keluarga. Hal ini berbeda dengan yang ada di Langkat atau Deli Serdang, dimana peran produktifnya lebih rendah. Heterogenitas etnis yang bermukim pada satu wilayah cenderung untuk merubah pola kehidupan sesuai dengan tempat tinggal saat ini. 2. Gatot Irianto, Elza Surmaini, Rita Bur S, dan Adang Hamdani 2003 Pengintegrasian gender dalam usahatani lahan kering Untuk mendapatkan potret hubungan gender dalam sistem usahatani menggunakan metode Harvard. Selanjutnya untuk menentukan skala prioritas pengarusutamaan gender menggunakan Profil partisipasi, akses, dan kontrol menggambarkan bahwa laki-laki lebih dominan dalam kegiatan usahatani dan manfaat yang strategis seperti lahan, pengelolaan air, pola tanam, penyuluhan pertanian serta pendidikan dan latihan. Bahkan dalam kegiatan kemasyarakatan perempuan tidak terlibat dalam pengambilan keputusan, sedangkan kegiatan domestik lebih didominasi perempuan. Akibatnya terjadi ketimpangan dan ketidakadilan gender sektor publik, domestik, maupun kemasyarakatan. Skala prioritas dalam pengarusutamaan gender adalah sebagai 30 Tabel 2. Lanjutan No. Nama Peneliti Waktu Penelitian Judul Penelitian Metode Penelitian Kesimpulan Analytical Hierarchy Process AHP. berikut: 1 laki-laki saja yang aktif pada lahan tanpa dam parit, 2 laki-laki saja yang aktif pada lahan dengan dam dan parit, 3 laki-laki dan perempuan aktif pada lahan tanpa dam parit, 4. laki-laki dan perempuan aktif pada lahan dengan dam dan parit, 5 perempuan saja yang aktif pada lahan tanpa dam parit, dan prioritas terakhir 6 perempuan saja yang aktif pada lahan dengan dam parit 3. Made Oka Adnyana 2001 Pengembangan sistem usaha pertanian berkelanjutan Studi pustaka Pendekatan pembangunan pertanian konvensional di negara berkembang termasuk Indonesia dicirikan dengan padat karya, ketergantungan terhadap input kimiawi yang besar, perencanaan sentralistik, dan sistem produksi yang intensif, sedangkan pendekatan pembangunan pertanian berkelanjutan dicirikan oleh pemanfaatan hubungan sinergis antara sub sistem guna menekan penggunaan input eksternal, disentralisasi, dan lebih mengandalkan partisipasi masyarakat sebagai pelaku utama pembangunan pertanian. 31 Tabel 2. Lanjutan No. Nama Peneliti Waktu Penelitian Judul Penelitian Metode Penelitian Kesimpulan 4. Saeful Bachrein, I. Ishaq, dan V.W. Rufaidah 2000 Peranan wanita dalam pengembangan sistem usahatani lahan kering di Jawa Barat Dalam mempelajari peranan wanita dilakukan tiga tahapan diagnosis, yaitu 1 aktivitas : siapa mengerjakan apa berdasarkan waktu, tempat, dan jenis kegiatan, 2 akses dan kontrol dari anggota keluarga terhadap sumberdaya, 3 akses dan kontrol terhadap manfaat keuntungan. Aktivitas kerja laki-laki dan perempuan yang diamati ada tiga jenis, yaitu kerja produktif, kerja reproduktif, dan kerja sosial. Pengumpulan dan Analisis data menggunakan Rapid Appraisal of Agriculutural Knowledge System RAAKS • Perempuan berperanan penting dalam mendukung keberhasilan pengembangan usahatani lahan kering berkelanjutan, dengan alasan : 57,1 perempuan bersama suami bertanggung jawab mencari nafkah untuk memenuhi kebutuhan keluarga, perempuan mendominasi kegiatan reproduktif, dan perempuan mempunyai posisi yang setara dengan laki-laki suami dalam kegiatan usahatani, seperti pembenihan, penyiangan gulma, panen, dan pemasaran. • Faktor-faktor yang mendorong peranan Perempuan dalam pengembangan usahatani di lahan kering antara lain ; 1 suami-isteri secara bersama bertanggung jawab untuk mencari nafkah, 2 perempuan bekerja atas kemauan sendiri, 3 perempuan bekerja atas dorongan suami, dan 4 pekerjaan terbaik bagi perempuan dalam membantu suami adalah sebagai petani. • Faktor-faktor yang menghambat peran perempuan dalam pengembangan usahatani di lahan kering antara lain: 1 rendahnya pendidikan dan keterampilan, 2 rendahnya akses terhadap teknologi, 3 upah yang diterima lebih rendah daripada laki-laki, 4 akses anak perempuan terhadap pendidikan rendah, dan 5 belum ada teknologi khusus untuk perempuan. 32 Tabel 2. Lanjutan No. Nama Peneliti Waktu Penelitian Judul Penelitian Metode Penelitian Kesimpulan 5. Bernard B. D, Ekowati Chasana, dan Sofyan Bachmid 1998 Perspektif gender pada sistem usahatani ladang suatu studi di Desa Kabiarat Tanibar Selatan, Maluku Tenggara Penelitian dilaksankan pada MT 19971998 terhadap kelompok tani kooperator kegiatan adaptif teknologi tanaman sela pada usahatani jambu mente. Analisis gender ditelusuri dari : a deskripsi profil, pola pembagian kerja, dan curahan tenaga kerja, b deskripsi proses dan pola pengambilan keputusan keluarga, c deskripsi akses dan kontrol petani dan anggota keluarga terhadap sumberdaya lahan, keterampilanpendidikan, kesehatan dan konsumsi, d deskripsi persepsi masyarakat terhadap keterlibatan petani dan anggota keluarga, serta e deskripsi kendala-kendala yang dihadapi petani dan anggota keluarga dalam kegiatan usahatani. • Terjadi disparitas pembagian kerja pada usahatani ladang antara laki-laki dan perempuan. Laki-laki menyumbang sebesar 458 jam 47,32 sedangkan perempuan sebesar 510 jam 52,68. • Proses pengambilan keputusan umumnya dipengaruhi oleh dominasi keterlibatan pada setiap tahap sistem usahatani yang dilakukan. • Akses dan kontrol terhadap sumberdaya pendidikan dan kesehatan tidak lagi mencirikan disparitas berdasarkan jenis kelamin, kecuali askes dan kontrol terhadap sumberdaya lahan yang mengacu pada nilai anak laki-laki, dan akses terhadap sumber modal rendah. 33 Tabel 2. Lanjutan No. Nama Peneliti Waktu Penelitian Judul Penelitian Metode Penelitian Kesimpulan 6. Nyak Ilham dan Saktyanu K.D. 1998 Perencanaan sistem usahatani terpadu dalam menunjang pembangunan pertanian yang berkelanjutan ; Kasus Kabupaten Magetan, Jawa Timur Optimalisasi usahatani menggunakan program linier Linear Programming. Sistem usahatani berkelanjutan dapat dilakukan dengan sinergitas cabang usahatani, yaitu antara tanaman pangan dan holtikultura dengan usaha penggemukkan sapi. Pola tanam yang optimal adalah padi – padi – kedelai pada lahan sawah dan ubi jalar – kacang tanah – ubi jalar pada lahan tegalan. 34

III. METODE PENELITIAN

3.1. Waktu dan Lokasi Penelitian

Penelitian dilaksanakan pada bulan Juni 2005 sampai Juli 2006. Lokasi penelitian meliputi empat wilayah kecamatan di Kabupaten Karanganyar, yaitu Kecamatan Karanganyar, Kecamatan Karangpandan, Kecamatan Ngargoyoso, dan Kecamatan Tawangmangu. Peta lokasi penelitian dapat dilihat pada Gambar 3. 300 m 300 - 900 m 900 m Gambar 3. Peta lokasi penelitian Dasar pertimbangan pemilihan lokasi penelitian adalah sebagai berikut. 1. Kegiatan usahatani di Kabupaten Karanganyar meliputi tanaman pangan, hortikultur, peternakan, perikanan, dan perkebunan, dan merupakan sentra produksi pertanian untuk daerah Surakarta dan sekitarnya, serta terletak pada ketinggian 100 meter sampai lebih dari 1.500 meter dari permukaan laut. 2. Masih ditemukan kesenjangan gender dalam kegiatan usahatani mulai dari pengolahan tanah sampai ke pemasaran hasil pertanian. 3. Kebijakan Pemerintah Kabupaten Karanganyar menetapkan sektor pertanian sebagai sektor unggulan leading sector dalam pembangunan Kabupaten Karanganyar.