Analisis Keunggulan Komparatif Analisis Dayasaing Nenas di Desa Sungai Medang, Kecamatan Cambai, Kota Prabumulih

Suatu aktivitas akan efisien secara finansial apabila nilai PCR yang diperoleh lebih kecil dari satu PCR 1. Pada penelitian ini, hasil analisis mennjukan bahwa nilai PCR yang diperoleh petani sebesar 0,89 Tabel 10. Semakin kecil nilai PCR yang diperoleh maka akan semakin besar tingkat keunggulan kompetitif yang dimiliki, maka hasil dari analisis dapat dikatakan bahwa pengusahaan nenas di Desa Sungai Medang efisien secara finansial memiliki keunggulan kompetitif. Nilai PCR sebesar 0,89 mempunyai arti bahwa untuk mendapatkan nilai tambah output sebesar satu satuan pada harga privat diperlukan tambahan biaya faktor domestik sebesar 0,89. Berdasarkan nilai tersebut, dapat diartikan bahwa usahatani nenas di Desa Sungai Medang memiliki keunggulan kompetitif.

6.2.2. Analisis Keunggulan Komparatif

Analisis keunggulan komparatif dapat diukur dengan menggunakan Keuntungan Sosial KS dan Rasio Sumberdaya Domestik DRC. Nilai KS dan DRC merupakan indikator untuk mengetahui apakah komoditi yang dihasilkan memiliki dayasaing atau mampu hidup tanpa bantuan pemerintah. Keuntungan sosial KS adalah keuntungan yang diperoleh jika terjadi pasar persaingan sempurna, dimana tidak ada campur tangan pemerintah dan kegagalan pasar. Berbeda dengan analisis Keuntungan Privat KP, dalam analisis Keuntungan Sosial KS komponen input dan output dinilai dengan menggunakan harga bayangan. Dari Tabel 9 dapat dilihat besarnya nilai Keuntungan Sosial KS yang diperoleh dari usahatani nenas di Desa Sungai Medang bernilai positif KS 0 yaitu sebesar Rp 1.035,16 per kilogram nenas, yang berarti pengusahaan nenas di Desa Sungai Medang menguntungan secara ekonomi walaupun tanpa adanya kebijakan pemerintah. Pengusahan nenas di Desa Sungai Medang memiliki Keuntungan Sosial Rp 1.035,16 lebih besar dari Keuntungan Privat Rp 135,55 KS KP. Nilai KS yang lebih besar dari pada nilai KP, memiliki arti bahwa pengusahaan nenas di Desa Sungai Medang lebih menguntungkan pada saat tidak adanya intervensi pemerintah baik terhadap input maupun output dibandingkan ketika ada intervensi dari pemerintah. Keuntungan privat KP yang lebih kecil dibandingkan dengan Keuntungan Sosial KS karena penerimaan ekonomi atau harga fob nenas cukup tinggi, yaitu sebesar Rp 1.993,99 per kilogram. Selain itu biaya input non tradable yang dikeluarkan berdasarkan analisis ekonomi jauh lebih rendah, sehingga Keuntungan Sosial KS yang diperoleh dari pengusahaan nenas menjadi lebih tinggi dari pada Keuntungan Privatnya KP. Faktor yang menyebabkan biaya input non tradable lebih rendah secara ekonomi dibandingkan dengan biaya input non tradable secara finansial diantaranya dapat dilihat dari unsur upah tenaga kerja non terdidik yang nilainya 80 persen dari upah finansialnya. Keadaan ini menyebabkan biaya ekonomi yang dikeluarkan lebih kecil dari biaya finansialnya, sehingga keuntungan ekonomi menjadi lebih besar. Selain dari Keuntungan Sosial KS, keunggulan komparatif pengusahaan nenas juga dapat diketahui dari Rasio Sumberdaya Domestik DRC. DRC merupakan rasio antara biaya non tradable dengan selisih antara penerimaan dan biaya tradable pada harga bayangan atau harga sosial yaitu tingkat harga tanpa adanya intervensi pemerintah. DRC menyatakan bahwa suatu usaha efisien secara ekonomi jika nilainya kurang dari satu DRC 1. Nilai DRC 1 memliki arti bahwa untuk memperoleh tambahan satu satuan diperlukan tambahan biaya faktor domestik lebih kecil dari satu rupiah yang dinilai pada harga sosial. Apabila nilai DRC 1 menunjukkan semakin besar penggunaan sumberdaya atau terjadi pemborosan sumberdaya domestik. Hasil analisis tabel PAM memperlihatkan bahwa nilai DRC yang diperoleh dari pengusahaan nenas di Desa Sungai Medang bernilai lebih kecil dari satu yaitu sebesar 0,47 Tabel 10. Hal ini mengindikasikan, bahwa untuk memproduksi nenas di Desa Sungai Medang hanya membutuhkan biaya sumberdaya domestik sebesar 47 persen terhadap biaya impor yang dibutuhkan. Dengan kata lain, setiap 1,00 US yang dibutuhkan untuk mengimpor komoditi tersebut, hanya membutuhkan biaya domestik sebesar 0,47 US. Artinya untuk memenuhi kebutuhan domestik akan komoditi nenas lebih baik diproduksi sendiri di Desa Sungai Medang dari pada mendatangkan atau mengimpor dari negara lain. Nilai DRC yang kurang dari satu DRC 1 menunjukkan bahwa pengusahaan nenas di Desa Sungai Medang memiliki keunggulan komparatif. Nilai PCR yang dihasilkan oleh Desa Sungai Medang lebih besar dari nilai DCR PRC DCR. Hal ini menunjukkan bahwa tidak terdapat kebijakan pemerintah yang meningkatkan efisiensi petani nenas dalam berproduksi.

6.2.3. Analisis Dampak Kebijakan Pemerintah