yang juga lebih tinggi di Desa Sungai Medang Rp 1.300 per kilogram dibandingkan Desa Payaraman Rp 1.100 per kilogram
Sedangkan, berdasarkan nilai Rasio Sumberdaya Domestik DRC dan Rasio Sumberdaya Privat PCR Desa Payaraman lebih tinggi dibandingkan Desa
Sungai Medang. Hal ini disebabkan oleh petani nenas di Desa Payaraman mengeluarkan biaya input usahatani yang lebih kecil dari Desa Sungai Medang.
Selain itu nilai DRC dan PCR di Desa Payaraman lebih tinggi dari pada Desa Sungai Medang disebabkan oleh produktivitas yang dihasilkan Desa Payaraman
lebih tinggi dari pada Desa Sungai Medang. Akan tetapi, dengan nilai DRC dan PCR kurang dari satu bagi kedua lokasi, menunjukkan bahwa Desa Payaraman
dan Desa Sungai Medang memiliki keunggulan komparatif dan kompetitif, berarti komoditi nenas yang diusahakan di Desa Payaraman dan Desa Sungai Medang
memiliki dayasaing.
6.6. Perbandingan Dayasaing Nenas dengan Karet
Kondisi kebun nenas di kedua lokasi penelitian bukan kebun yang bersifat monokultur tetapi kebun yang bersifat tumpang sari, sehingga dalam satu kebun
terdapat tanaman nenas dengan tanaman lain. Tanaman yang biasanya ditanam dengan tanaman nenas yaitu tanaman karet Hevea braziliensis sebagai tanaman
utama. Bahkan tak jarang petani di lokasi penelitian mengkonversi tanaman nenas mereka dengan tanaman karet. Untuk itu, perlu membandingkan analisis
dayasaing tanaman nenas dengan karet. Sunandar 2006, melakukan penelitian analisis dayasaing dan dampak kebijakan pemerintah terhadap pengusahaan
komoditi tanaman karet alam Hevea braziliensis di Kecamatan Cambai, Kota
Prabumulih, Provinsi Sumtera Selatan. Pada Tabel 21 dapat dilihat hasil analisis dayasaing pengusahaan nenas dan karet di Provinsi Sumatera Selatan.
Tabel 21. Analisis Dayasaing Peng usahaan Nenas dan Karet di Provinsi Sumatera Selatan
Indikator Tanaman Nenas
Tanaman Karet Desa
Sungai Medang Desa
Payaraman Kecamatan
Cambai Keunggulan Komparatif
KS
1.035,16 1.114,22
2.791,39 DRC
0,47
0,40 0,77
Keunggulan Kompetitif
KP
135,55 122,73
6.717,34 PCR
0,89 0,88
0,45
Berdasarkan Tabel 21 dapat diketahui bahwa kedua komoditi nenas dan karet memiliki dayasaing keunggulan komparatif dan kompetitif serta
menguntungkan secara ekonomi dan finansial. Kedua komoditi layak dijalankan tanpa atau dengan adanya intervensi dari pemerintah. Hal ini ditunjukkan nilai
Keuntungan Privat KP dan Keuntungan Sosial KS yang lebih besar dari nol. Berdasarkan nilai Keuntungan Sosial KS dan Keuntngan Privat KP, komoditi
karet memiliki KS dan KP yang lebih tinggi dari komoditi nenas. Besarnya Keuntungan Sosial dan Keuntngan Privat pada komoditi karet disebabkan oleh
tingginya harga jual karet pada harga aktual maupun sosial dibandingkan dengan harga jual nenas.
Kedua komoditi ini juga memiliki keunggulan komparatif dan kompetitif dayasaing. Hal ini ditunjukkan dari nilai Rasio Sumberdaya Domestik DRC
dan Rasio Sumberdaya Privat PCR dari kedua komoditi tersebut kurang dari satu. Nilai PCR terkecil dimiliki oleh komoditi karet, karena terdapat kebijakan
pemerintah yang mendukung pengusahaan komoditi tersebut diantara kebijakan
pemerintah tersebut berupa subsidi terhadap input pupuk urea. Sedangkan nilai DRC terkecil dimiliki oleh komoditi nenas di Desa Payaraman, hal ini berarti
komoditi nenas di Desa Payaraman pada kondisi tanpa intervensi dari pemerintah dapat dapat menggunakan sumberdaya lebih efisien dari pada komoditi karet.
VII. ANALISIS SENSITIVITAS
7.1. Analisis Sensitivitas Pengusahaan Nenas di Desa Sungai Medang, Kecamatan Cambai, Kota Prabumulih
Analisis sensitivitas perlu dilakukan mengingat bahwa matriks analisis kebijakan PAM mempunyai keterbatasan yaitu merupakan analisis yang bersifat
statis hanya berlaku pada tahun bersangkutan. Sehingga memerlukan simulasi untuk mengantisipasi setiap perubahan yang terjadi dalam sistem ekonomi yang
dinamis. Pada penelitian ini digunakan empat macam analisis sensitivitas. Tiga
analisis pertama adalah jika terjadi perubahan pada satu variabel saja dan variabel lain dianggap tetap ceteris paribus, sedangkan analisis yang keempat adalah jika
terjadi perubahan variabel diatas secara bersamaan. Masing- masing variabel tersebut adalah perubahan harga output, input serta perubahan nilai tukar rupiah
terhadap dollar Amerika.
7.1.1. Analisis Sensitivitas di Desa Sungai Medang, Kecamatan Cambai, Kota Prabumulih Bila Terjadi Perubahan Harga Output
Analisis sensitivitas yang pertama dilakukan adalah menguji kepekaan keuntungan privat dan ekonomi serta keunggulan kompetitif maupun komparatif
bila harga jual output nenas berubah menjadi Rp 1.200 dan Rp 1.100 per kilogram dengan asumsi faktor- faktor lainnya tetap cateris paribus. Perubahan pada
harga output akan mengakibatkan perubahan pada pendapatan petani nenas, perubahan tersebut dapat berdampak menguntungkan atau merugikan petani.
Perubahan ini juga berpengaruh terhadap keunggulan komparatif dan keunggulan