6.2.3.2. Dampak Kebijakan Pemerintah terhadap Input
Kebijakan pemerintah untuk mengacu pada peningkatan produksi tidak saja pada harga output tetapi juga pada harga input. Bentuk kebijakan pemerintah
terhadap input seperti subsidi atau hambatan perdagangan dengan harapan agar produsen dapat memanfaatkan sumberdaya secara optimal dan dapat melindungi
produsen dalam negeri. Untuk mengetahui besarnya insentif yang diberikan pemerintah terhadap input produksi ditunjukan oleh nilai Transfer Input TI,
Transfer Faktor TF dan Koefisien Proteksi Nominal pada Input NPCI. Hasil perhitungan indikator pada analisis kebijakan input pengusahaan nenas di Desa
Sungai Medang dapat dilihat pada Tabel 12.
Tabel 12. Indikator-Indikator Analisis Dampak Kebijakan Pemerintah terhadap Input Pengusahaan Nenas di Desa Sungai Medang,
Kecamatan Cambai, Kota Prabumulih
Indikator Nilai
Transfer Input TI -6,62
Koefisien Proteksi Input Nominal NPCI 0,76
Transfer Faktor TF 212,24
Nilai Transfer Input TI merupakan selisih antara biaya input tradable pada harga finansial dengan biaya input tradable pada harga bayangan. Apabila
nilai Transfer Input TI yang diperoleh positif TI 0 berarti terdapat kebijakan subsidi negatif yaitu pajak pada input produksi. Sebaliknya jika nilai TI yang
diperoleh negatif TI 0 menunjukkan adanya kebijakan subsidi pada input. Subsidi pada input akan mengakibatkan biaya yang dikeluarkan pada harga
finansial lebih rendah dari tingkat harga bayangan atau sosial. Nilai Transfer Input TI pada Tabel 12 diperoleh negatif sebesar 6,62,
berarti bahwa kebijakan pemerintah pada input tradable menguntungkan petani
nenas di Desa Sungai Medang sebesar Rp 6,62 per kilogram nenas. Artinya terdapat subsidi atas input asing pupuk dari pemerintah sehingga harga yang
dibayarkan petani terhadap input tersebut lebih rendah dari pada yang sebenarnya. Koefisien Proteksi Input Nominal NPCI merupakan rasio antara biaya
input tradable berdasarkan harga finansial dan biaya input tradable berdasarkan harga bayangan. Nilai NPCI menunjukkan tingkat proteksi atau distorsi yang
dibebankan pemerintah pada input tradable apabila dibandingkan tanpa adanya kebijakan pemerintah. Nilai NPCI lebih dari satu NPCI 1 berarti terdapat
kebijakan proteksi terhadap produsen input seperti terdapat pajak terhadap input tersebut, sementara sektor yang akan menggunakan input tersebut akan dirugikan
dengan tingginya biaya produksi. Sebaliknya nilai NPCI yang kurang dari satu NPCI 1 berarti terdapat subsidi terhadap input tersebut. Berdasarkan hasil
analisis nilai NPCI yang diperoleh petani nenas di Desa Sungai Medang sebesar 0,76 Tabel 12. Nilai tersebut berarti bahwa terdapat kebijakan proteksi terhadap
konsumen input berupa subsidi yang menyebabkan harga finansial input lebih rendah dibandingkan harga bayangannya. Sehingga petani nenas di Desa Sungai
Medang menerima harga input yang lebih murah sebesar 0,76 dari harga yang seharusnya.
Selain input yang diperdagangkan tradable, produsen juga menggunakan input domestik yang tidak diperdagangkan di pasaran dunia non tradable.
Besaran yang menunjukkan perbedaan antara harga yang sesungguhnya diterima produsen dengan harga sosial untuk pembayaran faktor produksi yang tidak
diperdagangkan non tradable disebut Transfer Faktor TF.
Pada Tabel 12, menunjukkan nilai TF pada pengusahaan nenas di Desa Sungai Medang bernilai positif yaitu sebesar Rp 212,24. Nilai ini menunjukkan
bahwa harga input non tradable yang dikeluarkan pada harga finansial lebih tinggi dibandingkan dengan input non tradable yang dikeluarkan pada harga sosial.
Artinya petani membayar biaya input non tradable lebih tinggi dari yang seharusnya yang dibayarkan. Sehingga petani mendapat kerugian sebesar
Rp 212,24 per kilogram nenas. Nilai TF yang positif menunjukkan bahwa terdapat kebijakan pemerintah terhadap input domestik berupa pajak. Adanya
perbedaan pada biaya non tradable finansial dan ekonomi disebabkan oleh unsur pajak, pada analisis ekonomi pajak tidak dimasukkan kedalam perhitungan karena
analisis ekonomi dilakukan dengan asumsi tanpa adanya campur tangan pemerintah.
Selain itu, yang menyebabkan pengeluaran finansial lebih tinggi dari pengeluaran sosial adalah perbedaan dalam penerapan upah tenaga kerja. Upah
tenaga kerja pada harga sosial adalah 20 persen lebih rendah dari upah tenaga kerja pada harga finansial, perbedaan ini dikarenakan tenaga kerja yang digunakan
dalam kegiatan usahatani adalah tenaga kerja tidak terdidik.
6.2.3.3. Dampak Kebijakan Pemerintah Terhadap Input-Output