Dampak Kebijakan Pemerintah Terhadap Input-Output

Pada Tabel 12, menunjukkan nilai TF pada pengusahaan nenas di Desa Sungai Medang bernilai positif yaitu sebesar Rp 212,24. Nilai ini menunjukkan bahwa harga input non tradable yang dikeluarkan pada harga finansial lebih tinggi dibandingkan dengan input non tradable yang dikeluarkan pada harga sosial. Artinya petani membayar biaya input non tradable lebih tinggi dari yang seharusnya yang dibayarkan. Sehingga petani mendapat kerugian sebesar Rp 212,24 per kilogram nenas. Nilai TF yang positif menunjukkan bahwa terdapat kebijakan pemerintah terhadap input domestik berupa pajak. Adanya perbedaan pada biaya non tradable finansial dan ekonomi disebabkan oleh unsur pajak, pada analisis ekonomi pajak tidak dimasukkan kedalam perhitungan karena analisis ekonomi dilakukan dengan asumsi tanpa adanya campur tangan pemerintah. Selain itu, yang menyebabkan pengeluaran finansial lebih tinggi dari pengeluaran sosial adalah perbedaan dalam penerapan upah tenaga kerja. Upah tenaga kerja pada harga sosial adalah 20 persen lebih rendah dari upah tenaga kerja pada harga finansial, perbedaan ini dikarenakan tenaga kerja yang digunakan dalam kegiatan usahatani adalah tenaga kerja tidak terdidik.

6.2.3.3. Dampak Kebijakan Pemerintah Terhadap Input-Output

Analisis kebijakan pemerintah pada input-output merupakan gabungan antara kebijakan input dan kebijakan output. Dampak kebijakan secara keseluruhan baik terhadap input maupun terhadap output dapat dilihat dari Koefisien Proteksi Efektif EPC, Transfer bersih TB, Koefisien Keuntungan PC dan Rasio Subsidi bagi Produsen SRP. Hasil perhitungan indikator pada analisis kebijakan input-output pengusahaan nenas di Desa Sungai Medang dapat dilihat pada Tabel 13. Tabel 13. Indikator-Indikator Analisis Dampak Kebijakan Pemerintah terhadap Input-Output Pengusahaan Nenas di Desa Sungai Medang, Kecamatan Cambai, Kota Prabumulih Indikator Nilai Koefisien Proteksi Efektif EPC 0,65 Transfer bersih TB -899,61 Koefisien Keuntungan PC 0,13 Rasio Subsidi bagi Produsen SRP -0,45 Koefisien Proteksi Efektif EPC merupakann gabungan antara Koefisien Proteksi Output Nominal NPCO dengan Keofisien Proteksi Input Nominal NPCI. EPC menggambarkan sejauh mana kebijkan pemerintah bersifat melindungi atau produksi domestik secara efektif. EPC merupakan rasio antara selisih penerimaan dan biaya input tradable yang dihitung pada harga aktual dengan selisih penerimaan dan biaya input tradable yang dihitung pada harga bayangan. Nilai EPC lebih dari satu EPC 1 berarti kebijakan pemerintah untuk melindungi produsen domestik berjalan dengan efektif atau kebijkan tersebut memberikan insentif kepada produsen untuk terus berproduksi. Jika nilai EPC kurang dari satu EPC 1, maka kebijakan tersebut tidak berjalan secara efektif atau menghambat produsen untuk berproduksi. Hasil analisis menunjukkan bahwa nilai Koefisien Proteksi Efektif EPC di Desa Sungai Medang adalah 0,65. Artinya dampak kebijakan pemerintah terhadap input-output pada pengusahaan nenas di Desa Sungai Medang belum berjalan secara efektif atau kebijakan pemerintah saat ini kurang mendukung atau melindungi petani nenas di Desa Sungai Medang untuk berproduksi. Transfer Bersih TB adalah selisih keuntungan privat dengan keuntungan sosial. Nilai TB menunjukkan bahwa adanya tambahan surplus produsen atau berkurangnya surplus produsen akibat adanya kebijakan pemerintah. Nilai TB yang positif menunjukkan bahwa adanya kebijakan insentif yang membuat surplus produsen bertambah, sedangkan nilai TB yang negatif mengakibatkan surplus produsen berkurang. Berdasarkan hasil analisis, diperoleh nilai TB yang diperoleh petani nenas di Desa Sungai Medang adalah negatif Rp 899,61 per kilogram nenas Tabel 13, ini berarti belum terlihat adanya insentif ekonomi untuk meningkatkan produksi nenas. Sehingga surplus produsen berkurang sebesar Rp 899,61 per kilogram nenas. Koefisien Keuntungan PC merupakan rasio antara keuntungan bersih aktual dengan keuntungan bersih ekonomi. Nilai PC menunjukkan pengaruh gabungan pada output, input tradable dan input non tradable. Rasio PC ini digunakan untuk melihat dampak kebijakan yang menyebabkan perbedaan tingkat keuntungan privat finansial dan keuntungan ekonomi sosial. Nilai PC juga menunjukkan pengaruh keseluruhan dari kebijakan yang menyebabkan keuntungan privat berbeda dengan keuntungan ekonomi. Nilai PC yang diperoleh petani nenas di Desa Sungai Medang sebesar 0,13 Tabel 13, artinya keuntungan produsen bila ada pengaruh intervensi dari pemerintah sebesar 0,13 kali dari keuntungan sosial. Produsen juga hanya menerima keuntungan sebesar 13 persen dari keuntungan yang akan diterima produsen bila pemerintah tidak ikut campur tangan. Dengan kata lain keuntungan yang diterima petani nenas lebih kecil jika dibandingkan dengan keuntungan bersih sosialnya. Rasio Subsidi bagi Produsen SRP merupakan rasio antara transfer bersih dengan penerimaaan berdasarkan harga bayangan. Nilai Rasio Subsidi bagi Produsen negatif SRP 0 menunjukkan adanya kebijakan pemerintah yang berlaku selama ini menyebabkan produsen mengeluarkan biaya produksi terhadap input yang lebih besar dari biaya imbang untuk berproduksi. Sedangkan bila nilai Rasio Subsidi bagi Produsen positif SRP 0 berarti adanya kebijakan pemerintah menyebabkan produsen mengeluarkan biaya produksi terhadap input lebih rendah dari biaya imbang untuk berproduksi. Rasio Subsidi bagi Produsen yang diperoleh petani nenas di Desa Sungai Medang adalah negatif 0,45. Nilai SRP ini berarti bahwa kebijakan pemerintah yang berlaku yang selama ini menyebabkan petani nenas mengeluarkan biaya produksi lebih besar 45 persen dari biaya imbang opportunity cost untuk berproduksi. 6.3. Struktur Penggunaan Biaya dalam Pengusahaan Nenas di Desa Payaraman, Kecamatan Tanjung Batu, Kabupaten Ogan Ilir Pada pengusahaan nenas yang dilakukan oleh petani nenas di Desa Payaraman, komponen biaya input produksi yang digunakan adalah bibit 16,77 persen, pupuk 7,99 persen, tenaga kerja 69,53 persen, peralatan 4,13 persen, sewa lahan 1,55 persen dan pajak sebesar 0,03 persen. Proporsi penggunaan input terbesar adalah untuk tenaga kerja. Kegiatan pemeliharaan rutin merupakan input terbesar, yaitu sebesar 27,86 persen dari seluruh biaya usahatani nenas. Pada Tabel 14, dapat dilihat biaya rata-rata produksi usahatani nenas yang dikeluarkan oleh petani responden di Desa Payaraman, Kecamatan Tanjung Batu, Kabupaten Ogan Ilir. Tabel 14. Biaya Rata-Rata per Kilogram Nenas Desa Payaraman, Kecamatan Tanjung Batu, Kabupaten Ogan Ilir Musim Tanam Tahun 2006 No Uraian Nilai Rpha Rpkg Persentase 1 Benih 3.791.550 145,83 16,77 2 Pupuk Pupuk Kandang 970.000 37,31 4,29 Urea 306.000 11,77 1,35 TSP 285.000 10,96 1,26 KCL 247.500 9,52 1,09 3 Tenaga Kerja Pengolahan Lahan 3.600.000 138,47 15,93 Penanaman 2.520.000 96,93 11,14 Pemeliharaan Rutin 6.300.000 242,32 27,86 Pemeliharaan Pra Panen 2.100.000 80,77 9,29 Panen 1.200.000 46,16 5,31 4 Peralatan Cangkul 360.000 13,85 1,59 Kored 575.000 22,12 2,54 5 Sewa Lahan 350.000 13,46 1,55 6 Pajak 7.500 0,29 0,03 Jumlah 22.612.550 869,75 100 Pada Tabel 14, dapat dilihat biaya rata-rata produksi per kilogram yang dikeluarkan oleh 10 petani responden nenas di Desa Payaraman, Kecamatan Tanjung Batu, Kabupaten Ogan Ilir, yang diperoleh dari jumlah biaya yang dikeluarkan dibagi dengan 25.999 kg yang merupakan rata-rata produksi nenas per hektar yang dihasilkan oleh 10 petani responden pada tahun 2006.

6.4. Analisis Dayasaing Nenas di Desa Payaraman, Kecamatan Tanjung Batu, Kabupaten Ogan Ilir