PENDAHULUAN Analisis dayasaing buah nenas model tumpang sari dengan karet:kasus di Desa Sungai Medang, Kecamatan Cambai, Prabumulih dan di Desa Payaraman, Kecamatan Tanjung Batu, Ogan Ilir, Provinsi Sumatera Selatan

I. PENDAHULUAN

Latar Belakang Hortikultura merupakan salah satu sub sektor pertanian yang berperan cukup besar dalam menghasilkan devisa. Hal ini ditunjukkan dengan pertumbuhan ekspor komoditas hortikultura selama lima tahun terakhir 2001- 2005 yang cukup besar yaitu 19,56 persen Departemen Pertanian, 2006. Selain mampu menunjukkan perkembangan ekspor yang cukup besar, kegiatan hortikultura juga mampu memecahkan masalah- masalah nasional seperti penyediaan pangan, penyediaan bahan baku industri, meningkatkan pendapatan petani serta menyediakan lapangan kerja bagi masyarakat Indonesia. Indonesia merupakan negara tropis yang sangat potensial menghasilkan produk-produk pertanian yang khas, sehingga memiliki peranan besar dalam ekspor komoditas pertanian dunia. Salah satu komoditas yang sangat diminati pasar dunia adalah komoditas hortikultura terutama buah-buahan, seperti nenas, pepaya, alpukat, dan mangga yang digolongkan ke dalam buah eksotik. Nenas merupakan buah unggulan ekspor kedua setelah manggis pada tahun 2004 Tabel 1. Volume ekspor nenas pada tahun 2004 sebesar 2.431.263 kilogram atau mengalami peningkatan sebesar 6,4 persen dari tahun sebelumnya. Peningkatan volume ekspor nenas tersebut tidak diiringi peningkatan nilai ekspornya. Nilai ekspor nenas pada tahun 2004 mengalami penurunan sebesar 77,1 persen yang mengindikasikan bahwa nilai ekspor lebih ditentukan oleh tingkat harga nenas yang berlaku pada pasaran internasional Lubis, 2006. Tabel 1. Perkembangan Ekspor Buah-Buahan Indonesia Tahun 2002-2004 Komoditas Tahun 2002 2003 2004 Volume Kg Nilai US Volume Kg Nilai US Volume Kg Nilai US Manggis 6.512.423 6.956.915 9.304.511 9.306.042 3.045.379 3.291.855 Pepaya 3.287 6.643 187.972 231.350 524.686 1.301.371 Pisang 512.596 979.729 10.615 7.899 992.55 722.772 Nenas 3.734.414 2.784.582 2.284.432 2.315.283 2.431.263 529.122 Duku 16.921 6.313 21.044 12.662 1.643 1.643 Durian 89.479 96.634 14.241 12.943 1.494 6.710 Jambu 32.052 28.859 47.871 49.843 106.274 102.074 Jeruk 156.437 75.320 85.920 22.026 632.996 517.554 Mangga 1.572.634 2.671.995 559.224 460.674 1.879.664 2.013.390 Rambutan 366.435 588.140 604.006 958.850 134.772 117.336 Buah tropis lainnya 1.591.329 1.451.391 984.820 523.031 1.341.923 794.924 Sumber : Badan Pusat Statistik, 2005 Potensi untuk dikembangkannya berbagai produk berbasis tanaman nenas sangat terbuka lebar di masa depan. Hal ini diperkuat berbagai fakta yang menunjukkan dengan terus meningkatnya jumlah produksi tanaman nenas setiap tahunnya. Pada tahun 2004, jumlah produksi nenas sebesar 925.082 ton atau mengalami kenaikan sekitar 36,6 persen dibandingkan tahun sebelumnya seperti yang ditunjukan pada Tabel 2. Tabel 2. Produksi Buah-Buahan Indonesia Tahun 2000 – 2004 Ton Komoditas Tahun 2000 2001 2002 2003 2004 Pisang 3.746.962 4.300.422 4.384.384 4.177.155 1.182.824 Mangga 876.027 923.294 1.402.906 1.526.474 1.437.665 Jeruk 644.052 691.433 968.132 1.529.824 2.071.084 Pepaya 429.207 500.571 605.194 626.745 732.611 Nenas 393.299 494.968 555.588 677.089 925.082 Sumber : Badan Pusat Statistik, 2006 Buah nenas diekspor dalam bentuk sari buah Pineapple juice dan dalam bentuk kalengan Preserved serta dalam bentuk segar. Jenis-jenis nenas olahan yang diekspor dalam bentuk kalengan Preserved seperti selai nenas, sirup buah nenas, dan sirup kulit buah nenas. Negara- negara tujuan ekspor nenas Indonesia tidak hanya terbatas pada negara-negara Asia saja seperti Malaysia, Singapura, Jepang, Korea dan Hongkong. Ekspor nenas Indonesia juga ditujukan kepada negara-negara diwilayah Eropa, Amerika, maupun Timur Tengah seperti USA, Denmark, Jerman, Kanada, Uni Emirat Arab dan Arab Saudi Lampiran 1. Hampir seluruh wilayah Indonesia dapat ditanami tanaman nenas. Hal ini disebabkan oleh tanaman nenas dapat hidup di dataran tinggi maupun dataran rendah. Selain itu, iklim Indonesia yang mendukung pertumbuhan tanaman nenas, sehingga tanaman ini dapat tumbuh dengan baik. Menurut Badan Pusat Statistik 2006, kawasan sentra produksi tanaman nenas di Indone sia meliputi Jawa Barat, Sumatera Selatan, Sumatera Utara, Jawa Timur dan Jawa Tengah. Dari Tabel Lampiran 2 dapat diketahui pada tahun 2005 daerah Jawa Barat memiliki produksi nenas tertinggi dengan produksi sebesar 313.593 ton. Sedangkan Sumatera Selatan merupakan sentra produksi nenas kedua di Indonesia sekaligus merupakan sentra utama produksi nenas di Pulau Sumatera dengan produksi sebesar 179.465 ton pada tahun 2005. Sumatera Selatan sendiri memiliki beberapa sentara produksi nenas di antaranya Kota Prabumulih dengan luas lahan sebesar 3.672 hektar dan Kabupaten Ogan Ilir seluas 786 hektar Badan Pusat Statistik, 2006. Kondisi kebun nenas di Kota Prabumulih dan Kabupaten Ogan Ilir bukan kebun yang bersifat monokultur tetapi kebun yang bersifat tumpang sari, sehingga dalam satu kebun terdapat tanaman nenas dengan tanaman lain. Tanaman yang biasanya ditanam dengan tanaman nenas yaitu tanaman karet Hevea braziliensis sebagai tanaman utama. Petani di kedua daerah ini hanya menanam tanaman nenas pada tiga tahun pertama, selanjutnya petani tidak menanam tanaman nenas tetapi memelihara tanaman karet yang telah berusia tiga tahun. Bahkan tak jarang petani di lokasi penelitian mengkonversi tanaman nenas mereka dengan tanaman karet. Perumusan Masalah Di setiap negara umumnya pemerintah memiliki andil yang cukup besar dalam melakukan intervensi baik dalam hal produksi maupun perdagangan komoditas pertanian yang pada akhirnya dapat menyebabkan pasar produk-produk pertanian mengalami distorsi gangguan. Perekonomian dunia bersifat dinamis, sehingga produk-produk pertanian yang diperdagangkan di pasaran dunia akan menghadapi lingkungan yang selalu berubah karena adanya perubahan-perubahan yang bersifat internasional maupun bersifat domestik. Perubahan lingkungan internasional antara lain adanya liberalisasi ekonomi dan perdagangan bebas, dengan disepakatinya perjanjian World Trade Organization WTO. Dalam perjanjian tersebut kebijakan ekonomi yang distorsi seperti pengenaan pajak ekspor output, tarif input, subsidi input dalam kegiatan produksi komoditas pertanian secara bertahap akan dikurangi hingga akhirnya dihilangkan. Indonesia sebagai salah satu negara anggota WTO harus meningkatkan dayasaing produk-produk pertanian yang berorientasi ekspor maupun tidak, sehingga bisa menghadapai persaingan dunia yang telah mendorong kondisi perekonomian menjadi semakin kompleks dan kompetitif. Komoditi yang mampu bersaing di era global adalah komoditi yang mempunyai keunggulan kompetitif dan komparatif serta mampu mengenali pasarnya. Selain itu komoditi tersebut juga harus efisien dalam berproduksi dan dalam kegiatan pemasaran produknya. Salah satu komoditi hortikultura yang berperan dalam menghasilkan devisa negara adalah nenas. Nenas merupakan komoditi ekspor unggulan Indonesia, karena nenas merupakan tanaman yang dapat tumbuh di daerah tropis selain itu rasa nenas yang unik membuat komoditi yang memiliki julukan King of The Fruit sangat khas. Tingginya volume ekspor nenas jika dibandingkan dengan volume ekspor buah unggulan lainnya serta potensi wilayah Indonesia sangat cocok untuk budidaya tanaman nenas menunjukkan bahwa nenas memiliki potensi untuk dikembangkan dan dijadikan komoditi andalan ekspor. Selama ini kegiatan pembudidayaan nenas di Indonesia masih diusahakan dalam skala kecil, belum dibudidayakan secara insentif, petani belum menggunakan teknologi serta masih sedikit wilayah yang dijadikan kebun nenas berpola agribisnis. Akibatnya ekspor nenas Indonesia masih di bawah Filipina dan Thailand 1 . Kendala lain yang dihadapi Indonesia dalam persaingan ekspor nenas adalah dalam hal kualitas. Hal ini dikarenakan pola bercocok tanam yang belum optimal sehingga mutu yang dihasilkan belum memenuhi standar ekspor, sehingga nenas Indonesia kalah bersaing dengan nenas dari negara lain. Provinsi Sumatera Selatan merupakan sentara produksi nenas dan wilayah dengan kondisi agroklimat yang cocok untuk pengusahaan nenas. Karakteristik daerah yang berbeda satu dengan yang lain khususnya di Kota Prabumulih dan Kabupaten Ogan Ilir menyebabkan perbedaan produksi dan produktivitas antara satu sentra dengan sentra lainnya, seperti yang ditunjukkan pada Tabel 3. Perbedaan produksi dan produktivitas tersebut akan mempengaruhi tingkat dayasaing nenas yang dimiliki oleh kedua daerah tersebut. 1 Mereka Besar Lewat Industri Agro. Kompas. http:www.kompas.com . Oktober 2006 Tabel 3. Perkembangan Pengusahaan Nenas di Prabumulih dan Ogan Ilir Tahun 2004-2005 Daerah 2004 2005 Produksi Ton Luas Lahan Ha Produktivitas TonHa Produksi Ton Luas Lahan Ha Produktivitas TonHa Prabumulih 9.791.040 340.880 28,72 255.957 3.672 69,70 Ogan Ilir 65.525 2.621 25,00 19.458 786 24,75 Sumber : Badan Pusat Statistik, 2005 – 2006 diolah Pada tahun 2005 luas lahan tanaman nenas di Kota Prabumulih dan Kabupaten Ogan Ilir mengalami penurunan sebesar 98 persen dan 70 persen. Hal in disebabkan pada tahun 2005 tanaman nenas sudah tidak produktif lagi, sehingga petani mengganti tanaman nenas dengan tanaman nenas yang baru. Selain itu banyak petani nenas yang mengkonversi lahannya dengan tanaman karet. Sehingga luas lahan tanaman nenas pada tahun 2005 di kedua lokasi mengalami penurunan sangat besar bila dibandingkan tahun sebelumnya. Kegiatan usahatani nenas di Kota Prabumulih dan Kabupaten Ogan Ilir juga dipengaruhi oleh adanya intervensi pemerintah melalui pemberian subsidi terhadap komponen input maupun output serta pemerintah berperan dalam penyediaan infrastruktur yang dapat mempermudah kegiatan pemasaran. Kebijakan pemerintah untuk membantu petani nenas dalam berproduksi dapat dilakukan dengan menciptakan situasi terbaik diantaranya dalam hal penerapan pajak, perbaikan sarana dan prasarana pemasaran serta insentif terhadap nilai tukar rupiah. Kebijakan pemerintah dapat menyebabkan adanya perbedaan terhadap harga input maupun output yang diterima produsen dan konsumen yang berimplikasi terhadap pendapatan petani. Berdasarkan permasalahan yang diuraikan diatas, maka dalam penelitian ini perlu dianalisis bagaimana kondisi usahatani dan dayasaing nenas di Kota Prabumulih dan Kabupaten Ogan Ilir serta pengaruh kebijakan pemerintah terhadap komponen input maupun output dalam pengembangan usahatani nenas di kedua daerah tersebut. Tujuan Penelitian Berdasarkan permasalahan di atas maka penelitian ini bertujuan untuk : 1. Menganalisis dayasaing pengusahaan buah nenas di Kota Prabumulih dan Kabupaten Ogan Ilir 2. Menganalisis dampak kebijakan pemerintah serta perubahan harga input dan output terhadap dayasaing pengusahaan buah nenas di Kota Prabumulih dan Kabupaten Ogan Ilir Kegunaan Penelitian Penelitian ini diharapkan berguna bagi berbagai pihak yang berkepentingan. Berdasarkan hasil penelitian ini diharapkan pemerintah membuat atau mengeluarkan kebijakan yang menguntungkan bagi semua pihak yang terkait terutama bagi petani nenas. Diharapkan dengan adanya kebijakan pemerintah, petani sebagai produsen dapat meningkatkan pengusahaan nenas karena komoditi ini memiliki dayasaing. Selain itu diharapkan dengan hasil penelitian ini dapat memberikan masukan bagi Pemerintah Daerah atau instansi terkait dalam merumuskan strategi pengembangan dan pembangunan komoditas hortikultura terutama buah-buahan yang memiliki dayasaing.

II. TINJAUAN PUSTAKA