Pengeluaran Sosial Pemerintah GAMBARAN PEMBANGUNAN MANUSIA, PERTUMBUHAN

77 3.500 7.000 10.500 14.000 PACITAN PONOROGO TRENGGALEK TULUNGAGUNG BLITAR KEDIRI MALANG LUMAJANG JEMBER BANYUWANGI BONDOWOSO SITUBONDO PROBOLINGGO PASURUAN SIDOARJO MOJOKERTO JOMBANG NGANJUK MADIUN MAGETAN NGAWI BOJONEGORO TUBAN LAMONGAN GRESIK BANGKALAN SAMPANG PAMEKASAN SUMENEP KOTA KEDIRI KOTA BLITAR KOTA MALANG KOTA PROBOLINGGO KOTA PASURUAN KOTA MOJOKERTO KOTA MADIUN KOTA SURABAYA KabupatenKota PDRB per Kapita ADHK 1993 rupiah 1996 1999 2002 Grafik 4. Perkembangan PDRB per Kapita Atas Dasar Harga Konstan ADHK Tahun 1993 Menurut KabupatenKota se-Jawa Timur 1996-2002 77 10 20 30 40 50 60 70 PACITAN PONOROGO TRENGGALEK TULUNGAGUNG BLITAR KEDIRI MALANG LUMAJANG JEMBER BANYUWANGI BONDOWOSO SITUBONDO PROBOLINGGO PASURUAN SIDOARJO MOJOKERTO JOMBANG NGANJUK MADIUN MAGETAN NGAWI BOJONEGORO TUBAN LAMONGAN GRESIK BANGKALAN SAMPANG PAMEKASAN SUMENEP KOTA KEDIRI KOTA BLITAR KOTA MALANG KOTA PROBOLINGGO KOTA PASURUAN KOTA MOJOKERTO KOTA MADIUN KOTA SURABAYA KabupatenKota Jumlah Penduduk Miskin persen 1996 1999 2002 Grafik 5. Perkembangan Persentase Penduduk Miskin KabupatenKota di Propinsi Jawa Timur 1996-2002 77 10 20 30 40 50 60 70 PACITAN PONOROGO TRENGGALEK TULUNGAGUNG BLITAR KEDIRI MALANG LUMAJANG JEMBER BANYUWANGI BONDOWOSO SITUBONDO PROBOLINGGO PASURUAN SIDOARJO MOJOKERTO JOMBANG NGANJUK MADIUN MAGETAN NGAWI BOJONEGORO TUBAN LAMONGAN GRESIK BANGKALAN SAMPANG PAMEKASAN SUMENEP KOTA KEDIRI KOTA BLITAR KOTA MALANG KOTA PROBOLINGGO KOTA PASURUAN KOTA MOJOKERTO KOTA MADIUN KOTA SURABAYA KabupatenKota Indeks Pemberdayaan Jender 1996 1999 2002 Grafik 6. Perkembangan Indeks Pemberdayaan Jender Menurut KabupatenKota Propinsi Jawa Timur 1996-2002 77 2 4 6 8 10 12 14 16 18 20 PACITAN PONOROGO TRENGGALEK TULUNGAGUNG BLITAR KEDIRI MALANG LUMAJANG JEMBER BANYUWANGI BONDOWOSO SITUBONDO PROBOLINGGO PASURUAN SIDOARJO MOJOKERTO JOMBANG NGANJUK MADIUN MAGETAN NGAWI BOJONEGORO TUBAN LAMONGAN GRESIK BANGKALAN SAMPANG PAMEKASAN SUMENEP KOTA KEDIRI KOTA BLITAR KOTA MALANG KOTA PROBOLINGGO KOTA PASURUAN KOTA MOJOKERTO KOTA MADIUN KOTA SURABAYA KabupatenKota Pengeluaran Pemerintah Untuk Sektor Pendidikan persen 1996 1999 2002 Grafik 7. Perkembangan Pengeluaran Pemerintah Untuk Sektor Pendidikan Menurut KabupatenKota se-Jawa Timur Tahun 1996-2002 77 2 4 6 8 10 12 14 16 PACITAN PONOROGO TRENGGALEK TULUNGAGUNG BLITAR KEDIRI MALANG LUMAJANG JEMBER BANYUWANGI BONDOWOSO SITUBONDO PROBOLINGGO PASURUAN SIDOARJO MOJOKERTO JOMBANG NGANJUK MADIUN MAGETAN NGAWI BOJONEGORO TUBAN LAMONGAN GRESIK BANGKALAN SAMPANG PAMEKASAN SUMENEP KOTA KEDIRI KOTA BLITAR KOTA MALANG KOTA PROBOLINGGO KOTA PASURUAN KOTA MOJOKERTO KOTA MADIUN KOTA SURABAYA KabupatenKota Pengelaran Pemerintah Untuk Sektor Kesehatan persen 1996 1999 2002 Grafik 8. Perkembangan Pengeluaran Pemerintah Untuk Sektor Kesehatan Menurut KabupatenKota se-Jawa Timur 1996-2002

BAB VII ANALISIS HUBUNGAN ANTARA PERTUMBUHAN EKONOMI

DENGAN PEMBANGUNAN MANUSIA PROPINSI JAWA TIMUR Analisis hubungan antara kinerja ekonomi dengan pembangunan manusia Propinsi Jawa Timur diestimasi dengan menggunakan data panel dengan 29 kabupaten dan 8 kota sebagai komponen cross section. Sedangkan, sebagai komponen time series digunakan data 4 tahunan dari Laporan Pembangunan Manusia Indonesia LPMI tahun 2001 dan 2004. Analisis hubungan antara pertumbuhan ekonomi dengan pembangunan manusia Propinsi Jawa Timur dilakukan dengan menggunakan variabel Indeks Pembangunan Manusia IPM sebagai variabel terikatnya, yang dihubungkan dengan beberapa variabel bebas penjelas yang terdiri dari variabel pertumbuhan ekonomi PDRB, kemiskinan K, peran perempuan IDJ, pengeluaran pemerintah untuk sektor pendidikan PPP, dan pengeluaran pemerintah untuk sektor kesehatan PPK. Untuk melihat adanya kebijakan, ditambahkan variabel dummy otonomi daerah ke dalam model. Analisis dilakukan dengan model pooled least square , fixed effect, dan random effect

7.1 Uji Kesesuaian Model

Berdasarkan hasil estimasi model menggunakan data panel dengan pooled least square , fixed effect, dan random effect dilakukan pengujian terhadap kesesuaian model dengan Chow Test dan Hausman Test. Pengujian kesesuaian model tersebut dilakukan untuk mengetahui metode terbaik dalam mengestimasi hubungan antara pertumbuhan ekonomi dengan pembangunan manusia di Propinsi Jawa Timur.

7.1.1 Hasil Chow Test

Chow Test dilakukan untuk menentukan metode mana yang lebih baik antara model pooled least square dan fixed effect dalam menganalisis hubungan antara kinerja ekonomi dengan pembangunan manusia di Propinsi Jawa Timur. Hasil Chow Test dari model pooled least square dan fixed effect menghasilkan nilai Chow Test hitung dengan derajat bebas N-1 dan NT-N-K sebesar 32,014. Nilai F tabel yang diperoleh dengan derajat bebas K-1 dan N-K pada taraf nyata 5 persen adalah 2,49. Berdasarkan hasil perhitungan Chow Test tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa model fixed effect merupakan model yang lebih sesuai untuk menganalisis hubungan antara kinerja ekonomi dengan pembangunan manusia Propinsi Jawa Timur.

7.1.2 Hasil Hausman Test

Untuk menentukan model yang terbaik dalam menganalisis hubungan antara kinerja ekonomi dengan pembangunan manusia Propinsi Jawa Timur, dilakukan Hausman Test terhadap model fixed effect dan random effect. Statistik uji Hausman yang diperoleh antara model fixed effect dan random effect pada taraf nyata 5 persen adalah sebesar 17,42. Berdasarkan nilai statistik Hausman Test yang lebih kecil dari nilai kritis sebaran chi square ? 2 yang terdistribusi dengan derajat bebas 6 atau sebesar 12,59 maka dapat disimpulkan bahwa model fixed effect lebih sesuai untuk menganalisis hubungan antara kinerja ekonomi dengan pembangunan manusia Propinsi Jawa Timur daripada dengan model random effect. Dengan demikian, berdasarkan hasil uji kesesuaian model yang meliputi Chow Test dan Hausman Test, diketahui bahwa dari ketiga model yang telah dilakukan dalam pengolahan data panel, metode yang terbaik adalah metode fixed effect . Pengolahan dengan model fixed effect secara umum dilakukan dengan metode Pooled Least Square PLS atau tanpa pembobot no weighted atau dengan pembobot cross section weighted atau Generalized Least Square GLS. Setelah dibandingkan antara model fixed effect PLS dengan model fixed effect GLS, disimpulkan bahwa hasil estimasi dengan model fixed effect GLS menghasilkan lebih banyak variabel yang signifikan dibandingkan dengan model fixed effect PLS. Output dari pengolahan dengan menggunakan model fixed effect GLS menghasilkan estimasi seperti yang tercantum dalam tabel berikut. Tabel 6. Hasil Estimasi Panel Data dengan Fixed Effect GLS Variabel Elastisitas Standar Error t-stitistik Probablitas Log PDRB 0,008065 0,002897 2,783585 0,0070 Log K -0,039634 0,002837 -13,96889 0,0000 Log IDJ 0,004980 0,007442 0,669208 0,5056 Log PPP 0,018955 0,001515 12,50993 0,0000 Log PPK -0,005997 0,002487 -2,411019 0,0186 D otda 0,018184 0,002267 8,022196 0,0000 Adjusted R 2 0,999976 ESS 0,043684 DW 3,122502 Keterangan : signifikan pada taraf nyata 1 persen signifikan pada taraf nyata 5 persen Koefisien dari setiap cross section menunjukkan besarnya rata-rata perubahan IPM pada masing- masing kabupatenkota di Propinsi Jawa Timur. Kabupaten yang mempunyai rata-rata perubahan tertinggi adalah Kabupaten Bojonegoro sebesar 4,30 dan yang paling rendah adalah Kota Pasuruan sebesar 3,87. Pembangunan manusia yang baik di Kabupaten Bojonegoro didukung oleh infrastruktur pendidikan dan kesehatan semi kota yang memadai. Sedangkan Kota Pasuruan dikenal sebagai salah satu wilayah di Tapal Kuda, tingkat kesehatannya masih rawan, tingkat rata-rata pendidikan masih rendah, masih banyak desa dan penduduk yang miskin, pengeluaran rumah tangga masih dominan untuk keperluan makanan, dan angka ketergantungan anak yang cukup tinggi, sehingga perkembangan manusianya masih rendah.

7.2 Evaluasi Model

Model fixed effect GLS pada tabel di atas harus memenuhi asumsi klasik regresi. Untuk masalah multikolinearitas, menunjukkan tidak terdapat masalah multikolinearitas. Hal ini dapat dilihat dari nilai adjusted-R 2 model sebesar 0,9999 yang menunjukkan bahwa 99,99 persen variasi pembangunan manusia dapat dijelaskan oleh variasi peubah-peubah bebas dalam model. Selain itu, dari 6 variabel yang diestimasi, terdapat 5 variabel yang siginifikan pada taraf nyata 5 persen mempengaruhi pembangunan manusia Jawa Timur. Variabel pertumbuhan ekonomi, kemiskinan, peran perempuan, pengeluaran pemerintah untuk sektor pendidikan, variabel pengeluaran pemerintah untuk sektor kesehatan, dan otonomi daerah menunjukkan hasil yang berpengaruh secara signifikan terhadap pembangunan manusia di Jawa Timur pada taraf nyata 5 persen. Sedangkan variabel yang berpengaruh secara tidak signifikan pada taraf nyata 5 persen adalah peran perempuan IDJ. Model fixed effect harus memenuhi beberapa asumsi klasik regresi. Untuk mengatasi masalah heteroskedastisitas karena menggunakan data cross section, maka perlu diestimasi dengan uji white heteroskedasticity. Dari hasil pengolahan dengan uji white heteriscedasticity pada model fixed effect GLS, diperoleh hasil bahwa ESS weigthed statistic fixed effect GLS lebih kecil daripada ESS unweigthed statistic fixed effect PLS. Hasil estimasi dengan menggunakan metode fixed effect GLS secara teori ditemukan masalah autokorelasi yang ditunjukkan oleh nilai Durbin Watson sebesar 3,12 lebih dari 2. Namun karena estimasi dengan fixed effect tidak membutuhkan asumsi terbebasnya model dari serial korelasi, maka masalah autokorelasi dalam model dapat diabaikan Nachrowi dan Hardius, 2006. Dengan demikian uji asumsi klasik untuk estimasi model hubungan antara pertumbuhan ekonomi dengan pembangunan manusia dapat terpenuhi.

7.3 Analisis Hubungan Antara Pertumbuhan Ekonomi dengan

Pembangunan Manusia Propinsi Jawa Timur Dari hasil pengolahan data dengan model fixed effect GLS, diketahui bahwa variabel yang secara signifikan mempengaruhi pembangunan manusia Propinsi Jawa Timur pada taraf 5 persen adalah variabel PDRB per Kapita, tingkat kemiskinan, pengeluaran pemerintah untuk sektor pend idikan, pengeluaran pemerintah untuk sektor kesehatan, dan kebijakan otonomi daerah. Sedangkan variabel ya ng secara tidak signifikan mempengaruhi pembangunan manusia pada taraf nyata 5 persen adalah variabel peran perempuan.