Kerangka Operasional KERANGKA PEMIKIRAN

dimana : ω ι t = ε ι t + u it Bentuk ω ι t terdiri dari dua komponen error term yaitu ε i sebagai komponen cross section error dan u it yang merupakan gabungan dari komponen time series error dan komponen error kombinasi. Bentuk model efek acak akhirnya dapat ditulis dengan rumus: Y it = α 1 + β j x j it + ω ι t dengan ω it = ε i + v t + w it Dimana : ε i ∼ N0, δ ε 2 = komponen cross section error v t ∼ N0, δ v 2 = komponen time series error w it ∼ N0, δ w 2 = komponen error kombinasi. Asumsinya adalah bahwa error secara individua l tidak saling berkorelasi begitu juga dengan error kombinasinya. Dengan menggunakan model efek acak, maka dapat menghemat pemakaian derajat kebebasan dan tidak mengurangi jumlahnya seperti yang dilakukan pada model efek tetap. Hal ini berimplikasi parameter yang merupakan hasil estimasi akan menjadi semakin efisien.

3.2 Kerangka Operasional

Konsep pembangunan selama ini hanya menekankan pada pertumbuhan ekonomi economic growth. Padahal, pencapaian kesejahteraan masyarakat tidak cukup hanya dengan menekankan pada pembangunan ekonomi dan infrastruktur fisik, melainkan juga dengan pembangunan manusia human development. Adanya pergeseran paradigma pembangunan memerlukan interaksi antara pembangunan ekonomi dengan pembangunan manusia. Oleh karena itu, keberhasilan pembangunan tidak hanya dilihat dari besarnya PDRB tetapi juga ditunjukkan oleh capaian IPM. Propinsi Jawa Timur merupakan propinsi dengan tingkat pertumbuhan ekonomi dan PDRB yang tinggi. Namun keberhasilan dalam perekonomian di Jawa Timur tidak diikuti dengan kemajuan dalam pembangunan manusia. Selain itu, rendahnya PDRB per kapita dan tingginya angka kemiskinan menunjukkan belum berhasilnya kinerja pemerintah dalam mensinergiskan antara pembangunan ekonomi dengan pembangunan manusia di Propinsi Jawa Timur. Pelaksanakan pembangunan manusia harus ditangani melalui pendekatan multidimensi, baik itu ekonomi, politik, sosial-budaya, kesehatan dan pendidikan. Hak dasar warga merupakan public goods dimana pemerintah wajib menyelenggarakannya. Dengan demikian, instrumen pembangunan manusia tidak hanya terdiri atas instrumen keuangan, tetapi juga meliputi instrumen kelembagaan, SDM, serta instrumen kebijakan dan perundangan. Keberhasilan pembangunan ekonomi merupakan prasyarat bagi membaiknya kualitas kehidupan. Tanpa adanya kemajuan ekonomi secara berkesinambungan sustainable, maka realisasi potensi manusia tidak mungkin berlangsung. Dengan demikian, kenaikan pendapatan per kapita, pengentasan kemiskinan absolut, penambahan lapangan kerja, dan pemerataan pendapatan, merupakan hal-hal yang harus ada necessary conditions bagi pembangunan, tapi tidak akan memadai tanpa adanya faktor-faktor positif yang lainnya not sufficient conditions. Dengan adanya perbaikan IPM, pembangunan ekonomi yang dihumaniskan dengan pembangunan manusia juga dapat ditunjukkan dengan berkurangnya angka kemiskinan. Menurut Yudhoyono 2004, angka kemiskinan dipengaruhi oleh pertumbuhan ekonomi, kebijakan fiskal, dan tingkat upah. Walaupun tidak mempengaruhi secara langsung, IPM yang baik dapat mendukung usaha dalam mengurangi angka kemiskinan. Selain itu, pembangunan manusia juga terkait dengan peran perempuan dalam kehidupan sosial, ekonomi, bahkan politik, dari tingkat makro hingga rumah tangga. Kualitas hidup perempuan, mempunyai andil dalam perannya sebagai pendidik anak, perawat keluarga, pengatur kebutuhan dan pengeluaran rumah tangga. Keberhasilan pembangunan manusia juga didukung oleh kebijakan pengeluaran pemerintah expenditure policy yang dialokasikan untuk subsektor sosial yang meliputi pendidikan dan kesehatan dasar. Besarnya pengeluaran tersebut mengindikasikan besarnya komitmen pemerintah terhadap pembangunan manusia. Peningkatan anggaran dapat meningkatkan rasio tingkat pendidikan dan kesehatan, pelayanan kesehatan, air bersih, dan sanitasi rumah tangga. Apabila kesemuanya itu berjalan dengan baik, maka pembangunan manusia yang ditunjukkan oleh peningkatan kemampuan, pekerjaan, kesehatan, pendidikan, ataupun kualitas gizi dapat tercapai. Berdasarkan latar belakang, perumusan masalah, dan kerangka teori sebelumnya, kerangka operasional dari penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 2 di bawah ini. Gambar 2. Bagan Kerangka Operasional Penelitian

3.3 Hipotesis