Hasil Chow Test Hasil Hausman Test

7.3.1 Variabel Yang Signifikan Mempengaruhi Pembangunan Manusia Propinsi Jawa Timur

7.3.1.1 Pertumbuhan Ekonomi

Variabel pertumbuhan ekonomi, yang dalam hal ini menggunakan indikator Pendapatan Domestik Regional Bruto PDRB per kapita, berpengaruh secara signifikan dengan pembangunan manusia di Jawa Timur pada taraf nyata 5 persen. Nilai koefisien regresi dari variabel PDRB sebesar 0,008 dengan nilai probabilitas p-value sebesar 0,007. Artinya, jika PDRB per kapita meningkat sebesar 1 persen, maka nilai IPM di Jawa Timur meningkat sebesar 0,008 persen. Semakin tinggi PDRB per kapita Jawa Timur, maka semakin tinggi IPM Jawa Timur, cateris paribus. Hubungan positif dan signifikannya variabel pertumbuhan ekonomi PDRB per kapita dengan pembangunan manusia IPM Jawa Timur telah sesuai dengan teori dan hipotesis yang telah dibuat. Pembangunan ekonomi diyakini harus sejalan denga n pembangunan sosial sehingga pertumbuhan ekonomi dapat menyumbang langsung terhadap peningkatan kualitas kesejahteraan sosial; dan sebaliknya, pembangunan sosial dapat menyumbang langsung terhadap pembangunan ekonomi. Salah satu strategi pembangunan yang dilaksanakan pemerintah adalah berupaya meningkatkan laju pertumbuhan ekonomi dengan memacu pertumbuhan sektor-sektor dominan. Pembangunan pada sektor-sektor tersebut mendorong tersedianya kesempatan kerja yang pada akhirnya dapat meningkatkan dan memeratakan distribusi pendapatan antar anggota masyarakat. Sehingga akan mendorong peningkatan kesejahteraan masyarakat. Pertumbuhan ekonomi merupakan prasayarat tercapainya pembangunan manusia. Dengan adanya pertumbuhan ekonomi akan terjamin peningkatan produk tivitas dan peningkatan pendapatan melalui penciptaan kesempatan kerja. Hal tersebut sesuai dengan teori atau proses penetasan ke bawah trickle down effect . Dalam bidang ekonomi, pembangunan lebih ditekankan pada peningkatan yang bersamaan antara pertumbuhan ekonomi dan pendapatan per kapita sehingga akan mendongkrak daya beli untuk dapat memenuhi segala kebutuhan masyarakat. Namun, elastisitas dari variabel PDRB per kapita bernilai kurang dari satu inelastis. Hal ini menunjukkan bahwa pengaruh dari adanya pertumbuhan ekonomi tidak membawa perubahan pada capaian pembangunan manusia secara langsung. Pertumbuhan ekonomi diakibatkan karena adanya peningkatan pada sektor-sektor perekonomian. Namun peningkatan tersebut tidak secara langsung dapat meningkatkan pemerataan pembangunan, mengurangi angka pengangguran, menurunkan angka kemiskinan, ataupun masalah sosial ekonomi masyarakat lainnya.

7.3.1.2 Tingkat Kemiskinan

Variabel kemiskinan, yang dalam hal ini menggunakan persentase jumlah penduduk miskin, berpengaruh secara signifikan terhadap pembangunan manusia Jawa Timur pada taraf nyata 5 persen. Hasil estimasi hubungan antara pembangunan manusia dan kemiskinan diperoleh nilai koefisien regresi sebesar - 0,04 dengan probabilitas p-value sebesar 0,000. Artinya, setiap 1 persen penurunan persentase jumlah penduduk miskin, maka nilai IPM akan meningkat sebesar 0,04. Semakin rendah tingkat kemiskinan, semakin tinggi IPM Jawa Timur, cateris paribus. Hubungan negatif dan signifikannya variabel persentase jumlah penduduk miskin terhadap variabel pembangunan manusia telah sesuai dengan hipotesis dan teori. Kemiskinan menyebabkan seseorang tidak mempunyai kapabilitas untuk melakukan sesuatu, bukan karena tidak memiliki sesuatu. Dengan demikian, tingkat kemampuan seseorang untuk mengakses sumber daya sangat mempengaruhi tingkat kesejahteraannya. Jika individu tidak berada dalam kondisi miskin, maka segala kebutuhan dasarnya akan terpenuhi. Selain dapat mencukupi kebutuhan makannya, kesempatan untuk memperoleh pendidikan dan layanan kesehatan juga dapat terpenuhi. Penduduk miskin dapat melanjutkan sekolahnya, berobat ke dokter atau puskesmas, mendapatkan fasilitas pendidikan, kesehatan, sanitasi, dan air bersih. Pemenuhan kebutuhan tersebut akan meningkatkan kualitas penduduk yang pada akhirnya dapat meningkatkan IPM. Meskipun tidak mempengaruhi secara langsung, perbaikan IPM melalui pendidikan dan kesehatan terhadap orang miskin di suatu wilayah akan berdampak positif terhadap peningkatan kesempatan kerja danatau peningkatan produktivitas yang pada gilirannya akan meningkatkan pendapatan masyarakat dan melepaskannya dari lingkaran kemiskinan. Hal tersebut dapat ditunjukkan oleh elastisitas variabel kemiskinan yang secara absolut bernilai 0,03. Besarnya elastisitas variabel kemiskinan dibandingkan dengan variabel lainnya, menunjukkan bahwa kemiskinan mempunyai efek atau pengaruh secara langsung terhadap masalah pencapaian