Pertumbuhan Ekonomi GAMBARAN PEMBANGUNAN MANUSIA, PERTUMBUHAN

Jika dilihat secara rata-rata per kabupatenkota, PDRB per kapita terendah adalah Kota Blitar dan tertinggi adalah Kota Surabaya. Rendahnya PDRB per kapita Kota Blitar disebabkan karena adanya pemekaran wilayah. Sedangkan PDRB per kapita Kota Surabaya yang tinggi disebabkan karena posisi Kota Suarabaya sebagai ibukota propinsi dan pusat kegiatan perekonomian, terutama industri dan perdagangan, di Jawa Timur. Grafik 4 di atas juga menunjukkan adanya distribusi pendapatan antar kabupatenkota di Jawa Timur yang tidak merata. hal ini juga dipengaruhi oleh penerimaan Pendapatan Asli Daerah PAD tiap kabupatenkota yang berbeda- beda. Kabupatenkota yang menerima PAD paling tinggi adalah Kota Surabaya, sedangkan yang paling rendah adalah Kabupaten Sampang. Hal tersebut menunjukkan adanya ketimpangan pendapatan antar kabupatenkota di Jawa Timur. Secara tidak langsung PAD tidak digunakan dalam perhitungan PDRB, namun peranan PAD dapat dilihat dari perspektif lain dalam membiayai kegiatan operasional pemerintah. Sehingga dapat dilihat seberapa besar kebijakan pemerintah dalam meningkatkan perekonomian. Kebijakan yang berdampak positif terhadap perekonomian tidak terlalu berhubungan kuat dengan besarnya anggaran. Namun, perekonomian yang meningkat akan memberikan dampak pada peningkatan PDRB.

6.3 Tingkat Kemiskinan

Upaya yang dilakukan pemerintah Propinsi Jawa Timur dalam kebijakan pembangunannya adalah dengan melakukan pendataan jumlah penduduk miskin. Penghitungan jumlah penduduk miskin pada tahun 1996-1999 dilakukan dengan menggunakan pendekatan pengeluaran konsumsi rumah tangga dalam memenuhi kebutuhan makanan dan non makanan. Pendekatan ini bersifat makro karena menghitung penduduk miskin sampai pada tingkat kabupatenkota. Batas kemiskinan ya ng digunakan pada perhitungan jumlah penduduk miskin pada tahun 1996 adalah Rp 40.950 per kapitabulan untuk daerah perkotaan dan Rp 30.126 per kapitabulan untuk daerah pedesaan. Sedangkan pada tahun 1999, batas kemiskinan untuk daerah perkotaan sebesar Rp 90.924 per kapitabulan dan Rp 73.432 per kapitabulan. Jumlah penduduk miskin di Jawa Timur pada tahun 1999 mengalami peningkatan yang cukup signifikan dibandingkan dengan jumlah penduduk miskin pada tahun 1996, yaitu dari 22,13 persen menjadi 29,48 persen. Persentase perubahan jumlah penduduk miskin kurang lebih sebesar 7,34 persen. Sedangkan pendataan penduduk miskin pada tahun 2002 menggunakan Pendekatan Kemiskinan dengan Indikator Baru PKIB. Berdasarkan pendataan tersebut, jumlah penduduk miskin Propinsi Jawa Timur pada tahun 2002 adalah sebesar 28 persen. Perhitungan kemiskinan berdasarkan PKIB didasarkan pada 11 indikator, yaitu 1 Frekuensi beli pakaian setahun; 2 Fasiltas air bersih; 3 Proporsi pengeluaran untuk makanan; 4 Status kepemilikan rumah; 5 Jenis dinding; 6 Jenis lantai; 7 Fasilitas jamban; 8 Sumber penerangan; 9 Partisipasi sekolah anggota rumah tangga 6-15 tahun; 10 Sumber keuangan rumah tangga; dan 11 Fasilitas pelayanan kesehatan. Perkembangan jumlah penduduk miskin tiap kabupatenkota di Propinsi Jawa Timur pada tahun 1996-1999 dapat dilihat pada Grafik 5 berikut ini. Berdasarkan Grafik 5 tersebut, tersebut dapat dilihat bahwa perkembangan penduduk miskin di Jawa Timur pada kurun waktu 1996-1999, seluruh kabupatenkota mengalami peningkatan. Peningkatan tersebut diduga disebabkan oleh menurunnya daya beli penduduk akibat krisis ekonomi. Sedangkan pada tahun 2002, jumlah penduduk miskin pada kabupatenkota bervariasi, ada yang mengalami peningkatan dan penurunan. Tabel 3. Jumlah KabupatenKota Menurut Persentase Penduduk Miskin Tahun 1996-2002 Tahun Rata-rata Persentase Penduduk Miskin Jawa Timur Jumlah KabupatenKota dengan Persentase di Bawah Rata -Rata Jawa Timur Jumlah KabupatenKota dengan Persentase di Atas Rata -Rata Jawa Timur 1996 22,13 19 18 1999 29,79 19 18 2002 28,11 17 20 Sumber : BPS Propinsi Jawa Timur, 2002 Tabel 3 di atas menunjukkan bahwa dari sisi jumlah kabupatenkota, kondisi penduduk di Jawa Timur dari tahun ke tahun dapat dikatakan relatif sama. Gambaran ini dapat dilihat dari jumlah kabupatenkota dengan persentase penduduk miskin di bawah rata-rata persentase penduduk miskin di Jawa Timur dari tahun ke tahun jumlahnya relatif tidak berbeda. Meskipun pada tahun 2002 rata-rata persentase jumlah penduduk miskin di Jawa Timur menurun, namun jumlah penduduk miskin kabupatenkota yang berada di atas rata-rata penduduk miskin Jawa Timur meningkat. Menurunannya jumlah penduduk miskin pada beberapa kabupatenkota diduga disebabkan karena di beberapa daerah sudah mulai membaik kondisi perekonomian meskipun tingkat inflasi masih cukup tinggi. Namun beberapa daerah lain masih sedang dalam proses perbaikan sehingga yang menyebabkan