Hasil Penelitian Terdahulu TINJAUAN PUSTAKA

Hipotesa trickle down pada teori konvensional berpendapat bahwa pertumbuhan ekonomi yang cepat akan memberi sumbangan pada pembangunan manusia. Sedangkan pertumbuhan endogenous memberi suatu kerangka alternatif yaitu dengan perbaikan dalam tingkat kematian bayi dan pencapaian pendidikan dasar, akan berpengaruh positif terhadap pertumbuhan ekonomi BPS-Bappenas- UNDP, 2001. Pertumbuhan ekonomi justru merupakan sarana utama bagi pembangunan manusia, terutama pertumbuhan ekonomi yang merata secara sektoral dan kondusif terhadap penciptaan lapangan kerja. Hubungan yang tidak otomatis ini sesungguhnya merupakan tantangan bagi pelaksanaan pemerintah untuk merancang kebijakan yang mantap sehingga hubungan keduanya bersifat saling memperkuat.

2.4 Hasil Penelitian Terdahulu

Aisyah 2004 melakukan penelitian tentang Keterkaitan Antara Indikator Pembangunan Ekonomi PDRB dan Indikator Pembangunan Manusia IPM dalam Perekonomian Indonesia. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk : 1 Melihat gambaran ketimpangan antarwilayah dari berbagai indikator pembangunan ekonomi dan IPM, dan 2 Menganalisis keterkaitan antar indikator pembangunan ekonomi dan IPM. Hasil penelitian menunjukkan bahwa daerah yang kaya akan sumber daya alam dan daerah-daerah kantong-kantong industri, perdagangan, dan jasa memiliki nilai PDRB per kapita yang lebih tinggi dibandingkan dengan daerah lain yang tidak mempunyai kelebihan-kelebihan tersebut. IPM daerah yang pembangunan ekonominya tinggi cenderung sama dengan daerah lain yang pembangunan ekonominya sedang. Hubungan pembangunan ekonomi dan indikator IPM pada tahun penelitian mempunyai nilai yang positif dan signifikan. Hubungan pembangunan ekonomi dan pengeluaran riil per kapita bernilai positif dan signifikan. Sedangkan hubungan antara pembangunan ekonomi dan rata-rata lama bersekolah bernilai negatif dan tidak signifikan. Penelitian ini menyarankan bahwa untuk meningkatkan kualitas manusia Indonesia, maka kebijakan pemerataan yang diambil sebaiknya kebijakan yang berorientasi pada pertumbuhan ekonomi dan perbaikan kualitas manusia secara beriringan. Selain itu, kebijakan tersebut harus dapat memberikan suatu standar kesejahteraan minimal yang disepakati bersama sebagai komitmen nasional a minimum level of national standard of basic needs. Hal ini diperlukan untuk menjamin adanya kesempatan yang sama equal opportunity bagi semua warga negara Indonesia. Rahmanta 2006 juga melakukan penelitian tentang Dampak Pengeluaran Pemerintah terhadap Pertumbuhan dan Distribusi Pendapatan di Sumatera Utara dengan Pendekatan Sistem Neraca Sosial Ekonomi SNSE. Tujuan dari penelitian ini adalah menganalisis : 1 Dampak pengeluaran pemerintah terhadap sektor produksi institusi rumah tangga, dan nilai tambah faktor produksi, 2 Distribusi pendapatan antarrumah tangga, 3 Keterkaitan antarsektor, 4 Jalur struktural sektor pemerintahan, dan 5 Simulasi kebijakan. Hasil analisis pengganda menunjukkan bahwa setelah desentralisasi fiskal pengeluaran pemerintah memberikan dampak yang lebih besar terhadap sektor produksi, rumah tangga, dan nilai tambah faktor produksi dibandingkan sebelum desentralisasi fiskal. Distribusi pendapatan menunjukkan terjadinya pengurangan ketimpangan pendapatan di antara golongan rumah tangga. Keterkaitan ke depan sektor pemerintahan lebih besar dibandingkan keterkaitan ke belakang. Analisis jaringan struktural pada sektor pemerintahan menunjukkan jalur melalui faktor produksi tenaga kerja memperoleh dampak yang lebih besar terhadap golongan rumah tangga dibandingkan melalui jalur modal. Hasil simulasi menujukkan bahwa pengeluaran rutin, pengeluaran pembangunan, dan dana dekonsentrasi memberikan dampak positif terhadap sektor produksi, institusi rumah tangga, dan nilai tambah faktor produksi. Artinya peningkatan pegeluaran pemerintah diikuti peningkatan kinerja perekonomian daerah. Simulasi peningkatan pengeluaran pembangunan pemerintah dan investasi swasta investasi untuk sektor tanaman bahan makanan memberikan dampak terhadap pertumbuhan ekonomi dan sekaligus pemerataan pendapatan. Simulasi peningkatan investasi untuk sektor perkebunan memberikan dampak terhadap pertumbuhan ekonomi, tetapi belum memberikan pemerataan pendapatan antar rumah tangga. Sedangkan sektor perikanan memberikan dampak terhadap pertumbuhan ekonomi yang rendah, dan belum mampu menjadikan sektor ini sebagai salah satu tulang punggung perekonomian. Simulasi subsidi langsung tunai ke rumah tangga miskin memberikan dampak peningkatan pendapatan rumah tangga miskin dan pertumbuhan ekonomi pro poor growth. Salah satu keterbatasan dalam penelitian ini adalah tidak menganalisis aspek IPM dan kaitannya dengan pengelolaan pengeluaran pemerintah. Hal ini perlu mendapat perhatian mengingat isu pembangunan manusia sekarang menjadi krusial akibat krisis ekonomi. Oleh karena itu, perlu penelitian lanjutan dengan memasukkan aspek IPM sehingga dampak pengeluaran pemerintah terhadap variabel ekonomi dan non ekonomi dapat tergambar lebih jelas. Ilmalia 2005 melakukan penelitian dengan judul Analisis Peranan Sektor Pendidikan terhadap Perekonomian Indonesia. Tujuan dari penelitian ini adalah : 1 Melihat peranan sektor pendidikan terutama jasa pendidikan pemerintah terhadap perekonomian Indonesia dari sisi output, pendapatan, dan penyerapan tenaga kerja, dan 2 Menganalisis dampak kenaikan pengeluaran pemerintah di sektor jasa pendidikan pemerintah terhadap pembentukan output, pendapatan, dan penyerapan tenaga kerja. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa pada tahun 2000, alokasi output sektor pendidikan terutama jasa, pengeluaran pemerintah lebih banyak digunakan untuk keperluan konsumsi dibandingkan dengan keperluan produksi. Sektor pendidikan memerlukan lebih banyak input dalam bentuk input primer upah dan gaji, daripada input antara dan input yang diimpor. Dilihat dari nilai multipliernya, sektor jasa pengeluaran pemerintah cukup memiliki kemampuan untuk meningkatkan output, pendapatan, dan tenaga kerja sektor ekonomi lain. Simulasi kenaikan anggaran di sektor jasa pendidikan pemerintah menunjukkan bahwa sektor jasa pendidikan pemerintah ternyata mampu meningkatkan pembentukan output, pendapatan, dan penyerapan tenaga kerja dalam perekonomian Indonesia. Hasil penelitian ini hanya mengkaji dampak kenaikan pengeluaran pemerintah di sektor jasa pendidikan pemerintah terhadap perekonomian tahun 2005. Penelitian ini belum menggambarkan dampak kenaikan anggaran terhadap peningkatan kualitas sumber daya manusia serta kontribusinya bagi pertumbuhan ekonomi dalam jangka panjang. Riyanto 2003 melakukan penelitian dengan judul Analisis Dampak Kebijakan Desentralisasi Fiskal terhadap Perekonomian Daerah dan Pemerataan Pembangunan Wilayah di Indonesia. Aliran dana perimbangan dari pemerintah pusat secara signifikan meningkatkan APBD, tetapi tidak berdampak secara signifikan dalam peningkatan perekonomian daerah. Hal ini disebabkan oleh masih cukup besarnya belanja rutin dalam komponen APBD, kualitas SDM yang rendah di daerah, dan tidak efisiennya birokrasi pemerintah, kelembagaan pemerintah yang lemah, serta tidak efektifnya proses perencanaan pembangunan di daerah karena derajat partisipasi masyarakat masih rendah. Hasil analisis simulasi menunjukkan bahwa dana perimbangan dapat memperbaiki pemerataan pembangunan antarwilayah walaupun secara aktual pemerataan pembangunan wilayah pada tahun 2001 belum membaik. Pemerataan pembangunan wilayah tersebut akan lebih baik jika Dana Alokasi Umum DAU diterapkan secara konsisten dengan mengurangi peranan faktor penyeimbang faktor politik. Salah satu rekomendasi atau saran dari penelitian ini adalah bahwa pemerintah daerah seharusnya menciptakan iklim investasi yang kondusif sehinga dapat menarik investor dan meningkatkan perekonomian yang pada gilirannya dapat menyerap tenaga lokal sebagai sumber Pendapatan Asli Daerah PAD. Diantaranya adalah dengan meningkatkan kualitas SDM lokal dengan meningkatkan anggaran sektor pendidikan. Penelitian di Propinsi Jawa Timur terkait dengan pembangunan manusia pernah dilakukan oleh Soebeno 2005 dengan judul Analisis Pembangunan Manusia dan Penentuan Prioritas Pembangunan Sosial di Jawa Timur. Tujuan dari penelitian ini adalah 1 Mengkaji tingkat pembangunan manusia di wilayah Jawa Timur dan menelaah implikasi pembangunan di wilayah Jawa Timur serta mengidentifikasi ketimpangan relatif antarwilayah terhadap pembangunan sosial; 2 Mengkaji potensi sumberdaya wilayah human, natural, man-made, dan social capital di wilayah Jawa Timur terhadap pembangunan sosial; dan 3 Menentukan prioritas pembangunan sosial manusia berdasarkan hasil analisis dengan memperhitungkan perkembangan, hierarki, dan potensi sumberdaya wilayah. Periode 1996-1999, terjadi kemunduran pembangunan manusia di Jawa Timur karena dalam pada tahun 1998 terjadi krisis ekonomi. Namun kemudian mengalami peningkatan pada tahun 1999-2002. Pembangunan manusia kabupatenkota di Jawa Timur masih cukup rendah, karena status pembangunan manusia kabupatenkota digo longkan pada tingkat mene ngah yang rendah. Sedangkan potensi sumberdaya di sebelah pantai utara Provinsi Jawa Timur, terutama wilayah Tapal Kuda yang relatif dekat dengan Kota Surabaya, merupakan wilayah yang mempuyai tingkat pembangunan manusia yang memprihatinkan dibandingkan dengan wilayah selatan. Penelitian ini dilakukan dengan berdasarkan permasalahan, keterbatasan, dan saran dari penelitian-penelitian sebelumnya. Propinsi Jawa Timur merupakan salah satu propinsi dengan tingkat pertumbuhan ekonomi yang tinggi, namun tingkat pembangunan manusianya masih tergolong rendah. Rendahnya pembangunan manusia tersebut ditunjukkan oleh masih banyaknya penduduk miskin dan wilayah tertinggal yang tersebar di kabupatenkota di Jawa Timur. Oleh karena itu, dalam penelitian yang berjudul Analisis Hubungan Antara Pertumbuhan Ekonomi dengan Pembangunan Manusia Propinsi Jawa Timur ini, akan dibahas hubungan dan besarnya pengaruh dari pertumbuhan ekonomi dan tingkat kemiskinan terhadap pencapaian pembangunan manusianya. Mengingat peran penting dari perempuan dalam kehidupan rumah tangga, maka akan dilihat hubungan dan besar pengaruhnya terhadap pembangunan manusia Jawa Timur. Selain itu, berdasarkan saran dari penelitian terdahulu, akan dilihat pula hubungan dan besarnya pengaruh dari pengeluaran sosial pemerintah terhadap pembangunan manusia Jawa Timur. Dalam hal ini adalah pengeluaran pembangunan untuk sektor pendidikan dan kesehatan dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah APBD setiap kabupatenkota di Jawa Timur. Serta dengan adanya kebijakan otonomi daerah mulai 1 Januari 2001, akan dilihat hubungan dan besar pengaruhnya terhadap pembangunan manusia Propinsi Jawa Timur.

BAB III KERANGKA PEMIKIRAN