Pertumbuhan Ekonomi Pertumbuhan Ekonomi dan Pembangunan Manusia

Pembangunan SDM menempatkan manusia terutama sebagai input dari proses produksi sebagai suatu sarana, bukan tujuan. Pendekatan kesejahteraan melihat manusia sebagai pemanfaat beneficiaries bukan sebagai agen perubahan dalam pembangunan. Pendekatan kebutuhan dasar memfokuskan pada penyediaan barang dan jasa kebutuhan hidup. Hal penting dari konsep pembangunan manusia antara lain : i pembangunan bertujuan akhir meningkatkan harkat dan martabat manusia; ii mengemban misi pemberantasan kemiskinan; iii mendorong peningkatan produktivitas secara maksimal dan meningkatkan kontrol atas barang dan jasa; iv memelihara konservasi alam lingkungan dan menjaga keseimbangan ekosistem; v memperkuat basis civil society dan institusi politik guna mengembangkan demokrasi; dan vi merawat stabilitas sosial politik yang kondusif bagi implementasi pembangunan. Oleh karena itu, paradigma pembangunan manusia kini menjadi tema sentral dalam wacana perdebatan mengenai isu- isu pembangunan. Orientasi pembangunan pun bergeser dari sekadar mencapai tujuan makroekonomi seperti peningkatan pendapatan nasional dan stabilitas fiskal, ke upaya memantapkan pembangunan sosial societal development.

2.2 Pertumbuhan Ekonomi

Menurut Todaro 1998, pertumbuhan ekonomi didefinisikan sebagai suatu proses dimana kapasitas produksi dari suatu perekonomian meningkat sepanjang waktu untuk menghasilkan tingkat pendapatan yang semakin besar. Sedangkan menurut Salvatore 1997, pertumbuhan ekonomi adalah suatu proses dimana PDB riil per kapita meningkat secara terus menerus melalui kenaikan produktivitas per kapita. Sasaran berapa kenaikan produksi riil per kapita dan taraf hidup pendapatan riil per kapita merupakan tujuan utama yang perlu dicapai melalui penyediaan dan pengarahan sumber-sumber produksi. Kuznet mendefinisikan pertumbuhan ekonomi sebagai kenaikan jangka panjang dalam kemampuan suatu negara untuk menyediakan semakin banyak jenis barang-barang ekonomi kepada penduduknya. Kemampuan ini tumbuh sesuai dengan kemajuan teknologinya dan penyesuaian kelembagaan dan ideologis negara yang bersangkutan Jhingan, 1992. Teori klasik juga membahas pertumbuhan ekonomi dengan penekanan pada akumulasi kapital yang dapat meningkatkan output. Asumsinya bahwa fleksibilitas harga dan upah akan menciptakan kesempatan kerja penuh. Model pertumbuhan klasik didasari oleh dua faktor utama, yaitu pertumbuhan output total dan pertumbuhan penduduk. Adam Smith mengatakan bahwa peningkatan output atau pertumbuhan ekonomi dapat dilakukan dengan tiga metode, yaitu peningkatan spesialisasi kerja, sistem pembagian kerja, dan penggunaan mesin untuk meningkatkan produkivitas. Apabila ketiga metode tersebut dilakukan, maka peningkatan akumulasi kapital akan terjadi. Fungsi dasar dari semua kegiatan ekonomi pada hakekatnya adalah untuk menyediakan sebanyak mungkin perangkat dan bekal guna menghindari segala kesengsaraan dan ketidakberdayaan yang diakibatkan oleh kekurangan pangan, sandang, papan, kesehatan, dan keamanan. Atas dasar tersebut dapat dinyatakan bahwa keberhasilan pembangunan ekonomi itu merupakan prasyarat bagi membaiknya kualitas kehidupan.

2.3 Pertumbuhan Ekonomi dan Pembangunan Manusia

Modal manusia human capital merupakan salah satu faktor penting dalam pembangunan ekonomi. Dengan modal manusia yang berkualitas, kinerja ekonomi diyakini juga akan lebih baik. Sehingga dapat dikatakan bahwa “social development is economic development” Mubyarto, 2004 1 . Menurut Todaro 1997, sumber daya manusia dari suatu bangsa, bukan modal fisik atau sumber daya material, merupakan faktor paling menent ukan karakter dan kecepatan pembangunan sosial dan ekonomi suatu bangsa bersangkutan. Laporan tahunan UNDP secara konsisten menunjukkan bahwa pembangunan manusia mendorong pertumbuhan ekonomi dan pertumbuhan ekonomi yang tidak memperhatikan pembangunan manusia tidak akan bertahan lama sustainable. Agar berjalan positif dan berkelanjutan harus ditunjang oleh kebijakan sosial social policy pemerintah yang pro pembangunan manusia sosial. Hubungan antara pertumbuhan ekonomi dan pembangunan manusia dapat dijelaskan melaui 2 dua jalur seperti yang tergambarkan pada Gambar 1. Jalur pertama adalah melalui kebijakan dan pengeluaran pemerintah. Dalam hal ini, faktor yang menentukan adalah pengeluaran pemerintah untuk subsektor sosial yang meliputi prioritas dalam pendidikan dan kesehatan dasar. Besarnya pengeluaran tersebut mengindikasikan besarnya komitmen pemerintah terhadap pembangunan manusia. 1 www.jurnalekonomirakyat.com “Kualitas Manusia Indonesia”. Mubyarto 2004 Gambar 1. Alur Hubungan Antara Pertumbuhan Ekonomi dengan Pembangunan Manusia Jalur kedua adalah melalui kegiatan pengeluaran rumah tangga. Dalam hal ini, faktor yang menentukan adalah besar dan komposisi pengeluaran rumah tangga untuk kebutuhan dasar seperti pemenuhan nutrisi anggota keluarganya, biaya pelayanan pendidikan dan kesehatan dasar, serta untuk kegiatan lain yang serupa. Selain pengeluaran pemerintah dan pengeluaran rumah tangga, hubungan antara kedua variabel itu berlangsung melalui penciptaan lapangan kerja. Aspek ini sangat penting merupakan “jembatan” yang mengkaitkan antara keduanya UNDP dalam Soebeno, 2006. Kecenderungan rumah tangga untuk membelanjakan pendapatan bersihnya untuk barang-barang yang memiliki kontribusi langsung terhadap pembangunan manusia, seperti makanan, air, pendidikan, dan kesehatan, terga ntung dari sejumlah faktor seperti tingkat kemiskinan dan distribusi pendapatan antar rumah tangga dan juga pada siapa yang berperan dalam kehidupan dan mengontrol alokasi pengeluaran dalam rumah tangga. Pertumbuhan ekonomi Kebijakan dan pengeluaran pemerintah Distribusi Pendapatan dan Tingkat Kemiskinan Pengeluaran rumah tangga untuk kebutuhan dasar Rasio tingkat pendidikan, pelayanan kesehatan, pelayanan air bersih, dan sanitasi Pembangunan Manusia Rasio Pengeluaran Sosial Pemerintah Sumber : Soebeno, 2005 dimodifikasi Secara umum diketahui bahwa sebagian besar porsi pendapatan penduduk miskin dihabiskan untuk konsumsi dibandingkan dengan penduduk kaya. Sementara, perempuan cenderung memiliki andil yang tidak kecil dalam mendidik anak, merawat keluarga, serta mengatur kebutuhan dan pengeluaran rumah tangga. Semakin tinggi tingkat pendidikan perempuan, akan semakin positif bagi pembangunan manusia. Oleh karena itu, dapat dikatakan bahwa pembangunan manusia ditentukan bukan hanya oleh tingkat dan distribusi pendapatan. Melainkan juga oleh peran perempuan dalam rumah tangga dan peran pemerintah dalam kebijakan pengeluarannya. Alokasi sumber daya untuk pembangunan manusia dari sisi pemerintah tersebut merupakan fungsi dari tiga hal, yaitu total pengeluaran sektor pemerintah, berapa banyak yang dialokasikan ke sektor-sektor pembangunan manusia, dan bagaimana anggaran tersebut dialokasikan ke sektor sosial tersebut. Dengan kata lain, pengaruh pembangunan manusia terhadap pertumbuhan ekonomi akan lebih meyakinkan jika memang ada kebiasaan untuk mendukung pendidikan yang baik, yang mana tergantung pada tahapan pembangunan itu sendiri. Selain itu, pengaruh positif juga jika terdapat tingkat investasi yang tinggi, distribusi pendapatan yang lebih merata, dukungan untuk modal sosial yang lebih baik, serta kebijakan ekonomi yang lebih memadai. Akan tetapi, hubungan antara pertumbuhan ekonomi dan pembangunan manusia secara empiris terbukti tidak bersifat otomatis. Banyak wilayah yang mengalami pertumbuhan ekonomi yang cepat tanpa diikuti oleh pembangunan manusia yang seimbang, begitu pula sebaliknya. Bukti tersebut tidak berarti bahwa pertumbuhan ekonomi tidak penting bagi pembangunan manusia. Hipotesa trickle down pada teori konvensional berpendapat bahwa pertumbuhan ekonomi yang cepat akan memberi sumbangan pada pembangunan manusia. Sedangkan pertumbuhan endogenous memberi suatu kerangka alternatif yaitu dengan perbaikan dalam tingkat kematian bayi dan pencapaian pendidikan dasar, akan berpengaruh positif terhadap pertumbuhan ekonomi BPS-Bappenas- UNDP, 2001. Pertumbuhan ekonomi justru merupakan sarana utama bagi pembangunan manusia, terutama pertumbuhan ekonomi yang merata secara sektoral dan kondusif terhadap penciptaan lapangan kerja. Hubungan yang tidak otomatis ini sesungguhnya merupakan tantangan bagi pelaksanaan pemerintah untuk merancang kebijakan yang mantap sehingga hubungan keduanya bersifat saling memperkuat.

2.4 Hasil Penelitian Terdahulu