Kemiskinan Indeks Pemberdayaan Jender IDJ

3.1.2 Pendapatan Domestik Regional Bruto PDRB

PDRB sebagai indikator pembangunan ekonomi disebut juga dengan Pendapatan Regional. Lipsey 1995 menyatakan bahwa pendapatan suatu negara atau wilayah dapat diukur melalui 3 tiga pendekatan yaitu pendekatan produksi, pendapatan, dan pengeluaran. Manfaat PDRB adalah sebagai petunjuk atau indikator kemampuan sumber daya ekonomi, tingkat pendapatan penduduk, laju pertumbuhan ekonomi, dan strukur perekonomian yang menggambarkan peranan sektor ekonomi dalam suatu wilayah. PDRB dihitung dengan 2 dua cara yaitu berdasar harga berlaku dan berdasar harga konstan. PDRB atas dasar harga berlaku menggambarkan nilai tambah barang dan jasa yang dihitung dengan menggunakan harga pada setiap tahun. Sedangkan PDRB atas dasar harga konstan menunjukkan nilai tambah dari masing- masing sektor ekonomi dinilai atas dasar harga tetap pada tahun dasar. Karena penggunaan harga tetap, maka perkembangan nilai tambah dari tahun ke tahun semata- mata karena perkembangan produksi riil dan bukan karena kenaikan harga. Oleh karena itu, melalui PDRB per kapita dapat dilihat rata-rata pendapatan yang diterima oleh setiap penduduk yang tinggal di suatu daerah selama periode waktu tertentu. PDRB per kapita atas dasar harga konstan dapat menunjukkan pertumbuhan ekonomi suatu wilayah yang sebenarnya.

3.1.3 Kemiskinan

Menurut Bappenas dalam Papalaya 2004, kemiskinan mencakup unsur- unsur: a ketidakmampuan dalam memenuhi kebutuhan dasar, kerentanan, ketidakberdayaan, dan ketidakmampuan menyalurkan aspirasinya. Komite Penganggulangan Kemiskinan dalam Papalaya 2004, mendefinisikan cir i-ciri masyarakat miskin, yaitu tidak mempunyai dayakemampuan untuk : a memenuhi kebutuhan dasar kesehatan basic need deprivation; b melakukan kegiatan usaha produktif; c menjangkau akses sumber daya sosial dan ekonomi inaccessibility; d menentukan nasibnya sendiri; dan e membebaskan diri dari mental dan budaya miskin serta senantiasa merasa memp unyai martabat dan harga diri yang rendah. Menurut Asian Development Bank dalam Papalaya 2004, kemiskinan adalah ketiadaan aset-aset dan kesempatan esensial yang menjadi hak setiap manusia. Kemiskinan lebih baik diukur dengan ukuran seperti pendidikan dasar, rawatan kesehatan, gizi, air bersih, dan sanitasi; di samping pendapatan, pekerjaan, dan upah. Ukuran ini digunakan untuk mewakili hal- hal yang tidak berwujud, seperti rasa ketidakberdayaan dan ketiadaan kebebasan untuk berpartisipasi. Sedangkan definisi kemiskinan menurut Bank Dunia 2004 adalah tidak tercapainya kehidupan yang layak dengan pendapatan 1 perhari. Pengurangan kemiskinan merupakan salah satu prioritas utama dalam pembangunan di Indonesia. Pembangunan yang tidak dikaitkan dengan masalah kemiskinan akan membuka peluang munculnya permasalahan-permasalahan jangka pendek dan jangka panjang yang akan membahayakan proses dan keberlanjutan pembangunan itu sendiri.

3.1.4 Indeks Pemberdayaan Jender IDJ

Pencapaian dalam IPM tidak memasukkan tingkat ketidakseimbangan gender dalam pencapaian-pencapaian pembangunan manusia. Oleh karena itu, diperkenalkan konsep pembangunan dan pemberdayaan jender untuk meihat ketidaksetaraan pencapaian antara laki- laki dan perempuan BPS-Bappenas- UNDP. Konsep tersebut memfokuskan pada peranan, hubungan dan tanggung jawab sistem sosial ekonomi jender pada tingkat makro nasional dan internasional, tingkat intermediate sektor, dan tingkat mikro masyarakat atau keluarga rumah tangga. Upaya pengarusutamaan jender akan mempengaruhi IPM, dengan asumsi bahwa perubahan intervensi pembangunan yang tidak bias jender akan meningkatkan nilai kesejahteraan manusia secara keseluruhan. Dengan pengukuran ini dapat dilihat peran dan tanggung jawab perempuan pada kualitas hidupnya sendiri karena beban dan perannya sebagai pemelihara kesehatan keluarga, pengatur keuangan rumah tangga, kebebasan mengembangkan diri karena dibebani tanggung jawab pengasuhan anak, serta rasa aman dari kekerasan dalam rumah tangga. Indeks pemberdayaan jender IDJ mengukur partisipasi perempuan di bidang ekonomi perempuan dalam angkatan kerja dan rata-rata upah di sektor non-pertanian, politik perempuan di parlemen dan pengambil keputusan perempuan pekerja profesional, pejabat tinggi, dan manajer. Adanya ketimpangan IDJ memperlihatkan masih rendahnya partisipasi perempuan dalam pengambilan keputusan di ranah publik.

3.1.5 Pengeluaran Sosial Pemerintah