Berdasarkan Grafik 5 tersebut, tersebut dapat dilihat bahwa perkembangan penduduk miskin di Jawa Timur pada kurun waktu 1996-1999, seluruh
kabupatenkota mengalami peningkatan. Peningkatan tersebut diduga disebabkan oleh menurunnya daya beli penduduk akibat krisis ekonomi. Sedangkan pada
tahun 2002, jumlah penduduk miskin pada kabupatenkota bervariasi, ada yang mengalami peningkatan dan penurunan.
Tabel 3. Jumlah KabupatenKota Menurut Persentase Penduduk Miskin Tahun 1996-2002
Tahun Rata-rata
Persentase Penduduk Miskin
Jawa Timur Jumlah KabupatenKota
dengan Persentase di Bawah Rata -Rata
Jawa Timur Jumlah KabupatenKota
dengan Persentase di Atas Rata -Rata
Jawa Timur 1996
22,13 19
18 1999
29,79 19
18 2002
28,11 17
20
Sumber : BPS Propinsi Jawa Timur, 2002
Tabel 3 di atas menunjukkan bahwa dari sisi jumlah kabupatenkota, kondisi penduduk di Jawa Timur dari tahun ke tahun dapat dikatakan relatif sama.
Gambaran ini dapat dilihat dari jumlah kabupatenkota dengan persentase penduduk miskin di bawah rata-rata persentase penduduk miskin di Jawa Timur
dari tahun ke tahun jumlahnya relatif tidak berbeda. Meskipun pada tahun 2002 rata-rata persentase jumlah penduduk miskin di Jawa Timur menurun, namun
jumlah penduduk miskin kabupatenkota yang berada di atas rata-rata penduduk miskin Jawa Timur meningkat.
Menurunannya jumlah penduduk miskin pada beberapa kabupatenkota diduga disebabkan karena di beberapa daerah sudah mulai membaik kondisi
perekonomian meskipun tingkat inflasi masih cukup tinggi. Namun beberapa daerah lain masih sedang dalam proses perbaikan sehingga yang menyebabkan
penurunan daya beli penduduk. Secara rata-rata, jumlah penduduk miskin paling rendah adalah di Kabupaten Sidoarjo, sedangkan yang paling tinggi adalah
Kabupaten Sampang. Meskipun demikian, dari tahun ke tahun, 13 kabupaten di Jawa Timur
cenderung masih memiliki penduduk miskin yang persentasenya lebih tinggi dibandingkan dengan rata-rata persentase penduduk miskin Jawa Timur. Ketiga
belas kabupaten tersebut adalah Kabupaten Pacitan, Ponorogo, Trenggalek, Madiun, Magetan, Bojonegoro, Tuban, Lumajang, Jember, Bondowoso,
Probolinggo, Sampang, dan Sumenep. Rendahnya penduduk miskin di Kabupaten Sidoarjo dikarenakan
banyaknya industri yang berkembang termasuk pula industri rumah tangga. Dengan berkembangnya industri rumah tangga tersebut, setidaknya dapat
mengangkat ekonomi rumah tangga dan penduduk di Kabupaten Sidoarjo. Sedangkan tingginya penduduk miskin di Kabupaten Sampang dikarenakan
pertumbuhan dan kemajuan wilayah yang sulit berkembang dan tidak didukung oleh kualitas sumber daya manusia yang baik.
6.4 Indeks Pemberdayaan Jender
Peran perempuan dalam pembangunan manusia mempunyai posisi yang cukup penting. Perempuan ikut terlibat dalam tingkatan makro bahkan
internasional, sampai dengan rumah tangga. Dalam lingkup makro, perempuan terlibat dalam pembuat kebijakan dalam pembangunan. Sedangkan dalam lingkup
keluarga, salah satu peran perempuan adalah sebagai pengatur keuangan keluarga.
Besarnya peran perempuan salah satunya ditunjukkan oleh Indeks Pemberdayaan Jender IDJ dalam bidang sosial kemasyarakatan, ekonomi
perempuan dalam angkatan kerja dan rata-rata upah di sektor non pertanian, dan pengambil keputusan perempuan pekerja profesional, pejabat tinggi, manajer,
dan ketatalaksanaan. Dalam penelitian ini diasumsikan bahwa banyaknya perempuan yang
bekerja menunjukkan keinginan mereka untuk meningkatkan pendapatan keluarga. Dalam hal ini, semakin banyak perempuan yang bekerja, khususnya
yang bekerja sebagai pegawai, menunjukkan tingat kemampuan kepandaian perempuan. Semakin pandai perempuan, maka perempuan itu juga pandai dalam
mengatur sega la keperluan dan pengeluaran rumah tangga. IDJ Propinsi Jawa Timur menunjukkan banyaknya perempuan yang
bekerja, berdasarkan 3 komponen pembentuk IDJ. Perkembangan peran perempuan menurut KabupatenKota di Propinsi Jawa Timur, yang dalam
penelitian ini ditunjukkan oleh IDJ, dapat dilihat dalam Grafik 6 berikut ini.
Dari Grafik 6 di atas dapat dilihat bahwa perkembangan peran perempuan sebelum dan sesudah krisis bervariasi menurut kabupatenkota. Bahkan secara
rata-rata, pada masa setelah krisis, peran perempuan banyak yang meningkat, baik itu di sektor politik, sosial, ataupun ekonomi. Secara rata-rata, IDJ paling tinggi
adalah di Kabupaten Blitar, sedangkan IDJ yang paling rendah di Kabupaten Bondowoso.
6.5 Pengeluaran Sosial Pemerintah
Pengeluaran pembangunan pemerintah yang termasuk ke dalam sektor sosial meliputi pengeluaran untuk sektor pendidikan dan sektor kesehatan.
Berdasarkan format Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah APBD, sektor pendidikan terdiri dari subsektor Pendidikan, Kebudayaan Nasional, Kepercayaan
terhadap Tuhan Yang Maha Esa, Pemuda dan Olahraga. Sedangkan sektor kesehatan juga terdiri dari subsektor Kesehatan, Kesejahteraan Sosial, Peranan
Wanita, Anak, dan Remaja. Tabel 4. Realisasi Pengeluaran Pembangunan KabupatenKota Propinsi Jawa
Timur Tahun 1996-2002
Pengeluaran Rata-rata pengeluaran
1996 1999
2002 Milyar
Rupiah Milyar
Rupiah Milyar
Rupiah Pembangunan
726.352,34 973.464,44
3.520.160,74 Pendidikan
67.235,08 9,26
82.395,99 8,46
361.997,95 10,28
Kesehatan 30.081,55
4,14 47.242,88
4,85 249.574,33
7,09 Pendidikan dan
Kesehatan 97.316,63
13,4 129.638,87
13,31 611.572,28
17,37
Sumber : www.sikd.djpkd.go.id
data diolah
Berdasarkan data pada Tabel 4, dapat dilihat bahwa alokasi pengeluaran pemerintah kabupatenkota di Propinsi Jawa Timur pada kurun waktu 1996-2002,
masih banyak digunakan untuk sektor-sektor di luar bidang sosial. Pengeluaran sosial pada tahun 1996 sebesar 13,4 persen dari total pengeluaran pembangunan.
Kemudian mengalami penurunan sebesar 0,09 persen pada tahun 1999 dan meningkat lagi menjadi 17,37 persen pada tahun 2002.
Pengeluaran pemerintah untuk sektor pendidikan pada tahun 1996 mencapai 9,26 persen. Akibat krisis, pada tahun 1999 menurun menjadi 8,46
persen dan meningkat kembali menjadi 10,28 persen pada tahun 2002. Meskipun mengalami peningkatan, persentase pengeluaran tersebut tidak mencapai 20
persen dari total pengeluaran pembangunan dalam APBN dan APBD, sesuai target yang telah dianggarkan oleh pemerintah.
Perkembangan pengeluaran pemerintah KabupatenKota di Jawa Timur yang dialokasikan untuk sektor pendidikan dan sektor kesehatan dapat
digambarkan seperti pada Grafik 7 berikut ini. Berdasarkan grafik tersebut, pada tahun 1999 pengeluaran pemerintah kabupatenkota untuk sektor pendidikan
cenderung mengalami penurunan, yang kemudian meningkat pada tahun 2002. Secara rata-rata, selama kurun waktu 1996-2002, pengeluaran pemerintah untuk
sektor pendidikan yang paling tinggi adalah Kabupaten Bangkalan dan yang paling rendah adalah Kabupaten Ngawi.