Kerajaan Mataram Anambas Johor
Kehidupan Kerajaan-Kerajaan Islam di Nusantara
57
Konsep dan Aktualita
Hal-hal penting yang dicapai oleh Sultan Agung sebagai berikut. 1. Mempersatukan tanah Jawa dan Madura kecuali Batavia dan Banten, Palembang, Jambi, dan
Banjarmasin. 2. Mempertahankan Mataram sebagai negara agraris. Mataram maju dengan perdagangan berasnya.
3. Mengadakan ekspansi secara besar-besaran sehingga mampu menguasai daerah-daerah sepanjang pantai utara Jawa dan mampu menyerang VOC di Batavia dua kali 1628 dan 1629 tetapi gagal.
Kegagalan ini disebabkan oleh perbekalan sangat kurang, gudang beras di Kerawang dibakar oleh VOC, jarak antara Batavia dan Mataram sangat jauh sehingga menyebabkan prajurit kelelahan, Batavia
dipagari tembok-tembok yang tinggi dan dilengkapi persenjataan yang modern, adanya wabah penyakit dan Banten tidak mengusir penjajah.
4. Mengubah perhitungan tahun Jawa dari Hindu Saka ke Islam Hijriah. Perhitungan tahun Jawa Hindu berdasarkan peredaran matahari sedangkan tahun Jawa Islam berdasarkan peredaran bulan. Tahun 1638
bertepatan dengan tahun 1555 Saka. 5. Menulis kitab Sastra Gending yang merupakan kitab filsafat, kitab Niti Sruti, kitab Niti Sastra
Asthabrata yang berisi ajaran tabiat baik yang bersumber pada kitab Ramayana. 6. Mengadakan upacara Gerebeg Maulud dan Gerebeg Syawal.
Setelah Sultan Agung wafat, tidak ada raja pengganti yang memiliki
kecakapan seperti Sultan Agung, bahkan ada raja yang menjalin kerja sama dengan
VOC. Akibatnya, banyak terjadi pem- berontakan, misalnya pemberontakan
Adipati Anom yang dibantu Kraeng Gale- sung dan Monte Merano, pemberontakan
Raden Kadjoran, serta pemberontakan Trunojoyo. Dalam menghadapi pembe-
rontakan-pemberontakan tersebut, raja- raja Mataram, misalnya Amangkurat I
dan II, meminta bantuan VOC. Hal inilah yang menyebabkan raja-raja Mataram semakin kehilangan kedaulatan.
Setelah wafat pada tahun 1703, Amangkurat II digantikan oleh putranya, yaitu Sunan Mas Amangkurat III. Pengangkatan Amangkurat III ditentang oleh Pangeran Puger, adik
Amangkurat II atau paman Amangkurat III. Akibatnya, terjadilah Perang Mahkota I 1704 – 1708 yang dimenangkan oleh Pangeran Puger yang dibantu oleh VOC. Setelah naik
takhta, Pangeran Puger bergelar Paku Buwono I 1708 – 1719. Adapun Sunan Mas Amangkurat III melarikan diri ke daerah pedalaman Malang.
Pada waktu Paku Bowono I wafat 1719, takhta kerajaan diganti oleh putra mahkota, Sunan Prabu Mangkunegara yang bergelar Amangkurat IV 1719 – 1727. Pada masanya,
berkobar Perang Mahkota II 1719 – 1723. Selain Pangeran Diponegoro nama yang kebetulan sama dengan Pangeran Diponegoro yang melawan Belanda pada abad ke-19
dan Pangeran Dipasanta, keduanya putra Paku Buwono I dari selir, memberontak pula Pangeran Purboyo, Pangeran Blitar, dan Arya Mataram. Pada tahun 1723, pemberontakan-
pemberontakan tersebut dapat dipadamkan berkat bantuan VOC.
Sekilas Tokoh
Trunojoyo
Trunojoyo adalah putra raja Madura, cucu Cakraningrat I. Ia mengadakan perlawanan terhadap Amangkurat I dan II karena
kedua raja itu bekerja sama dengan VOC. Selain itu, ayahnya di bunuh oleh Amangkurat I dan sepeninggal ayahnya bukan dia yang
menjadi penggantinya, melainkan pamannya, Cakraningrat II. Merasa tidak puas, ia kemudian mengembara dan bertemu Adipati Anom
kelak Amangkurat II, Kraeng Galesung, dan Pangeran Giri keturunan Sunan Giri. Dengan bantuan mereka, ia mengadakan
pemberontakan terhadap Amangkurat I. Setelah berhasil menguasai Madura, ia menyerang Mataram. Pemberontakan Trunojoyo dapat
dipadamkan oleh Amangkurat II yang semula menjadi sekutunya dengan bantuan VOC.
58
Cakrawala Sejarah SMAMA Kelas XI Bahasa
Setelah Amangkurat IV, takhta selanjutnya dipegang oleh Paku Buwono II. Masa pemerintahannya 1727 – 1749 merupakan babak terakhir sejarah Kerajaan Mataram.
Pada masanya, terjadi Perang Mahkota III 1947 – 1755. Raden Mas Said, putra Mangkunegara yang bersekutu dengan Pangeran Mangkubumi, mengadakan pemberontakan
terhadap Paku Buwono II. Seperti halnya Perang Mahkota I dan II. Perang Mahkota III ini pun melibatkan campur tangan VOC. Bahkan, sebelum Paku Buwono II wafat 1749,
kekuasaan Mataram telah diserahkan kepada VOC.
Pengganti Paku Buwono II adalah putranya, Adipati Anom yang bergelar Paku Buwono III 1749 – 1788. Pada masa pemerintahannya 1755 diadakan Perjanjian
Giyanti antara Paku Buwono III dan Pangeran Mangkubumi untuk mengakhiri perebutan kekuasaan. Hasilnya, wilayah Mataram dibagi menjadi dua, yaitu Kasunanan Surakarta
dengan Paku Buwono III sebagai rajanya dan Kesultanan Yogyakarta dengan Pangeran Mangkubumi yang kemudian bergelar Hamengku Buwono I sebagai rajanya.
Perkembangan selanjutnya, Raden Mas Said dan Paku Buwono III menandatangani Perjanjian Salatiga 1757. Isinya, Raden Mas Said mendapatkan sebagian daerah
Kasunanan Surakarta yang kemudian dikenal dengan nama Mangkunegaran. Dengan demikian, wilayah Mataram terbagi menjadi tiga, yaitu Kesultanan Yogyakarta, Kasunanan
Surakarta, dan Mangkunegaran.
Konsep dan Aktualita
Birokrasi Pemerintahan Mataram
Di dalam struktur pemerintahan, raja memegang kekuasaan tertinggi, kemudian diikuti oleh sejumlah pejabat yang diserahi tugas-tugas tertentu. Jabatan-jabatan di bawah raja ada hubungannya dengan
pembagian wilayah. Wilayah kekuasaan Mataram dibagi menjadi beberapa kesatuan wilayah dengan keraton sebagai
pusatnya. 1. Wilayah Kutanegara atau Kutagara, yaitu wilayah ibu kota kerajaan yang meliputi istana raja.
2. Wilayah Negara Agung, yaitu wilayah yang mengitari Kutanegara. 3. Wilayah Mancanegara, yaitu wilayah yang berada di luar Negara Agung tetapi tidak termasuk wilayah
pantai. Wilayah ini dibagi menjadi dua, yaitu Mancanegara Wetan yang meliputi Jawa Timur sekarang dan Mancanegara Kilen yang meliputi Jawa Tengah sekarang.
4. Wilayah Pesisiran, yaitu wilayah yang terletak di daerah pantai utara Jawa. Wilayah ini dibagi dua, yaitu Pesisiran Wetan dan Pesisiran Kilen yang dibatasi oleh Sungai Serang yang mengalir di antara
Demak dan Jepara. Adapun jabatan pemerintahan di bawah raja dibagi menjadi dua jabatan pokok.
1. Jabatan di dalam istana, dipegang oleh empat wedana lebet wedana dalam yaitu wedana gedong kiwa dan wedana gedong tengen yang bertugas mengurus keuangan dan perbendaharaan istana, serta wedana
keparak kiwa dan wedana keparak tengen yang bertugas mengurus keprajuritan dan pengadilan.
Keempat wedana dalam ini dikoordinasi oleh patih dalam patih lebet. Untuk urusan pemerintahan di Kutanegara, raja mengangkat dua orang tumenggung. Baik wedana dalam maupun tumenggung,
keduanya termasuk anggota Dewan Tertinggi Kerajaan. 2. Jabatan di luar istana ada tiga, yaitu jabatan di wilayah Negara Agung, jabatan di wilayah Mancanegara,
dan jabatan di wilayah Pesisiran. Wilayah Negara Agung terbagi menjadi delapan yang masing-masing
Kehidupan Kerajaan-Kerajaan Islam di Nusantara
59
dikepalai oleh wedana jawi wedana luar. Kedelapan wedana luar ini dikoordinasi oleh patih luar patih jawi. Wilayah Mancanegara, baik wetan maupun kilen, masing-masing dikepalai oleh wedana
bupati, sama seperti di wilayah Mancanegara. Selain bergelar tumenggung atau adipati, wedana bupati di wilayah Pesisiran juga bergelar Kiai Demang atau Kiai Ngabehi.
Di bidang pengadilan, terdapat jabatan jeksa yang berhak mengemukakan bukti dan mengajukan
tuntutan. Adapun yang berhak mengadili adalah raja. Sementara itu, pejabat-pejabat seperti wedana dan bupati tidak mendapat gaji, tetapi mereka mendapat hak tanah gaduhan sebagai tanah lungguh. Untuk
menciptakan ketertiban di seluruh kerajaan diciptakan peraturan-peraturan yang dinamakan angger- angger. Angger-angger ini harus ditaati oleh seluruh penduduk.
Diskusi
Bagaimana hubungan atau keterkaitan antarraja Kerajaan Demak, Pajang, dan Mataram? Perjelas jawaban Anda dengan silsilah para raja Diskusikan dengan kelompok Anda dan
laporkan hasilnya pada guru