Perlawanan Sultan Hasanuddin Sultan Hasanuddin

Perkembangan Budaya dan Masyarakat Indonesia .... 109 saudara antara Makassar melawan Bone. Dalam hal ini, Belanda membantu Bone. Akibatnya, Hasanuddin gagal dalam menghadapinya sehingga harus menandatangani Persetujuan Bongaya tahun 1667 yang isinya: a. Hasanuddin memberi kebebasan VOC dalam melaksanakan perdagangan di Makassar; b. VOC memegang monopoli perdagangan di wilayah Indonesia Timur dengan pusat di Makassar; c. wilayah Bone yang pernah diduduki Hasanuddin dikembalikan kepada Arupalaka, Raja Bone.

3. Perlawanan Sultan Ageng Tirtayasa 1650 – 1682 Sultan Ageng Tirtayasa

adalah Raja Banten yang terbesar dalam perlawanan terhadap kekuasaan Belanda. Dalam rangka mengembalikan kejayaan Banten seperti pada masa pemerintahan Hasanuddin dan Yusuf, Sultan Ageng berusaha memerangi kekuasaan VOC. Namun, putra mahkotanya, Sultan Haji, justru terjerat kerja sama dengan Belanda dan berbalik melawan ayahnya. Terjadilah perang saudara yang dimenangkan Sultan Haji dengan dukungan Belanda. Dalam pertempuran tersebut, Sultan Ageng ditangkap dan dibawa ke Batavia, sementara takhta Banten diserahkan kepada Sultan Haji dengan campur tangan Belanda. 4. Perlawanan Sultan Nuku dari Tidore 1797 – 1885 Usaha Sultan Nuku untuk mengusir penjajah Belanda di Maluku yang menyengsarakan rakyat diawali dengan meningkatkan angkatan perangnya. Ia juga berhasil mendamaikan Gubernur Ambon dengan Gubernur Ternate yang sedang berselisih agar mau bersatu dan bersama-sama mengusir penjajah. Sultan Nuku juga mengadakan hubungan dengan Inggris yang waktu itu kebetulan sedang berselisih dengan Belanda. Mereka bersama-sama melawan Belanda dan berhasil merebut kota Soa Siu dari kekuasaan Belanda pada tanggal 20 Juni 1801. Maluku pun dapat dipersatukan kembali.

5. Perlawanan Kapitan Pattimura 1817

Tindakan Belanda yang sewenang-wenang terhadap rakyat dan monopolinya yang merugikan menyebabkan Pattimura merasa berkewajiban membebaskan rakyat Saparua, Maluku. Penolakan Residen Van den Berg membayar harga perahu menurut kesepakatan menambah kemarahan rakyat. Pattimura yang juga dikenal dengan nama Thomas Matulessi menyerbu benteng Duurstede dan berhasil menguasainya, sementara Residen Van den Berg terbunuh. Penggantinya ialah Letkol Groot yang berpolitik licik serta berusaha memecah belah. Banyak pemimpin yang ditangkapnya, sehingga kekuatan rakyat semakin lemah. Dalam pertempuran selanjutnya, Pattimura beserta kawan-kawannya tertangkap dan pada tanggal 16 Desember 1817 Pattimura dijatuhi hukuman mati dengan cara digantung di benteng Niew Victoria. Perjuangan Pattimura dibantu Christina Martha Tiahahu . 110 Cakrawala Sejarah SMAMA Kelas XI Bahasa 6. Perlawanan Padri 1821 – 1837 Gerakan Padri didirikan oleh tiga orang ulama, yakni Haji Miskin, Haji Piambang, dan Haji Sumanik sepulang dari tanah suci. Ketiga ulama tersebut sangat kecewa melihat kebiasaan masyarakat Minangkabau yang telah sangat jauh dari ajaran Islam. Usaha untuk memengaruhi masyarakat mendapat perlawanan keras kaum adat hingga timbullah peperangan. Berikut sebab-sebab timbulnya perang. a. Adanya perbedaan pendapat antara kaum ulamapadri dengan kaum adat. Kaum ulama yang terpengaruh gerakan wahabi menghendaki pelaksanaan ajaran agama Islam berdasarkan Quran dan hadis. b. Kaum ulama ingin memberantas kebiasaan buruk yang dilakukan kaum adat, seperti berjudi, menyabung ayam, dan mabuk. c. Perebutan pengaruh antara kaum adat dan kaum ulama. Kaum ulama dipimpin oleh Imam Bonjol. Pertempuran semula terjadi pada tahun 1825 di Minangkabau antara kaum adat dan kaum ulama. Kaum adat kemudian minta bantuan kepada Belanda. Namun, Belanda sedang terdesak akibat menghadapi Pangeran Diponegoro. Maka, Belanda mengajak berunding saja dan mau mengakui batas wilayah kekuasaan kaum Padri. Sesudah tahun 1830, Belanda mengobarkan perang antara kaum adat melawan kaum padri, dan Belanda membantu kaum adat. Semula pertempuran itu terjadi, tetapi kemudian kaum adat sadar akan bahaya Belanda. Oleh karena itu, kaum adat bergabung dengan kaum padri melawan Belanda sejak tahun 1832. Belanda di bawah Van den Bosch menggunakan sistem benteng stelsel dan dikirimlah bantuan di bawah pimpinan Sentot Ali Basa Prawirodirjo yang kemudian justru ikut memihak kepada kaum padri. Karena membelot, Sentot dibuang ke Cianjur. Kemudian Belanda menyerang kota Bonjol dan mengadakan Perjanjian Plakat Panjang 1833 , isinya: a. penduduk dibebaskan pembayaran pajakkerja rodi, b. Belanda akan menjadi penengah jika timbul perselisihan antarpenduduk, c. perdagangan dilakukan hanya dengan Belanda, dan d. penduduk boleh mengatur pemerintahan sendiri. Dengan siasat Benteng Stelsel, Belanda mengepung benteng Bonjol pada tanggal 25 Oktober 1837 sehingga Imam Bonjol tertangkap dan dibuang ke Cianjur. Pada tahun 1854, Imam Bonjol wafat di Manado.

7. Perlawanan Pangeran Diponegoro 1825 – 1830

Sejak awal abad ke-18 Belanda memperluas daerah kekuasaannya dan berhasil menguasai sebagian besar wilayah Mataram pada tahun 1802. Pengaruh Belanda mulai menyebar di kalangan istana dan mengancam kehidupan agama Islam. Sebagai salah seorang pemimpin negara dan pemuka agama, Pangeran Diponegoro tergerak untuk melakukan perlawanan.