Jika kandungan air, protein, karbohidrat dan selulosa dalam suatu bahan tinggi maka akan menyebabkan laju transmisi uap airnya tinggi.
Hal ini dikarenakan air, protein, karbohidrat dan selulosa bersifat polar sehingga akan mudah larut karena sama-sama bersifat polar. Lemak
bersifat non polar sehingga uap air dan lemak tidak akan larut, dan ini akan menyebabkan nilai laju transmisi uap airnya rendah.
Menurut Robertson 1993, nilai laju transmisi uap air tidak hanya dipengaruhi oleh tingkat kepolaran bahan tetapi juga dipengaruhi oleh
kerapatan bahan. Diduga kelobot jagung pioneer memiliki kerapatan yang lebih besar dibanding kelobot jagung super sweet sehingga nilai
laju transmisi uap airnya lebih rendah. Kelobot jagung pioneer memiliki kandungan air yang lebih tinggi
dari pada kelobot jagung super sweet tetapi kelobot jagung pioneer diduga memiliki kandungan selulosa yang tinggi juga sehingga akan
memiliki banyak gugus -OH. Gugus –OH yang ada dalam selulosa membentuk suatu ikatan hidrogen, ikatan yang terbentuk akan
menghambat masuknya uap air sehingga nilai laju transmisinya rendah. Selain itu kelobot jagung pioneer juga memiliki kandungan lemak yang
lebih tinggi sehingga akan membuat nilai laju transmisi uap airnya rendah.
Berdasarkan Uji-T nilai laju transmisi uap air kelobot jagung super sweet
dan kelobot jagung pioneer tidak berbeda nyata. Uji-T dapat dilihat pada Lampiran 7.
d. Laju Transmisi Oksigen
Hasil penelitian menunjukkan nilai laju transmisi oksigen pada kelobot jagung kering varietas pioneer dan varietas super sweet tidak
terukur karena melebihi batas maksimum alat yang digunakan. Alat pengukur laju transmisi oksigen speedivac 2 yang digunakan
mempunyai batas pengukuran antara 0 sampai 240 ccm
2
24 jam. Tingginya nilai laju transmisi oksigen kelobot jagung dikarenakan bahan
terlalu poros, sehingga oksigen dapat keluar masuk dengan bebas.
Menurut Salisbury dan Ross 1995, dalam daun terdapat lubang-lubang alami untuk proses penguapan dan salah satu lubang alaminya adalah
stomata. Stomata merupakan salah satu hal yang dapat menyebabkan
keporosan daun karena dengan adanya stomata, oksigen dapat keluar masuk dengan bebas. Selain itu, bukaan di antara serat-serat yang besar
juga dapat menyebabkan bahan terlalu poros. Pengujian laju transmisi oksigen dilakukan pada lapisan luar kelobot
jagung varietas pioneer dan lapisan luar kelobot jagung varietas super sweet
. Pemilihan ini berdasarkan hasil terbaik dari sifat fisik, kimia dan mekanis yang telah dilakukan pada kelobot jagung. Laju transmisi
oksigen kelobot jagung kering diukur pada kelembaban relatif udara 50 dengan suhu 24
˚C.
4. Kemungkinan Pengembangan Kelobot Jagung Sebagai Bahan
Kemasan
Kelobot jagung yang digunakan sebagai bahan kemasan adalah kelobot jagung dalam keadaan kering. Sebagai bahan kemasan, informasi
mengenai sifat mekanis kelobot jagung seperti kekuatan tarik, laju transmisi uap air dan oksigen sangat diperlukan untuk menentukan produk
yang cocok dikemas oleh kelobot jagung. Bila dibandingkan dengan bahan kemasan lain misalnya kertas kraft
yang memiliki nilai kekuatan tarik sejajar serat sebesar 240-1100 kgfcm
2
, dan tegak lurus serat sebesar 120-510 kgfcm
2
, kekuatan tarik kelobot jagung sejajar serat varietas pioneer untuk lapisan luar, tengah dan dalam
sudah termasuk dalam selang tersebut. Nilai kekuatan tarik sejajar serat kelobot jagung varietas super sweet untuk lapisan luar dan tengah juga
sudah memenuhi selang tersebut tetapi tidak untuk lapisan dalam. Dilihat dari nilai kekuatan tarik, kelobot jagung dapat digunakan sebagai bahan
kemasan yang mementingkan kekuatan sehingga kelobot jagung juga dapat digunakan untuk mengemas produk yang biasa dikemas oleh kertas
kraft seperti beras dan biji-bijian.
Dilihat dari nilai laju transmisi oksigen, kelobot jagung varietas pioneer
dan varietas super sweet memiliki laju transmisi oksigen yang sangat tinggi sehingga kelobot jagung tidak sesuai sebagai bahan kemasan
untuk produk yang peka terhadap oksigen misalnya produk yang berlemak. Hal ini dikarenakan jika oksigen masuk maka dapat
menyebabkan terjadinya oksidasi yang menghasilkan peroksida dan asam lemak rantai pendek yang menyebabkan terjadinya ketengikan produk.
Dilihat dari nilai laju transmisi uap air, kelobot jagung varietas pioneer
dan varietas super sweet memiliki laju transmisi uap air yang sangat tinggi 570,80-665,49 gm
2
24 jam dibandingkan dengan daun pisang
yang memiliki
nilai laju
transmisi uap
air sebesar
43,44 gm
2
24 jam. Hal ini menyebabkan kelobot jagung tidak sesuai untuk mengemas produk yang peka terhadap uap air, misalnya produk
gula. Selama ini kelobot jagung sudah dimanfaatkan oleh masyarakat
sebagai kemasan produk dodol dan wajik. Kedua produk ini termasuk dalam produk pangan semi basah yang sebenarnya termasuk dalam produk
yang peka terhadap oksigen dan uap air. Penggunaan kelobot jagung pada produk dodol dan wajit sebenarnya lebih dilihat pada nilai jual seninya
sebagai bahan kemasan yang etnik. Warnanya yang coklat alami dan bentuknya yang unik dapat menarik minat masyarakat untuk membeli
produk wajit dan dodol yang dikemas menggunakan kelobot jagung. Berdasarkan analisa sifat fisik, kimia dan mekanis yang telah diuji,
kelobot jagung memiliki peluang untuk dikembangkan sebagai bahan kemasan sesuai dengan sifat-sifat yang dimiliki oleh masing-masing
kelobot jagung, misalnya dengan mencari bahan coating untuk kelobot jagung sehingga dapat memperbaiki sifat laju transmisi uap air dan
oksigen. Komponen utama untuk coating yang digunakan haruslah berasal dari bahan yang dapat menahan uap air dan oksigen salah satunya adalah
coating komposit yang berasal dari bahan hidrokoloid dan lipid.
Hidrokoloid yang dapat digunakan sebagai coating adalah protein gelatin, kasein, protein kedelai, protein jagung dan gluten gandum, dan