Enterobacter sakazakii memiliki kapsul polisakarida yang bersifat antifagositik
sehingga mengurangi kemampuan eliminasi oleh tubuh. Beberapa faktor yang mungkin menyebabkan E. sakazakii mampu
bertahan dalam proses lingkungan yaitu respon terhadap pengeringan, toleransi terhadap pemanasan, menghasilkan suatu bentuk polisakarida yang
memungkinkan terjadinya perlekatan, dan membentuk sebuah biofilm yang menyebabkan resisten terhadap bahan pembersih dan disinfektan Hassel 2004.
Farmer et al. 1980 menemukan bahwa seluruh galur E. sakazakii rentan terhadap gentamycin, kanamycin, chloramphenicol, dan ampicilin; lebih dari 87
E. sakazakii bersifat rentan terhadap nalidixic acid, streptomycin, tetracycline,
dan carbenicilin; 71 dan 67 bersifat rentan terhadap sulfadiazine dan colistin; hanya 13 yang bersifat rentan terhadap cephalothin. Seluruh galur bersifat
resisten terhadap penicillin; hanya satu dari lebih dari 100 galur yang diuji menunjukkan resistensi terhadap antibiotik berganda.
2.2.2 Habitat dan Sumber Penyebaran
Berdasarkan temuan para peneliti diketahui bahwa E. sakazakii dapat bersumber dari lingkungan dan berbagai makanan
Tabel 1. Enterobacter sakazakii
bukan merupakan mikroorganisme normal pada saluran pencernaan hewan dan manusia, sehingga disinyalir bahwa tanah, air, sayuran, tikus dan lalat
merupakan sumber infeksi Iversen dan Forsythe 2003. Enterobacter sakazakii juga ditemukan sebagai salah satu kontaminan dalam berbagai produk makanan
Hassel 2004.
Tabel 1 Sumber penyebaran Enterobacter sakazakii
Lingkungan Sumber makanan dan peralatan
Minyak mentah Daging mentah
Lalat Gelas bir
Peralatan pembuatan makanan Susu bayi susu sapi dan kedelai
Peralatan rumah sakit Beras
Tanah Tahu Air Susu
bubuk Tikus Sayur-sayuran
Iversen dan Forsythe 2003; Hassel 2004
Enterobacter sakazakii ditemukan sebesar 9-35 dalam susu bubuk
formula, 44 dalam sereal, 27 dalam tepung kentang, 23 dalam produk pasta, 31 dalam peralatan dapur dan tidak ditemukan dalam rempah-rempah Kandhai
et al . 2004. Organisme ini telah diisolasi dari berbagai makanan termasuk keju,
roti, tahu, teh asam, daging yang dikuring, dan sosis. Enterobacter sakazakii juga ditemukan pada khamir roti karena organisme ini merupakan bagian dari flora
permukaan biji sorghum Gassem 1999 dalam Iversen dan Forsythe 2003. Selain itu, organisme ini ditemukan pada biji padi Cottyn et al. 2001 dalam Iversen dan
Forsythe 2003. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat pencemaran E. sakazakii
dalam makanan bayi di Indonesia pada tahun 2003 sebesar 13.5 Estuningsih et al
. 2006 dan pada susu formula sebesar 6.52 Estuningsih 2004. Pada tahun 2006, sebanyak 5 dari 22 atau 22.73 susu formula dan 6 dari 15 atau 40
produk makanan bayi di Indonesia positif terkontaminasi E. sakazakii Estuningsih et al. 2007. Adapun laporan kejadian E. Sakazakii dalam makanan
dan susu bayi di beberapa negara disajikan pada Tabel 2.
Tabel 2 Laporan kejadian Enterobacter sakazakii dalam makanan dan susu bayi
Negara Produk terkontaminasi
Referensi
USA Susu bubuk
Farmer et al. 1980 Netherlands
Susu bubuk rekonstitusi, susu bubuk formula
Muytjens et al. 1983 Czechia
Susu bubuk formula Postupa and Aldova 1984
35 negara Susu bubuk pengganti ASI
Muytjens et al. 1988 Canada
Susu bubuk rekonstitusi, susu bubuk formula
Nazarowec-White dan Farber 1997
USA Susu bubuk formula
Simmons et al. 1989 Israel
Susu bubuk formula, blender Bar-Oz et al. 2001;
Block et al. 2002
2.2.3 Kejadian Infeksi Enterobacter sakazakii