pemberian anthelmentik dan antibiotik. Selain itu, pakan yang diberikan telah diiradiasi sehingga mengurangi kontaminasi mikroorganisme yang dapat
menurunkan daya tahan tubuh induk. Berbagai perubahan histopatologis dapat diamati pada usus, cerebrum, medula spinalis, dan limpa pada mencit neonatus,
baik yang mati maupun tidak mati akibat infeksi E. sakazakii.
4.2 Perubahan Histopatologis Usus
Saluran pencernaan, termasuk usus, merupakan tempat utama rangsangan antigen pada hewan. Usus dapat menjadi barier sekaligus jalur masuk bahan
toksik dan karsinogenik ke dalam tubuh yang masuk melalui rute per oral Schackelford dan Elwell 1999.
Partikel antigen seperti bakteri dapat dengan mudah menembus mukosa usus dan melalui cara ini masuk ke pembuluh laktil
dan pembuluh porta Tizard 1987. Infeksi bakteri patogen dapat menyebabkan inflamasi usus enteritis yang
ditandai dengan 1 infiltrasi sel radang, 2 deskuamasi epitel usus 3 udema pada lamina propria, 4 kongesti arteri pada lapisan superfisial, 5 dilatasi
jaringan Peyer’s patches, 6 hemoragi, dan 7 ditemukannya perlekatan bakteri pada batas mikrovili usus Barker et al. 1993. Pada penelitian ini, paramater
pengamatan histopatologi usus yang digunakan untuk menentukan ada tidaknya peradangan akibat infeksi E. sakazakii terdiri atas deskuamasi epitel usus, udema
pada lamina propria, dan jumlah sel radang.
4.2.1 Deskuamasi Epitel dan Udema Lamina Propria
Deskuamasi epitel merupakan kejadian lepasnya sel epitel dari permukaan jaringan. Menurut Barker et al. 1993, deskuamasi epitel merupakan salah satu
tanda umum inflamasi usus. Selain akibat kondisi patologis, secara fisiologis tubuh akan meregenerasi epitel usus setiap 5-7 hari Price dan Wilson 1995.
Pengamatan histopatologis pada penelitian ini dilakukan 3 hari post infeksi sehingga tubuh belum sempat meregenerasi epitel yang mengalami deskuamasi.
Infeksi bakteri dapat menyebabkan terjadinya enteritis hemoragika yang antara lain ditandai dengan deskuamasi epitel dalam jumlah banyak Barker et al. 1993.
Hasil pengamatan skoring deskuamasi epitel dapat dilihat pada Tabel 6.
Tabel 6 Rataan jumlah skoring berdasarkan peringkat dengan uji Kruskal-Wallis untuk deskuamasi epitel pada usus halus dan usus besar mencit neonatus
akibat infeksi E. sakazakii dengan berbagai dosis infeksi secara per oral
Kelompok Dosis Infeksi
Usus Halus Usus Besar
Kontrol NaCl fisiologis
4 11
I 10
3
cfuml 9.4
11 II 10
4
cfuml 15
11 III 10
5
cfuml 15.4
11 IV 10
6
cfuml 20.2
11 V 10
7
cfuml 26
15.6 Kelompok kontrol tidak memperlihatkan deskuamasi epitel usus halus
maupun usus besar, lamina propria tidak berisi banyak sel radang, dan kripta masih padat dan normal Gambar 13. Sedangkan infeksi E. sakazakii pada mencit
neonatus menyebabkan deskuamasi epitel usus halus dan usus besar, udema pada lamina propria terutama di bawah membran basal epitel usus, dan penebalan
kripta Gambar 14. Derajat keparahan deskuamasi epitel akibat infeksi E. sakazakii di usus
halus lebih parah dibandingkan usus besar. Menurut analisis statistik non parametrik dengan uji Kruskal-Wallis, terdapat perbedaan nyata P0,05 skoring
deskuamasi epitel usus halus antara kelompok kontrol dengan kelompok yang diinfeksikan E. sakazakii. Sedangkan pada usus besar, skoring deskuamasi epitel
tidak menunjukkan perbedaan yang nyata P0,05. Dengan demikian, usus halus lebih peka terhadap E. sakazakii danatau toksinnya dibandingkan dengan usus
besar. Semakin besar dosis infeksi, semakin banyak deskuamasi epitel usus halus yang terjadi. Dekuamasi epitel usus besar hanya terjadi pada kelompok V yang
diinfeksikan E. sakazakii dengan dosis tertinggi yaitu 10
7
cfuml. Selain deskuamasi epitel, terjadi udema di lamina propria walaupun pada
beberapa vili usus deskuamasi epitel belum terjadi. Menurut Shackelford dan Elwell 1999, pada inflamasi akut di usus terjadi udema di lamina propia. Usus
yang mengalami deskuamasi epitel dan udema lamina propria menjadi rapuh dan hal ini merupakan awal enteritis nekrotikan. Mencit neonatus yang diinfeksikan
10
7
cfuml E. sakazakii mengalami enteritis nekrotikan yang ditandai dengan nekrose sel-sel di tunika mukosa dan infiltasi sel radang terutama di lamina
propria Gambar 14. Epitel berperan sebagai pelindung mukosa usus sehingga
bila telah terjadi deskuamasi epitel maka usus akan mudah diinfeksi mikroorganisme.
Gambar 13 Usus halus kiri dan usus besar kanan mencit neonatus kontrol.
Keterangan: l lumen usus, e epitel utuh, lp lamina propria, k kripta, tunika muskularis tm. Pewarnaan HE. Pembesaran 200x.
Gambar 14 Usus halus mencit neonatus yang diberi E. sakazakii dengan dosis infeksi 10
7
cfuml.
Keterangan: de deskuamasi epitel, PMN infiltrasi sel radang polimorfo nuklear neutrofil di lamina propria, u udema lamina propria, N enteritis
nekrotikan, tm tunika muskularis. Pewarnaan HE. Pembesaran 200x.
4.2.2 Sel Radang