Patologi Cerebrum dan Medula Spinalis

Gambar 9 Neuron dan neuroglia secara skematis Fox 2004.

2.4.2 Patologi Cerebrum dan Medula Spinalis

Dalam kondisi normal, sistem saraf pusat SSP steril. Apabila SSP terinfeksi suatu agen maka infeksi akan menyebar dan antara lain mengakibatkan peradangan pada meningen meningitis. Meningitis terutama terjadi pada bagian subarachinoid yang melibatkan arachnoid dan pia mater. Namun tidak menutup kemungkinan bila meningitis juga terjadi di dura mater Ironside 1994. Meningitis dapat disebabkan oleh beragam agen, misalnya bakteri, virus, fungi dan protozoa Percy dan Barthold 2001. Lebih dari dua pertiga kasus meningitis manusia pada neonatus di negara maju disebabkan oleh Streptococcus grup B dan bakteri gram negatif berbentuk batang di usus Saez-Liorens dan McCracken 2003. Macfarlane et al. 2000 membagi meningitis oleh bakteri menjadi dua tipe yaitu meningitis pyogenik dan meningtis granulomatous. Meningitis pyogenik dapat disebabkan oleh Meningococcus, Pneumococcus dan Haemophilus , sedangkan meningitis granulomatous dapat disebabkan oleh Tubercle bacillus dan Treponema pallidum. Apabila meningitis akibat bakteri yang bersifat akut tidak diobati, maka terjadi peningkatan cairan di ventrikel otak dan penyebaran bakteri lewat aliran cairan serebrospinal yang mengakibatkan kehilangan kesadaran bahkan kematian. Ciri meningitis secara histopatologi yaitu adanya infiltrasi sel radang di meningen. Cairan serebrospinal pada meningitis bakterial mengandung banyak netrofil, bakteri, protein dalam konsentrasi tinggi, namun glukosa dalam konsentrasi rendah Ironside 1994. Komplikasi bakterial meningitis berupa infark otak, hidrosephalus obstruktif, subdural empyema, epilepsi, serebral tromboplebitis dan abses. Pus tergenang pada sulkus serebralis dan di sekitar dasar otak maupun di medula spinalis. Pembuluh darah pada meningen mengalami kongesti disertai hemoragi perivaskular. Patologi otak manusia pada neonatal manusia akibat infeksi E. sakazakii menunjukkan abses pada serebral, infark, formasi kiste dengan berbagai gangguan saraf Lai 2001. Selain pengamatan terhadap meningen, kondisi patologis pada otak dapat dilakukan dengan mengamati neuron dan neuroglia yang memiliki hubungan yang sangat kompleks dan vital. Seringkali reaksi pada neuroglia memberikan gambaran terbaik mengenai kondisi patologis sistem saraf Radovsky dan Mahler 1999. Encephalitis adalah peradangan substansi otak dengan ciri adanya infiltrasi sel-sel radang perivaskuler perivasculer cuffing dan gliosis. Gliosis merupakan peningkatan jumlah sel glia yang biasanya mencakup respon astrosit yang mencolok . Gliosis dapat terfokus atau difus. Selain itu, bila terjadi infeksi SSP maka sel glia akan berkumpul di tempat terjadinya lesi atau mengubah bentuk dan fungsinya Damjanov 2000. Menurut Damjanov 2000, kerusakan SSP akibat infeksi mikroorganisme menyebabkan sel mikroglia memfagosit sel-sel mati atau rusak pada SSP melalui pembentukan nodulus glia. Sel mikroglia yang dijumpai di sekitar infark atau abses otak memfagosit myelin kaya lemak sehingga sitoplasmanya bervakuol dan tampak berbusa. Sel ini disebut sel gitter. Malacia merupakan pelunakan atau pengempukan bagian atau jaringan. Di sistem saraf pusat, malacia merupakan tanda terjadi nekrosa jaringan saraf. Malacia di medula spinalis disebut myelomalacia sedangkan malacia di otak disebut encephalomalacia. Bila malacia terjadi di substansi abu-abu maka disebut poliomalacia, sedangkan malacia di substansi putih disebut leukomalacia Koestner dan Jones 2006. Malacia antara lain dapat disebabkan oleh toksin bakteri, misalnya enterotoksemia akibat Clostridium sp. Jubb et al. 1993. 2.5. Limpa 2.5.1 Anatomi dan Histologi Limpa