Pembuatan sediaan Histopatologi Prosedur Penelitian .1 Adaptasi, Pre-Treatment, dan Perkawinan Mencit Parental

3.3.4 Pembuatan sediaan Histopatologi

Mencit neonatus yang telah diawetkan dalam larutan BNF 10 dipotong dengan ketebalan ± 3 mm secara melintang dalam lima bagian Gambar 11. Bagian pertama, yaitu kepala, diperoleh dengan cara memotong mencit tepat di sendi yang memisahkan tulang tengkorak dengan os vertebrae cerivicalis I, kemudian menyayat sulcus cerebri secara longitudinal sehingga otak kiri dan otak kanan terpisah. Bagian mulut dipotong agar tidak menyulitkan sewaktu pemotongan dalam parafin. Potongan kedua dilakukan tepat di belakang tangan, potongan ketiga dilakukan di bagian epigastrium, potongan keempat dilakukan di bagian mesogastrium, dan potongan kelima dilakukan di bagian hipogastrium, sebelum kaki belakang. Potongan ke- 1 2 3 4 5 Gambar 11 Teknik pemotongan mencit neonatus secara skematis Potongan organ mencit neonatus dimasukkan ke dalam tissue casset. Untuk setiap mencit neonatus digunakan dua tissue casset. Selanjutnya dilakukan dehidrasi dengan cara merendam sediaan tersebut secara berturut-turut ke dalam alkohol 70, 80, 90, alkohol absolut I, alkohol absolut II, xilol I, xilol II, parafin I dan parafin II. Masing-masing proses perendaman pada setiap bahan dilakukan selama dua jam dan berjalan secara otomatis dalam alat tissue processor . Pada tahap selanjutnya, potongan organ dimasukkan ke dalam alat pencetak berisi parafin cair. Letak potongan organ diatur agar tetap berada di tengah blok parafin. Setelah mulai membeku, parafin ditambahkan kembali sampai alat pencetak penuh, lalu dibiarkan sampai parafin mengeras. Setelah itu, jaringan dipotong dengan ketebalan 5 µm menggunakan mikrotom. Hasil pemotongan yang berbentuk pita ribbon, diletakkan di atas permukaan air hangat 45 o C dengan tujuan untuk menghilangkan lipatan akibat pemotongan. Sediaan diangkat dari permukaan air dengan gelas objek yang telah diulasi larutan albumin yang berfungsi sebagai perekat. Selanjutnya sediaan dikeringkan dalam inkubator suhu 60 o C selama satu malam. Sediaan dimasukkan ke dalam xilol untuk dideparafinisasi sebanyak dua kali, masing-masing selama dua menit. Selanjutnya sediaan melalui proses rehidrasi. Proses rehidrasi dimulai dari alkohol absolut sampai ke alkohol 80, yang masing-masing lamanya dua menit. Setelah itu, sediaan dicuci dengan air mengalir dan dikeringkan. Sediaan yang telah kering diwarnai dengan pewarnaan Mayer’s Hematoksilin selama 8 menit, dibilas dengan air mengalir, dicuci dengan lithium karbonat selama 15-30 detik, dibilas dengan air, dan diwarnai dengan pewarna Eosin selama dua menit. Selanjutnya, sediaan dicuci dengan air mengalir untuk menghilangkan warna Eosin yang berlebih sebelum akhirnya dikeringkan. Setelah kering, sediaan dicelupkan ke dalam alkohol 90 sebanyak 10 kali celupan, alkohol absolut I sebanyak 10 kali celupan, alkohol absolut II selama 2 menit, xilol I selama satu menit dan xilol II selama dua menit. Sediaan ditetesi perekat permount, ditutup dengan gelas penutup, dan dibiarkan kering sesuai dengan metode Bagian Patologi Fakultas Kedokteran Hewan IPB. Sediaan siap dilihat dan setelah perekat kering diamati menggunakan mikroskop cahaya.

3.3.5 Pengamatan Histopatologi