ordo :
Rodensia subordo :
Sciurognathi famili
: Muridae subfamili
: Murinae genus
: Mus spesies
: Mus musculus Smith dan Mangkoewidjojo 1988 menyatakan bahwa mencit
laboratorium merupakan hewan yang semarga dengan mencit liar atau mencit rumah domestik. Semua galur mencit laboratorium yang ada pada waktu ini
merupakan turunan dari mencit liar sesudah melalui pengembangbiakan selektif. Mencit dimasukkan dalam ordo rodensia karena memiliki sepasang gigi insisivus
yang berbentuk seperti pahat dan dapat menajam dengan sendirinya. Mencit adalah hewan crepuscular yang akan lebih aktif pada senja dan malam hari.
Mencit memiliki lama hidup sekitar satu hingga dua tahun, bahkan beberapa bisa mencapai usia tiga tahun dengan masa produksi ekonomisnya
selama sembilan bulan. Mencit mencapai usia dewasa pada hari ke-35. Setelah usia delapan minggu mencit sudah dapat dikawinkan. Lama kebuntingan mencit
adalah 19-21 hari dengan jumlah anak rata-rata enam ekor. Bobot mencit jantan dewasa adalah 20-40 gram dan mencit betina adalah 18-35 gram. Mencit
laboratorium dapat dikandangkan pada kotak sebesar kotak sepatu yang dapat terbuat dari berbagai macam bahan, misalnya plastik polipropilen atau
polikarbonat, aluminium atau baja tahan karat Smith dan Mangkoewidjojo 1988.
2.2 Enterobacter sakazaki
2.2.1 Karakteristik Enterobacter sakazakii
Enterobacter sakazakii Gambar 2 merupakan bakteri gram negatif
anaerob fakultatif, berbentuk koliform kokoid, dan tidak membentuk spora Lai 2001; Iversen dan Forsythe 2003. Bakteri ini termasuk dalam famili
Enterobacteriaceae Taylor 2002. Sampai tahun 1980 E. sakazakii dikenal dengan nama Enterobacter cloacae berpigmen kuning van Acker et al. 2001.
Farmer et al. 1980 mengukuhkan bakteri ini dalam genus Enterobacter sebagai suatu spesies baru yang diberi nama Enterobacter sakazakii untuk
menghargai seorang bakteriolog Jepang bernama Riichi Sakazakii. Reklasifikasi ini dilakukan berdasarkan studi DNA hibridisasi yang menunjukkan kemiripan
41 dengan Citrobacter freundii dan 51 dengan Enterobacter cloacae.
Gambar 2 Enterobacter sakazakii http:www.marlerblog.com.
Iversen et al.
2004 melakukan penelitian mengenai hubungan yang filogenetik dari E. sakazakii mengunakan 16S ribosomal DNA rDNA dan
peruntunan hsp60. Masing-masing analisa membagi strain E. sakazakii menjadi empat kluster yang menandakan heterogenitas substansiil secara taksonomi. Strain
E. sakazakii tipe 16S rDNA menunjukkan 97.8 kesamaan urutan DNA dengan
Citrobacter koseri namun juga 97.0 kesamaan urutan dengan E. cloacae.
Mekanisme spesifik patogenitas yang menjelaskan tentang sifat virulen E. sakazakii
belum dapat teridentifikasi, namun diketahui bahwa bakteri ini memiliki kesamaan respon imunologi dengan Escherichia coli dan coliform lain.
Berdasarkan uji DNA hibridisasi, ternyata terdapat kesamaan DNA hingga 50 antara E. sakazakii dengan Citrobacter diversus Farmer et al. 1980.
Menurut Iversen et al. 2004, E. sakazakii bersifat lebih resisten terhadap pengeringan dan stres osmotik dibandingkan dengan spesies lain dari
Enterobacteriaceae. Bakteri ini memiliki tingkat adaptasi yang tinggi untuk
berkembang pada kisaran temperatur 37- 44 C. Namun bakteri ini tidak termasuk
dalam golongan tahan panas karena dapat mati pada temperatur 60 C.
Enterobacter sakazakii memiliki kapsul polisakarida yang bersifat antifagositik
sehingga mengurangi kemampuan eliminasi oleh tubuh. Beberapa faktor yang mungkin menyebabkan E. sakazakii mampu
bertahan dalam proses lingkungan yaitu respon terhadap pengeringan, toleransi terhadap pemanasan, menghasilkan suatu bentuk polisakarida yang
memungkinkan terjadinya perlekatan, dan membentuk sebuah biofilm yang menyebabkan resisten terhadap bahan pembersih dan disinfektan Hassel 2004.
Farmer et al. 1980 menemukan bahwa seluruh galur E. sakazakii rentan terhadap gentamycin, kanamycin, chloramphenicol, dan ampicilin; lebih dari 87
E. sakazakii bersifat rentan terhadap nalidixic acid, streptomycin, tetracycline,
dan carbenicilin; 71 dan 67 bersifat rentan terhadap sulfadiazine dan colistin; hanya 13 yang bersifat rentan terhadap cephalothin. Seluruh galur bersifat
resisten terhadap penicillin; hanya satu dari lebih dari 100 galur yang diuji menunjukkan resistensi terhadap antibiotik berganda.
2.2.2 Habitat dan Sumber Penyebaran