Morbiditas dan Mortalitas HASIL DAN PEMBAHASAN

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Morbiditas dan Mortalitas

Hasil infeksi berbagai dosis Enterobacter sakazakii secara per oral menunjukkan bahwa bakteri ini dapat menyebabkan morbiditas dan mortalitas mencit neonatus yang digunakan sebagai hewan coba Tabel 5. Sebanyak 1 dari 5 mencit 20 yang diberi E. sakazakii dengan dosis infeksi tertinggi, yakni 10 7 cfuml mati 9 jam sesudah infeksi. Selain itu, sebanyak 2 dari 5 40 mencit neonatus yang diinfeksikan E. sakazakii dengan dosis 10 5 cfuml mati 29 jam dan 47 jam sesudah infeksi. Secara umum gejala yang ditunjukkan sebelum kematian yaitu lemas, tidak mau menyusu, dan kejang-kejang. Sedangkan perubahan patologi anatomi yang teramati berupa penimbunan cairan berwarna kemerahan di dalam abdomen dan di meningen otak bagian sub arachnoid Gambar 12. Gambar 12 Penimbunan cairan di otak anak panah pada mecit neonatus yang diinfeksikan Enterobacter sakazakii. Penimbunan cairan serebrospinal yang berwarna kemerahan di meningen Gambar 12 dan perdarahan otak yang ditemukan merupakan salah satu bukti lesi patologi akibat infeksi E. sakazaki yang dapat menimbulkan meningitis akut. Menurut Lai 2001, E. sakazakii dapat menyebabkan kerusakan otak yang ditandai dengan penimbunan, dilatasi ventrikel, dan infark otak. Penimbunan cairan dan darah di dalam abdomen merupakan tanda telah terjadi hiperemi atau vasodilatasi vaskula serosa abdomen di usus yang parah. Vasodilatasi serosa usus sering menyertai enteritis yang parah. Hal ini medukung data van Acker et al. 2001 mengenai kontaminasi E. sakazakii dalam susu bubuk formula sehingga menyebabkan enterokolitis nekrotikan. Gejala klinis enterokolitis nekrotikan ditandai dengan sakit pada bagian abdominal, perut yang menggembung dan diare. Usus halus yang paralisis dapat berkembang menjadi infark saluran pencernaan, sepsis dan shok. Kasus enterokolitis nekrotikan paling sering terjadi pada bayi yang diberi susu dalam botol bottle-fed babies. Penyebab utamanya yaitu iskemia saluran pencernaan, kolonisasi bakteri dan substrat protein yang berlebih dalam lumen usus van Acker et al. 2001. Tabel 5 Hasil pengamatan jumlah kematian dan perubahan patologi anatomi mencit neonatus yang diinfeksikan E. sakazakii dengan berbagai dosis infeksi secara per oral Kelompok Dosis Jumlah Mati Patologi Anatomi Kontrol NaCl fisiologis - Normal I 10 3 cfuml - Normal II 10 4 cfu ml - Normal III 10 5 cfu ml 40 Abdomen dan meningen berisi cairan dan darah. IV 10 6 cfuml - Abdomen dan meningen berisi sedikit cairan dan darah. V 10 7 cfuml 20 Abdomen dan meningen berisi cairan dan darah. Berdasarkan hasil penelitian, mencit neonatus yang diinfeksikan E. sakazakii sebanyak 10 3 cfuml, 10 4 cfuml, dan 10 6 cfuml tidak mati sampai hari ketiga post infeksi sedangkan mencit neonatus yang diinfeksi E. sakazakii sebanyak 10 7 cfuml dan 10 5 cfuml mati sebelum hari ketiga post infeksi. Kematian mencit neonatus yang diberi dosis infeksi 10 7 cfuml dan 10 5 cfuml disebabkan oleh daya tahan tubuh individu yang lemah. Kasus infeksi E. sakazakii pada manusia menunjukkan bahwa bakteri ini terutama menginfeksi neonatus still birth hingga umur 28 hari, bayi immunocompromised, bayi dengan berat badan lahir rendah BBLR, bayi prematur, dan bayi yang lahir dari ibu yang mengidap Human Immunodeficiency Virus HIV Kane 2004. Dengan demikian, kondisi kesehatan dan status imunitas mencit neonatus sebagai hewan coba mempengaruhi keparahan infeksi E. sakazakii. Mencit yang tidak mati memiliki daya tahan tubuh yang lebih baik dibandingkan mencit yang mati. Hal ini disebabkan oleh kondisi kesehatan induk mencit yang baik sehingga dapat melahirkan mencit neonatus yang umumnya sehat. Induk mencit yang digunakan telah mengalami pre-treatment melalui pemberian anthelmentik dan antibiotik. Selain itu, pakan yang diberikan telah diiradiasi sehingga mengurangi kontaminasi mikroorganisme yang dapat menurunkan daya tahan tubuh induk. Berbagai perubahan histopatologis dapat diamati pada usus, cerebrum, medula spinalis, dan limpa pada mencit neonatus, baik yang mati maupun tidak mati akibat infeksi E. sakazakii.

4.2 Perubahan Histopatologis Usus