Kemampuan Literasi Matematika Landasan Teori

Di samping memiliki keunggulan, strategi ekspositori juga memiliki kelemahan, di antaranya strategi pembelajaran ini hanya mungkin dapat dilakukan terhadap siswa yang memiliki kemampuan mendengar dan menyimak secara baik sehingga untuk siswa yang tidak memiliki kemampuan seperti itu perlu digunakan strategi lain. Strategi ini tidak mungkin dapat melayani perbedaan setiap individu baik perbedaan kemampuan, perbedaan pengetahuan, minat, dan bakat, serta perbedaan gaya belajar. Karena strategi lebih banyak diberikan melalui ceramah, maka akan sulit mengembangkan kemampuan siswa dalam hal kemampuan sosialisasi, hubungan interpersonal, serta kemampuan berpikir kritis. Oleh karena gaya komunikasi strategi pembelajaran lebih banyak terjadi satu arah one-way communication, maka kesempatan untuk mengontrol pemahaman siswa akan materi pembelajaran akan sangat terbatas pula. Di samping itu, komunikasi satu arah bisa mengakibatkan pengetahuan yang dimiliki siswa akan terbatas pada apa yang diberikan guru.

1.5.13 Kemampuan Literasi Matematika

Kemampuan literasi matematika merupakan salah satu kemampuan yang dinilai dalam studi PISA. Kemampuan literasi matematika berdasarkan draft assessment framework PISA 2012 didefinisikan sebagai: mathematical literacy is an individual’s capacity to formulate, employ, and interpret mathematics in a variety of contexts. It includes reasoning mathematically and using mathematical concepts, procedures, facts, and tools to describe, explain, and predict phenomena. It assists individuals to recognise the role that mathematics plays in the world and to make the well-founded judgments and decisions needed by constructive, engaged and reflective citizens. Berdasarkan definisi tersebut, literasi matematika diartikan sebagai kemampuan seseorang untuk merumuskan, menerapkan dan menafsirkan matematika dalam berbagai konteks, termasuk kemampuan melakukan penalaran secara matematis dan menggunakan konsep, prosedur, dan fakta untuk menggambarkan, menjelaskan atau memperkirakan fenomenakejadian. Literasi matematika membantu seseorang untuk memahami peran atau kegunaan matematika di dalam kehidupan sehari-hari sekaligus menggunakannya untuk membuat keputusan-keputusan yang tepat sebagai warga negara yang membangun, peduli dan berpikir Wardhani Rugmiati, 2011: 11. Seseorang dikatakan memiliki tingkat literasi matematika baik apabila ia mampu menganalisis, bernalar, dan mengkomunikasikan pengetahuan dan keterampilan matematikanya secara efektif, serta mampu memecahkan dan menginterpretasikan penyelesaian matematika dengan demikian, pengetahuan dan pemahaman tentang literasi matematika sangat penting dalam kehidupan sehari- hari siswa. PISA menyajikan teknik penilaian literasi matematika yang didasarkan pada konten, konteks dan proses. PISA menilai level dan tipe matematika yang sesuai dengan anak usia 15 tahun dalam mengikuti alur trajectory untuk menjadi warga yang konstruktif, reflektif dan dapat memberikan keputusan dan pendapat yang baik OECD, 2010. Literasi matematika yang dimiliki siswa dilihat bagaimana cara siswa dalam menggunakan kemampuan dan keahlian matematika untuk menyelesaikan permasalahan. Permasalahan mungkin terjadi di berbagai macam situasi atau konteks yang berhubungan dengan tiap individu. Mathematical competencies harus diaktifkan untuk menyambungkan ke realita kehidupan nyata dimana permasalahan muncul dengan matematika dan untuk menyelesaikan permasalahan tersebut. Setiap proses literasi matematika memiliki aktivitas-aktivitas yang bisa diketahui seperti dalam Tabel 2.1. Tabel 2.1 Proses literasi dan aktivitas siswa Proses literasi Aktivitas Memformulasikan situasi secara matematika  Mengidentifikasi aspek-aspek matematika dalam permasalahan yang terdapat pada situasi konteks nyata serta mengidentifikasi variabel yang penting  Memahami struktur matematika dalam permasalahan atau situasi  Menyederhanakan situasi atau masalah untuk menjadikannya mudah diterima dengan analisis matematika  Mengidentifikasi hambatan dan asumsi dibalik model matematika dan menyederhanakannya  Merepresentasikan situasi secara matematika dengan menggunakan variabel, simbol diagram dan model dasar yang sesuai  Merepresentasikan permasalahan dengan cara yang berbeda  Memahami dan menjelaskan hubungan antara bahasa, simbol dan konteks sehingga dapat disajikan secara matematika  Mengubah permasalahan menjadi bahasa matematika atau model matematika  Memahami aspek-aspek permasalahan yang berhubungan dengan masalah yang telah diketahui, konsep matematika, fakta atau prosedur  Menggunakan teknologi untuk menggambarkan hubungan matematika sebagai bagian dari masalah konteks. Menerapkan konsep, fakta, prosedur dan penalaran matematika  Merancang dan mengimplementasikan strategi untuk menemukan solusi matematika  Menggunakan alat dan teknologi matematika untuk membatu mendapatkan solusi yang tepat  Menerapkan fakta, aturan, algoritma dan struktur  matematika ketika mencari solusi  Memanipulasi bilangan, grafik, data statistik, bentuk aljabar, informasi, persamaan, dan bentuk geometri.  Membuat diagram matematika, grafik, dan mengkonstruksi serta mengekstraksi informasi matematika.  Menggunakan dan menggantika berbagai macam situasi dalam proses menemukan solusi  Membuat generalisasi berdasarkan pada prosedur dan hasil matematika untuk mencari solusi  Merefleksikan pendapat matematika dan menjelaskan serta memberikan penguatan hasil matematika Mengiterpretasikan, menggunakan dan mengevaluasi hasil matematika.  Menginterpretasikan kembali hasil matematika ke dalam masalah nyata.  Mengevaluasi alasan-alasan yang reasonable dari solusi matematika ke dalam masalah nyata  Memahami bagaimana realita memberikan dampak terhadap hasil dan perhitungan dari prosedur atau model matematika dan bagaimana penerapan dari solusi yang didapatkan apakah sesuai dengan konteks perrmasalahan  Menjelaskan mengapa hasil matematika dapat atau tidak dapat sesuai dengan permasalahan konteks yang diberikan  Memahami perluasan dan batasan dari konsep dan solusi matematika  Mengkritik dan mengidentifikasi batasan dari model yang digunakan untuk menyelesaikan masalah. OECD: 2010 Dalam penelitian ini diamati beberapa aktivitas siswa dalam proses literasi matematika yaitu pada proses memformulasikan situasi secara matematika, peneliti mengamati aktivitas siswa seperti mengidentifikasi aspek-aspek matematika dalam permasalahan yang terdapat pada situasi konteks nyata serta mengidentifikasi variabel yang penting, mengubah permasalahan menjadi bahasa matematika atau model matematika, dan memahami aspek-aspek permasalahan yang berhubungan dengan masalah yang telah diketahui, konsep matematika, fakta atau prosedur. Proses berikutnya adalah menerapkan konsep, fakta, prosedur dan penalaran matematika, dalam proses ini peneliti mengamati aktivitas siswa seperti merancang dan mengimplementasikan strategi untuk menemukan solusi matematika, menggunakan alat dan teknologi matematika untuk membatu mendapatkan solusi yang tepat, serta menerapkan fakta, aturan, algoritma dan struktur matematika ketika mencari solusi. Selanjutnya proses mengiterpretasikan, menggunakan dan mengevaluasi hasil matematika. Pada proses ini peneliti mengamati aktivitas siswa seperti menginterpretasikan kembali hasil matematika ke dalam masalah nyata, mengevaluasi alasan-alasan yang reasonable dari solusi matematika ke dalam masalah nyata, memahami bagaimana realita memberikan dampak terhadap hasil dan perhitungan dari prosedur atau model matematika dan bagaimana penerapan dari solusi yang didapatkan apakah sesuai dengan konteks perrmasalahan.

1.5.14 PISA

Dokumen yang terkait

KEEFEKTIFAN PEMBELAJARAN CREATIVE PROBLEM SOLVING ( CPS ) BERBANTUAN CD PEMBELAJARAN TERHADAP KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH SISWA KELAS VIII MATERI KUBUS DAN BALOK

4 17 221

PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH BERORIENTASI PISA BERPENDEKATAN PMRI BERMEDIA LKPD MENINGKATKAN LITERASI MATEMATIKA PESERTA DIDIK SMP

0 47 239

EFEKTIVITAS MODEL CPS BERPENDEKATAN REALISTIK BERBANTUAN EDMODO BERORIENTASI PISA TERHADAP KEMAMPUAN LITERASI MATEMATIKA DAN KEMANDIRIAN

96 284 511

KEEFEKTIFAN PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS PROYEK TERHADAP PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMECAHKAN MASALAH MATEMATIKA PADA MATERI POKOK KUBUS DAN BALOK PESERTA DIDIK KELAS VIII SMP N 2 UNGARAN.

0 0 1

KEEFEKTIFAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD (STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISIONS) DAN TIPE TPS (THINK-PAIR-SHARE) TERHADAP KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA SUB POKOK BAHASAN KUBUS DAN BALOK PADA SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 5 UNGARAN KABUPATE

0 0 2

KEEFEKTIFAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD DAN NHT TERHADAP KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA PADA MATERI POKOK KUBUS DAN BALOK KELAS VIII SMPN 4 SEMARANG.

1 36 216

Keefektifan Implementasi Model Pembelajaran Kooperatif TAI terhadap Hasil Belajar Matematika Materi Pokok Kubus dan Balok pada Siswa Kelas VIII Semester II SMP Negeri 4 Semarang.

0 0 1

Keefektifan Penerapan Model Pembelajaran Berbasis Proyek (Project-Based Learning) terhadap Peningkatan Kemampuan Memecahkan Masalah Matematika Materi Pokok Kubus dan Balok Peserta Didik Kelas VIII SMP N 1 Winong.

0 1 112

Kemampuan Literasi Matematika dan PISA

0 0 12

ANALISIS KEMAMPUAN LITERASI MATEMATIKA SISWA SMP DALAM MENYELESAIKAN MASALAH MATEMATIKA PADA MATERI BANGUN RUANG KUBUS DAN BALOK DITINJAU DARI GAYA BELAJAR - Repository Universitas Islam Majapahit

0 0 23