karenanya, bahasa, logika, dan matematika memegang peranan penting pada tahap ini.
2.1.2.3 Teori Vygotsky
Teori Konstruktivisme Vygotsky menekankan pentingnya memanfaatkan lingkungan dalam pembelajaran yang meliputi orang-orang, kebudayaan, juga
termasuk pengalaman dalam lingkungan tersebut. Vygotsky menekankan pada pentingnya hubungan antara individu dan lingkungan sosial dalam pembentukan
pengetahuan yang menurut beliau, bahwa interaksi sosial yaitu interaksi individu tersebut dengan orang lain merupakan faktor penting yang dapat memicu
perkembangan kognitif seseorang. Vygotsky berpendapat bahwa proses belajar akan terjadi secara efisien dan efektif apabila anak belajar secara kooperatif
dengan anak-anak lain dalam suasana dan lingkungan yang mendukung, dalam bimbingan seseorang yang lebih mampu, guru atau orang dewasa.
Dalam penelitian ini teori konstruktivisme Vygotsky berkaitan erat dengan pembelajaran TPS berorientasi PISA dimana siswa saling berdiskusi untuk
mengkonstruk jawaban dengan pasangannya. Setelah itu, siswa saling berbagi hasil diskusi kelompoknya dalam diskusi kelas untuk melihat adanya kesamaan
atau perbedaan pendapat diantara masing-masing kelompok yang selanjutnya akan mendapatkan kesimpulan atas permasalahan yang sedang dihadapi.
1.5.12 Model Pembelajaran Ekspositori
Model pembelajaran ekspositori adalah model pembelajaran yang menekankan kepada proses penyampaian materi secara verbal dari seorang guru
kepada sekelompok siswa dengan maksud agar siswa dapat menguasai materi
pelajaran secara optimal. Roy Killen menamakan model ekspositori ini dengan istilah model pembelajaran langsung dirrect intruction, karena dalam model ini
materi pelajaran disampaikan langsung oleh guru. Siswa tidak dituntut untuk menemukan materi itu. Model pembelajaran ekspositori sama seperti
pembelajaran dengan metode ceramah dalam hal terpusatnya kegiatan kepada guru sebagai pemberi informasi bahan pelajaran.
Model pengajaran ekspositori merupakan kegiatan mengajar yang terpusat pada guru. Guru aktif memberikan penjelasan atau informasi terperinci tentang
bahan pengajaran. Tujuan utama pengajaran ekspositori adalah memindahkan pengetahuan, keterampilan, dan nilai-nilai kepada siswa. Hal yang esensial pada
bahan pengajaran harus dijelaskan kepada siswa. Menurut Suyitno 2011: 44 model pembelajaran ekspositori adalah model
pembelajaran yang cara penyampaian pelajaran dari seorang guru kepada siswa di dalam kelas dilakukan dengan sintaks sebagai berikut: 1 dimulai dengan guru
membuka pelajaran di awal kegiatan; 2 guru menjelaskan materi dan memberikan contoh soal disertai tanya-jawab saat menjelaskannya; 3 siswa tidak
hanya mendengar tapi juga mencatat; 4 guru memberi kesempatan kepada siswa untuk bertanya dan guru dapat mengulangi penjelasannya; 5 guru meminta siswa
menyelesaikan soal latihan dan siswa dapat bertanya kalau belum mengerti cara menyelesaikannya; 6 guru berkeliling memeriksa siswa bekerja dan bisa
membantu siswa secara individual atau secara klasikal; 7 guru meminta beberapa siswa untuk mengerjakannya di papan tulis; 8 di akhir pelajaran,
peserta dengan dipandu guru membuat kesimpulan tentang materi yang diajarkan saat itu.
Beberapa karakteristik model ekspositori, diantaranya: 1 dilakukan dengan cara menyampaikan materi pelajaran secara verbal, artinya bertutur secara
lisan merupakan alat utama dalam melakukan model ini; 2 materi pelajaran yang disampaikan adalah materi pelajaran yang sudah jadi, seperti data atau fakta,
konsep-konsep tertentu yang harus dihafal sehinga tidak menuntut siswa untuk bertutur ulang; 3 tujuan utama pembelajaran adalah penguasaan materi pelajaran
itu sendiri artinya setelah proses pembelajaran berakhir siswa diharapkan dapat memahaminya dengan benar dengan cara dapat mengungkapkan kembali materi
yang sudah diuraikan. Sanjaya, 2006: 179 Strategi pembelajaran ekspositori merupakan strategi pembelajaran yang
banyak dan sering digunakan dalam pembelajaran di sekolah. Hal ini disebabkan strategi ini memiliki beberapa keunggulan, di antaranya dengan strategi
pembelajaran ekspositori guru bisa mengontrol urutan dan keluasan materi pembelajaran, ia dapat mengetahui sampai sejauh mana siswa menguasai bahan
pelajaran yang disampaikan; strategi pembelajaran ekspositori dianggap sangat efektif apabila materi pelajaran yang harus dikuasai siswa cukup luas, sementara
itu waktu yang dimiliki untuk belajar terbatas; melalui strategi pembelajaran ekspositori selain siswa dapat mendengar melalui penuturan kuliah tentang suatu
materi pelajaran, juga sekaligus siswa bisa melihat atau mengobservasi melalui pelaksanaan demonstrasi; keuntungan lain adalah strategi pembelajaran ini bisa
digunakan untuk jumlah siswa dan ukuran kelas yang besar.
Di samping memiliki keunggulan, strategi ekspositori juga memiliki kelemahan, di antaranya strategi pembelajaran ini hanya mungkin dapat dilakukan
terhadap siswa yang memiliki kemampuan mendengar dan menyimak secara baik sehingga untuk siswa yang tidak memiliki kemampuan seperti itu perlu digunakan
strategi lain. Strategi ini tidak mungkin dapat melayani perbedaan setiap individu baik perbedaan kemampuan, perbedaan pengetahuan, minat, dan bakat, serta
perbedaan gaya belajar. Karena strategi lebih banyak diberikan melalui ceramah, maka akan sulit mengembangkan kemampuan siswa dalam hal kemampuan
sosialisasi, hubungan interpersonal, serta kemampuan berpikir kritis. Oleh karena gaya komunikasi strategi pembelajaran lebih banyak terjadi satu arah one-way
communication, maka kesempatan untuk mengontrol pemahaman siswa akan materi pembelajaran akan sangat terbatas pula. Di samping itu, komunikasi satu
arah bisa mengakibatkan pengetahuan yang dimiliki siswa akan terbatas pada apa yang diberikan guru.
1.5.13 Kemampuan Literasi Matematika