10
BAB II KAJIAN PUSTAKA
A. Budi Pekerti
1. Pengertian Budi Pekerti
Masalah budi pekerti telah lama menjadi masalah hidup manusia yang dikembangkan dengan menggunakan landasan kemampuan dan
kebiasaan hidup orang berdasarkan norma masyarakat tempat hidupnya. Budi pekerti adalah mempelajari arti diri sendiri kesadaran diri
dan penerapan arti diri sendiri itu dalam bentuk tindakan. Penerapan tindakan berarti memperoleh pengalaman tentang dunia nyata atau
lingkungan hidup yang sangat berperan dalam pembelajaran budi pekerti Nurul Zuriah, 2007:2.
Menurut Paul Suparno 2002:28 budi pekerti sering diartikan sebagai nalar, pikiran, dan akal. Inilah yang membedakan manusia dengan
hewan. Budi inilah yang mempersatukan kita semua sebagai manusia, entah mereka itu dari suku, golongan, kelompok, atau umur apa pun.
Sejauh mereka adalah manusia, mereka mempunyai kesamaan ”budi”. Dengan nalar itulah, orang berpekerti = ber tindak baik. Maka pelajaran
budi pekerti, menjadi pelajaran tentang etika hidup bersama yang berdasarkan nalar.
Menurut Edi Sedyawati dalam Paul Suparno 2002:27 Budi pekerti sering diartikan sebagai moralitas yang mengandung pengertian antara lain
11
adat istiadat, sopan santun, dan perilaku. Sebagai perilaku, budi pekerti meliputi pula sikap yang dicerminkan oleh perilaku itu. Jadi, budi pekerti
dapat berarti macam-macam, tergantung situasinya. Sikap dan perilaku itu mengandung lima jangkauan sebagai berikut:
1. Sikap dan perilaku dalam hubungan dengan Tuhan.
2. Sikap dan perilaku dalam hubungan dengan diri sendiri.
3. Sikap dan perilaku dalam hubungan dengan keluarga.
4. Sikap dan perilaku dalam hubungan dengan masyarakat dan bangsa.
5. Sikap dan perilaku dalam hubungan dengan alam sekitar.
Dari beberapa pengertian budi pekerti di atas, dapat disimpulkan bahwa budi pekerti adalah alat batin yang memandu akal dan perasaan
untuk menimbang baik buruk, akhlak, perbuatan baik, daya upaya dan akal sehingga menentukan kualitas diri seseorang yang tercermin dalam sikap
dan perilakunya. Budi pekerti yang baik harus lahir dari dalam hati yang tulus, tidak dibuat-buat dan tidak pula direkayasa, dan yang terpenting
harus dilakukan secara terus-menerus seperti sudah menjadi kebiasaan.
2. Pengelompokan Budi Pekerti