16
I. C. TUJUAN PENELITIAN
Penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan pengalaman pria etnis Tionghoa yang menjalani perkawinan campur, apa alasannya melakukan
perkawinan campur serta bagaimana dinamika etnosetrisme dalam dirinya selama berlangsungnya proses akulturasi sebagai dampak dari kontak dengan keluarga
pasangan yang memiliki latar belakang budaya yang berbeda dengannya.
I. D. MANFAAT PENELITIAN I. D. 1. Manfaat Teoritis
1. Menjadi masukan dan sumber informasi bagi ilmu Psikologi, khususnya di
bidang sosial, mengenai dinamika etnosentrisme yang terjadi pada pria etnis Tionghoa yang melakukan perkawinan campur, konflik-konflik yang
muncul selama proses terjadinya proses akulturasi dalam perkawinan tersebut.
2. Menjadi masukan bagi para peneliti lain yang tertarik untuk meneliti lebih
jauh mengenai perkawinan campur, etnosentrisme, akulturasi.
I. D. 2. Manfaat Praktis
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan penjelasan tentang bagaimana individu yang berasal dari dua latar belakang budaya yang berbeda pria etnis
Tionghoa dan pasangannya menegosiasikan identitas kultural mereka dalam sebuah ruang sosial rumah tangga yang memungkinkan mereka untuk selalu
berinteraksi dan saling mempengaruhi.
Universitas Sumatera Utara
17
I. E. SISTEMATIKA PENULISAN
Penelitian ini disusun berdasarkan suatu sistematika penulisan yang teratur sehingga lebih mudah untuk dipahami. Pada Bab I akan dikemukakan mengenai
pendahuluan yang berisi latar belakang permasalahan, perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, serta sistematika penulisan.
Pada Bab II akan di utarakan mengenai landasan teori yang terdiri dari teori-teori yang menjelaskan dan mendukung data penelitian. Diantaranya adalah
teori mengenai etnosentrisme, etnis Tionghoa , perkawinan campur, dan akulturasi budaya.
Bab III membahas mengenai metode penelitian kualitatif yang digunakan, termasuk di dalamnya metode pengambilan data, partisipan penelitian, alat bantu
yang digunakan, prosedur penelitian dan metode analisis data. Bab IV membahas analisis data dari hasil observasi dan wawancara yang
dilakukan. Bab V berisi kesimpulan, diskusi dan saran. Dalam bab ini akan dijelaskan mengenai kesimpulan dari penelitian, diskusi mengenai hasil
penelitian, saran-saran yang berkaitan dengan penelitian.
Universitas Sumatera Utara
ABSTRAK
Fakultas Psikologi Universitas Sumatera Utara Januari 2008
Emma Fauziah Saragih Dinamika Etnosentrisme pada Pria Etnis Tionghoa yang Menjalani Perkawinan
Campur ix + 165; 10 tabel, 6 gambar, 3 lampiran
Etnosentrisme merupakan suatu sumber utama perbedaan budaya dalam bentuk sikap. Setiap individu atau kelompok individu cenderung memandang
orang lain secara tidak sadar dengan menggunakan kriteria kelompok sendiri, memandang kelompok sendiri sebagai pusat alam semesta yang mempengaruhi
interaksi interklutural. Di Indonesia, salah satu kelompok yang memiliki etnosentrisme yang tinggi adalah etnis Tionghoa, terutama Tionghoa di kota
Medan. Akan tetapi, fakta lapangan menunjukkan ada beberapa pria etnis Tionghoa yang melakukan perkawinan campur.
Dalam penelitian ini ingin digambarkan alasan pria etnis Tionghoa melakukan perkawinan campur, serta dinamika etnosentrisme dalam dirinya
sebagai akibat dari proses akulturasi selama menjalani perkawinan campur. Untuk mendapat jawaban ini, digunakan metode kualitatif karena dengan
metode ini dapat dipahami gejala tingkah laku individu menurut pengalaman subjektifnya, sebab variabel etnosentrisme ini dan pengalaman akulturasi dalam
menjalani perkawinan campur bersidat sangat subjektif dan sangat tergantung pada pangalaman dan perasaan individu yang mengalaminya. Dalam
pengumpulan data digunakan teknik wawancara mendalam yang tidak terstruktur da observasi yang sifatnya non-partisipan. Partisipan dalam penelitian ini adalah
pria etnis Tionghoa yang menjalani perkawinan campur dengan karakteristik kedua orang tua berasal dari etnis Tionghoa serta beragama Khong Hu Cu atau
Buddha.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa alasan para partisipan melakukan perkawinan campur bervariasi, demikian juga dengan dinamika etosentrisme yang
terjadi pada mereka. Variasi ini disebabkan karena ada beberapa faktor yang mempengaruhi proses aklturasi selama menjalani perkawinan campur, seperti
taraf pendidikan, lingkungan, tingkat persamaan kebudayaan dengan pasangan, taraf dominansi budaya pasangan, dan tingkat ekonomi. Walaupun strategi
akulturasi yang dipilih partisipan bervariasi, namun etnosentrisme dalam dirinya tidak hilang. Etnosentrisme ini mengalami dinamika seiring dengan proses
akulturasi selama menjalani perkawinan campur. Dengan kata lain, etnosentrisme ini lah yang menentukan strategi akulturasi mana yang digunakan dalam
menjalani perkawinannya.
Universitas Sumatera Utara
18
BAB II LANDASAN TEORI